Jika aku jatuh cinta dan sakit
karenanya …
Lalu..salah siapa??
Ketika aku telah menyandarkan
hati
Dan dia meninggalkanku
pergi..Lalu, salah siapa??
Marah hati ini, sakit jiwa ini...
Begitu saja kau tinggalkan aku
Padahal susah senang kita lalui
bersama dulu...
Membaca kalimat demi kalimat di
atas, mungkin teman2 bisa
menyimpulkan sendiri, bagaimana
perasaan sang empuna ketika
menggoreskan penanya. Ya, rasa
marah, benci, sakit hati, karena
ditinggal pergi sang pujaan hati.
Menggelikan memang, ketika
mendengarkan curhatan teman
yang patah hati, begitu
menggebu-gebu, makan tak enak,
tidur tak nyenyak,jantungpun
serasa berhenti berdetak
(hehehe..lebay). Namun, belum
tentu kita juga bisa tegar berdiri
ketika kita mengalami hal yang
serupa.
Bicara patah hati, tak lepas dari
masalah cinta. Yah..cinta, sayang,
suka kepada lawan jenis dan
menginginkan orang yang
dicintainya itu menjadi milik kita.
Tak seorangpun selain dirinya
yang di pinta. Cinta memang
sangat indah. Fitrah dari sang
Khalik yang membuat hidup
manusia penuh warna. Namun
rasa yang indah ini, jika tidak
dibingkai dengan hati-hati hanya
akan menimbulkan tangis dan
luka saja.
Baik perempuan ataupun laki-laki,
cinta bisa menghinggapi mereka
kapan saja. Mulai dari pandangan
pertama (in the first sight),
karena kebiasaan (witing tresno
jalaran soko kulino), berawal dari
permusuhan (benci tapi rindu),
atau bertemu kembali teman
lama (CLBK). Namun sayangnya,
mereka sendiri pun tak tahu
kapan cinta itu bisa tetap singgah
di hati mereka. Cinta ibarat kutu
yang meloncat dari hati ke hati,
menggetarkan jiwa host yang
dihinggapi kemudian
meninggalkannya pergi.Oleh
karena itu, tak heran jika manusia
dengan mudahnya berpindah ke
lain hati.
Mencintai orang lain di saat kita
telah memiliki seseorang di dekat
kita itu adalah hal yang wajar dan
manusiawi. Namun, Allah tak
membiarkan manusia hanya
diperbudak nafsu dan cinta, Dia
lalu memerintahkan untuk
"MENIKAH" ketika seseorang
mencintai lawan jenisnya.
Komitmen dalam pernikahan
itulah yang menunjukkan bahwa
hidup bukanlah hanya untuk
mengumbar cinta semata.
Namun, sayangnya, komitmen ini
disalahgunakan, dipermak
sedemikian rupa sehingga banyak
istilah bermunculan seperti
pacaran, tunangan, dan lain-lain
yang nota bene semua itu
hanyalah mengikuti nafsu yang
tak mau menunggu dengan sabar.
Bagi seorang wanita, menjaga
malu sangatlah penting. Dengan
malu, wanita lebih bisa menjaga
dirinya. Ketika wanita jatuh cinta,
wanita dengan mudahnya
menyerahkan jiwa raga untuk
yang dicintainya. Itu dikarenakan
wanita lebih mengedepankan rasa
ketimbang logika. Mereka tidak
memikirkan bagaimana nantinya,
apakah orang yang dicintainya itu
serius dengannya atau hanya
ingin mempermainkannya saja.
Mengambil kesempatan dan
mengatas namakan cinta.
Tapi untunglah, Islam begitu
sempurna. Islam mengetahui
bahwa wanita susah untuk
berlogika, oleh karena itu islam
mengajarkan seorang wanita
harus dibekali dengan ilmu dan
iman. Dengan ilmu, wanita tak
mudah diperdaya, dapat
mengasah logika. Dan dengan
iman, wanita tidak selalu
mengedepankan perasaan.
Islam begitu melindungi wanita
dengan mengharamkan pacaran.
Selain mendekati zina, pacaran
juga dapat menyudutkan wanita
dan membuat kehormatan wanita
tidak berharga. Bayangkan saja,
dengan komitmen pacaran,
tunangan yang tidak jelas
kelanjutannya, sang wanita mau
diajak kemana-mana, runtang-
runtung, makan, main bersama.
Lalu setelah itu sang lelaki
meninggalkannya ketika ada
bunga yang lebih bagus darinya.
Marah, kecewa, sakit hati, benci,
dan memaki-maki. Tentu itu yang
akan dilakukan sebagai wanita.
Menyalahkan dan meratapi
mengapa ada laki-laki yang setega
itu membohongi dan
mempermainakn mereka. Padahal
jika mau mengintrospeksi lebih
lanjut, hal itu juga dikarenakan
salah mereka sendiri. Salah siapa
yang mau diajak kemana-mana,
salah siapa yang mau diikat
dengan janji kata-kata semata.
Dan salah siapa?? Andai..dan andai,
sedikit saja wanita dapat menjaga
diri dan bersabar. Banyak
keuntungan yang dapat mereka
dapatkan, mereka dapat menjaga
kehormatan dirinya tanpa
menimbulkan fitnah, tak ada rasa
malu kepada tetangga karena tak
"jadi" dengan pacarnya, selain
itu wanita juga dapat menyeleksi
dan menguji lelaki mana yang
benar2 mencintainya, setia,
dan serius dengannya. Lelaki
seperti predator alami, akan
mendekat saja ketika ada lampu
hijau menyala dan feromon sang
betina dilepaskan. Mungkin tidak
semua, tetapi kebanyakan tak ada
rasa bersalah meninggalkan
pasangannya. Walaupun mereka
sering gonta-ganti pacar, di dalam
nurani laki-laki ingin wanita yang
suci dan tak terjamah oleh
siapapun. Nah, itulah hebatnya
lelaki. Tak mau sediri, ingin
ditemani, tetapi menginginkan
wanita yang suci. Jadi, untuk para
wanita, sekarang kita bisa
memilih sendiri kita ingin
dijadikan teman saat sepi, atau
ingin dijadikan sebagai seorang
istri???
Tapi...kan tidak semua pasangan
seperti itu, buktinya di sinetron
"cinta fitri" Farel juga hanya
mencintai Fitri. Yah...itu contoh
sempurnanya. Tapi dalam
kehidupan nyata, cinta tak
sesempurna itu, pengkhianatan
adalah hal yang biasa. Tak ada
yang tahu, pasangan kita saat ini
jodoh kita atau tidak. Tak ada
yang tahu sampai kapan
pasangan kita mencintai kita. Tak
ada yang dapat mebuktikan cinta,
selain waktu dan keseriusan.
Sabar menunggu waktu itu tiba,
dan dengan serius menjalaninya
di ikatan pernikahan.
Menikah sendiri juga berdasar
kemantapan dan kecocokan,
bukanlah bermodal cinta. Cinta
bisa dipupuk dan disiram ketika
hati kita telah yakin dan mantap
dengan pilihan kita, baru kita
mencintainya. Yakin dan mantap
pasti bisa berwujud cinta, tetapi
cinta belum tentu membuat yakin
dan mantap.
Lalu, jika memang ikatan
pernikahan adalah ending dari
cinta dan jodoh, tapi mengapa
saat ini banyak orang bercerai?
Bukankah mereka telah
menikah?? tapi mengapa masih
bisa berpisah?? Jika seperti itu ada
baiknya kita menilik kembali latar
belakang mereka menikah. Hanya
untuk saling memiliki karna takut
kehilangan, atau karena ibadah??
Wallahualam, hanya Allah yang
tahu apa yang akan Dia gariskan.
Ikuti saja garisNya, karena Dia
akan membawamu ke jalan yang
benar. Jangan mendahuluiNya
dengan menetapkan seseorang
itu adalah jodoh kita. Dialah
sutradara yang ternama, Dialah
peramal yang paling handal. Apa
yang dijanjikanNya pastilah benar,
dan jika kita menurut kepadaNya
pasti akan bahagia. Lalu, apalagi
yang akan kita dustakan???
Tinggal kita pilih. Sabar sebentar
dan bahagia selanjutnya. Atau
menjalani sesuatu yang tak tau
bagaimana rimbanya. Hidup ini
pilihan kawan. Apapun pilihannya,
semua itu pasti ada
konsekuensinya. Jadi, jika aku
jatuh cinta dan sakit karenanya??
Siapa yang harus ku salahkan???
Salahkan diri sendiri. Yang tak bisa
menjaga diri, yang tak bisa sabar
menunggu janji indah dari Sang
Pencipta hingga waktu itu tiba....
awn advertising
berusaha untuk menjadi lebih baik, baik dan baik
Sabtu, 30 Oktober 2010
Bunga dan matahari
Wanita berkata ingin menjadi
bunga terindah di dunia
.
Dan pria berkata ingin menjadi
matahari.
Wanita tidak mengerti kenapa
pria ingin jadi matahari,
bukan kupu kupu atau kumbang
yang bisa terus menemani
bunga...
☺☺☺☺☺
Wanita berkata ingin menjadi
rembulan
dan pria berkata ingin tetap
menjadi matahari.
Wanita semakin bingung karena
matahari dan bulan tidak bisa
bertemu,
tetapi pria ingin tetap jadi
matahari....
☺☺☺☺☺
Wanita berkata ingin menjadi
Phoenix...
yang bisa terbang ke langit jauh di
atas matahari,
dan pria berkata ia akan selalu
menjadi matahari....
☺☺☺☺☺
Wanita tersenyum pahit dan
kecewa.
Wanita sudah berubah tiga
kali...namun pria tetap keras
kepala ingin jadi matahari,
tanpa mau ikut berubah bersama
wanita.
Maka wanita pun pergi dan tak
pernah lagi kembali
tanpa pernah tahu alasan kenapa
pria tetap menjadi matahari....
☺☺☺☺☺
Pria merenung sendiri dan
menatap matahari.
Saat wanita jadi bunga, pria ingin
menjadi matahari agar bunga
dapat terus hidup.
Matahari akan memberikan semua
sinarnya untuk bunga agar ia
tumbuh, berkembang...
dan terus hidup sebagai bunga
yang cantik.
Walau matahari tahu ia hanya
dapat memandang dari jauh dan
pada akhirnya kupu kupu yang
akan menari bersama bunga.
Ini disebut KASIH, MEMBERI TANPA
PAMRIH
☺☺☺☺☺
Saat wanita jadi bulan,pria tetap
menjadi matahari.....
agar bulan dapat terus bersinar
indah dan dikagumi.
Cahaya bulan yang indah hanyalah
pantulan cahaya matahari,
tetapi saat semua makhluk
mengagumi bulan, siapakah yang
ingat kepada matahari?
Matahari rela memberikan
cahayanya untuk bulan
walaupun ia sendiri tidak bisa
menikmati cahaya bulan...
dilupakan jasanya dan kehilangan
kemuliaannyasebagai pemberi
cahaya agar bulan mendapatkan
kemuliaan tersebut....
Ini disebut denganPENGORBANAN
menyakitkan namun sangat layak
untuk cinta.
☺☺☺☺☺
Saat wanita jadi phoenix yang
dapat terbang tinggi,
jauh ke langit bahkan di atas
matahari...
Pria tetap selalu jadi matahari
agar phoenix bebas untuk pergi
kapan pun ia mau
dan matahari tidak akan
mencegahnya.
Matahari rela melepaskan phoenix
untuk pergi jauh,
namun matahari akan selalu
menyimpan cinta yang membara
di dalam hatinya hanya untuk
phoenix.
Matahari selalu ada untuk phoenix
kapan pun ia mau kembali
walau phoenix tidak selalu ada
untuk matahari.
Tidak akan ada makhluk lain selain
phoenix yang bisa masuk ke dalam
matahari dan mendapatkan
cintanya.....
Ini disebut dengan KESETIAAN
walaupun ditinggal pergi dan
dikhianati, namun tetap menanti
dan mau memaafkan..
☺☺☺☺☺
Untuk para wanita.....Siapakah
Matahari yang ada di dalam
kehidupanmu??
Bila engkau sudah menemukan
dan melihat Matahari dalam
kehidupanmu..
PERGI, LIHATLAH DAN JANGAN
PERNAH KAU TINGGALKAN......!!!!!
bunga terindah di dunia
.
Dan pria berkata ingin menjadi
matahari.
Wanita tidak mengerti kenapa
pria ingin jadi matahari,
bukan kupu kupu atau kumbang
yang bisa terus menemani
bunga...
☺☺☺☺☺
Wanita berkata ingin menjadi
rembulan
dan pria berkata ingin tetap
menjadi matahari.
Wanita semakin bingung karena
matahari dan bulan tidak bisa
bertemu,
tetapi pria ingin tetap jadi
matahari....
☺☺☺☺☺
Wanita berkata ingin menjadi
Phoenix...
yang bisa terbang ke langit jauh di
atas matahari,
dan pria berkata ia akan selalu
menjadi matahari....
☺☺☺☺☺
Wanita tersenyum pahit dan
kecewa.
Wanita sudah berubah tiga
kali...namun pria tetap keras
kepala ingin jadi matahari,
tanpa mau ikut berubah bersama
wanita.
Maka wanita pun pergi dan tak
pernah lagi kembali
tanpa pernah tahu alasan kenapa
pria tetap menjadi matahari....
☺☺☺☺☺
Pria merenung sendiri dan
menatap matahari.
Saat wanita jadi bunga, pria ingin
menjadi matahari agar bunga
dapat terus hidup.
Matahari akan memberikan semua
sinarnya untuk bunga agar ia
tumbuh, berkembang...
dan terus hidup sebagai bunga
yang cantik.
Walau matahari tahu ia hanya
dapat memandang dari jauh dan
pada akhirnya kupu kupu yang
akan menari bersama bunga.
Ini disebut KASIH, MEMBERI TANPA
PAMRIH
☺☺☺☺☺
Saat wanita jadi bulan,pria tetap
menjadi matahari.....
agar bulan dapat terus bersinar
indah dan dikagumi.
Cahaya bulan yang indah hanyalah
pantulan cahaya matahari,
tetapi saat semua makhluk
mengagumi bulan, siapakah yang
ingat kepada matahari?
Matahari rela memberikan
cahayanya untuk bulan
walaupun ia sendiri tidak bisa
menikmati cahaya bulan...
dilupakan jasanya dan kehilangan
kemuliaannyasebagai pemberi
cahaya agar bulan mendapatkan
kemuliaan tersebut....
Ini disebut denganPENGORBANAN
menyakitkan namun sangat layak
untuk cinta.
☺☺☺☺☺
Saat wanita jadi phoenix yang
dapat terbang tinggi,
jauh ke langit bahkan di atas
matahari...
Pria tetap selalu jadi matahari
agar phoenix bebas untuk pergi
kapan pun ia mau
dan matahari tidak akan
mencegahnya.
Matahari rela melepaskan phoenix
untuk pergi jauh,
namun matahari akan selalu
menyimpan cinta yang membara
di dalam hatinya hanya untuk
phoenix.
Matahari selalu ada untuk phoenix
kapan pun ia mau kembali
walau phoenix tidak selalu ada
untuk matahari.
Tidak akan ada makhluk lain selain
phoenix yang bisa masuk ke dalam
matahari dan mendapatkan
cintanya.....
Ini disebut dengan KESETIAAN
walaupun ditinggal pergi dan
dikhianati, namun tetap menanti
dan mau memaafkan..
☺☺☺☺☺
Untuk para wanita.....Siapakah
Matahari yang ada di dalam
kehidupanmu??
Bila engkau sudah menemukan
dan melihat Matahari dalam
kehidupanmu..
PERGI, LIHATLAH DAN JANGAN
PERNAH KAU TINGGALKAN......!!!!!
Minggu, 24 Oktober 2010
standar u/ kaya..
Satu hal yg perlu diketahui,
seseorang untuk menjadi kaya
tak perlu harus jenius. Namun
memang diperlukn karakter
n kualitas tertentu u/
menjadi kaya. ( from : William
Tanuwidjadja : 99 tanda orang
berbakat kaya )
1. Berpikir seperti layakna
orang kaya : Orang yg
berbakat kaya selalu belajar
berpikir n bertindak layakna
orang kaya.
2. Tidak berpikir
konsumtif :Orang yg berbakat
kaya akan selalu berpikir
tentang apa yg mereka akan
lakukan dng uang agar dpt
berlipat ganda.
3. Pintar mengelola arus kas :
Selalu menghitung banyak
rupiah yg tersisa setelah
dikurangi kebutuhan hidup
yg sifatna mendasar.
4. Mampu membedakn aset
dan liabilitas : Mereka selalu
memikirkn apakah aset2 itu
menghasilkn arus kas masuk
atau justru keluar.
5.Selalu membangun intengible
aset (aset non fisik):yaitu selalu
menjaga hubungan dng
relasi, teman, jaringan,
kepercayaan, cara berpikir, visi,
pemikiran, keyakinan n
otokritik.
6. Bekerja u/ belajar, bukan
demi uang : Mereka bekerja
u/ orang lain sebenarna
untuk mempelajari sesuatu,
biasana mereka mempelajari
sistem bisnis, bagaimana aliran
uang, cara membangun jaringan
relasi, dll.
7. Sangat percaya diri : Mereka
percaya akan kemampuan yg
dimilikina u/ mendapatkn
kekayaan.
8. Mengenali dirina dng
baik : Mereka paham potensi,
potensi, kelemahan, serta
karakter-karakter spesifik yg
dia miliki.
9. Memandang uang sebagai
organisme : Mereka menanam
uang dilahan yg tepat,
memeliharana, membersihkn
hamana, n disaat yg tepat
memetik hasilna.
10. Tak pernah mengeluh,
merasa miskin n kekurangan
11. Siap mental untuk menjadi
kaya
12. sangat mampu
mengendalikn diri : Orang2
yg super kaya selalu
menampakn mimik yg
standar, SENYUM MUANIS nan bijak, n
tampakna, well semuana
terkendali, walaupun pasar
pd saat itu sedang porak-
poranda. Orang kaya sangat
mampu mengendalikn diri agar
sikapna tidak dapat dibaca oleh
publik.
13. Memahami logika " Take n
Give " : Orang kaya sangat
paham dengan pameo " There's
no free lunch "tak ada sesuatu
yg GRATIS.
14. Berorientasi pd proses : si
kaya memikirkan nilai guna
yg seperti apa u/
mendapatkn uang banyak.
15. Mencintai peranna : orng
kaya biasana mencintai
peranna dlm kehidupan
bisnis n sosial.
16. Mempercayai prinsip
relativitas uang : Orang2 kaya
telah melatih dirina u/ tidak
terkejut melihat price list atau
penawaran2 apapun. semuana
kembali pada apa yg bisa
didapatkn dari pengeluaran
tersebut.
17. Memahami konsep : Time
value of money" : nilai lebih
untuk masa depan
18. Tak ingin bersusah payah :
Jangan salah orang yg tak
ingin bersusah payah bukan
berarti ia malas. Kalau dia
berpikir n terus berpikir
untuk menemukn sistem n
cara bekerja yg efektif n
efisien u/ mendapatkn hasil
yg lebih baik, maka mereka
memiliki bakat untuk menjadi
kaya.
19. kreatif : merupakan bagian
terpenting dari bakat menjadi
kaya. Orang kaya selalu kreatif
dalam menemukan cara2 baru
dalam berbisnis.
20. Menghargai gagasan yg
beroroientasi pd tindakan :
Orang kaya bisa memilih ide
yg menarik yg hanya sebatas
ide dan yg bisa menghasilkan
uang.
21. Open mind : Orang2 berbakat
kaya sangat yakin tak ada
sesuatu yg tak mungkin
terjadi. mereka terus
bermimpi n yakin mimpina
suatu saat dpt terwujud.
22. Mampu menilai karakter
orang lain : Orang2 kaya selalu
memilih staf atau karyawan yg
sesuai dengan karakter dirina.
23. Waspada terhadap pujian :
pujian bisa membuat terlena
n lupa diri, orang kaya lebih
terbuka menerima kritik.
24. Terbuka menerima kritik :
orang kaya telah berlatih untuk
menerima kritik stajam apapun.
25. Mampu memahami berbagai
bntuk uang : bagi orng kaya
pengertian uang sangatlah luas
26. mampu menggunakan
Sumber daya orng lain : orang
kaya menggunakan waktu n
tenaga orng lain bahkan uang
orng lain u/ memperkaya
dirina.
27. Tak pernah merasa puas :
ketidak puasan bukan dilihat
dari banyakna uang yang telah
dimiliki, tetapi cara kerja n
cara2 bisnis yg telah di
sempurnakan.
28. mampu mendeteksi kemana
uang mengalir : mereka
memahami kemana uang
mengalir
29. Memahami nilai guna yg
tersembunyi : orang kaya
memiliki sense yg tajam
terhadap berbagai macam
peluang bisnis.
30. memikirkan hal terburuk,
tetapi tidak takut karenana :
Orang kaya salalu mendahului
pemikiranna dari hal yg
terburuk.
31. memiliki alasan kuat u/
setiap pengeluaranna
32. Menciptakan uang, bukan
mencari uang : orang berbakat
kaya selalu berpikir saluran pipa
kekayaan.
33. Tahu persis bagaimana
uangna bekerja
34. Fokus n spesifik : mereka
tidak mau kehilangan fokus
pada wilayah dimana mereka
memiliki kompetensi inti.
35. Percaya bahwa uang tdk
tumbuh dipohon : mereka
berpikir uang n kekayaan
hanyalah konsekuensi dari
gagasan dan tindakan anda.
36. Tidak percaya " abnormal
Return " : Tidak satupun
instrumen investasi yg bebas
resiko.
37. Mampu membedakan lemak
n memangkas otot : Mereka
hanya membuang lemakna,
yaitu sesuatu yang membuat
bisnis menjadi tidak fleksibel,
terlalu birokratis n tidak
responsif terhadap perubahan.
38. Cerdas secara finansial n
numerik
39. Lebih suka berbelanja secara
tunai
40. tidak pernah mau
mengunakan kartu kredit
apalagi minta kenaikan plafon
kartu kredit
41. Tidak bisa dirayu iklan
konsumtif
42. Menggunakan setiap
aktivitas konsumsi sebagai
sarana pembelajaran
43. selalu berpegang pada azas
uilitas dalam berkonsumsi
44. Mencari daya ungkit : orang2
berbakat kaya selalu mencari
daya ungkit untuk menaikan
nilai aset
45. Peka terhadap detail :
Orang2 berbakat kaya biasana
gampang memahami gambaran
umum suatu persoalan.
46. Menghargai waktu
47. Mampu menghitung
"opprtunity cost (biaya semu)
" : muncul sebagai konsekuensi
logis ketika kita mengambil
suatu pilihan n
mengorbankan pilihan lain,
tetapi orang berbakat kaya
mampu menghitung opprtunity
cost sehingga mereka bisa
menentukan secara tepat
pilihanna yg disesuaikn
dengan tujuan awal.
48. Berani gagal
49. Skeptis menghadapi smua
proposal
50. Disiplin terhadap anggaran
51. Mampu membedakan Needs
dan wants
52. membiarkan pihak lawan
menawar terlebih dahulu
53. Bisa melihat potensi
terpendam dari segsala sesuatu
54. Menginvestasikn uang n
waktu secara aktif
55. Tak suka menabung : Orang
kaya tidak menabung dengan
tujuan "mengumpulkan"
sedikit2 demi sedikit lama2
menjadi bukit. kalupun punya
tabungan, motifna adl
penyimpanan saja, bukan u/
mendapatkan hasil. Mereka pasti
menanamkn uangna kedalam
instrumen2 yg bisa memberi
return secara cepat. Investasi
tidak dikenai pajak, kecuali
apabila investor menginginkn
profit taking. namun, bunga
tabungan selalu dipangkas
pajak, tidak peduli apakah
pemilik tabungan akan memakai
uangna atau tidak.
56. memeliki kepekaan terhadap
bunga majemuk
57. mampu menghitung nilai
nominal dari segala sesuatu
58. Tidak pernah mencintai
aset secara tidak rasional :
orang2 kaya tidak pernah
mencintai asetna secara
berlebihan, sehingga
menganggapna tidak bisa dinilai
dengan uang.
59. Tidak pernah mengeluhkn
modal yg kecil
60. Stabil secara emosional
61. Bisa memahami kebutuhan
n keinginan orang lain
62. Proporsional dalam
mengambil resiko : orng kaya
selalu mengukur resiko n
keuntungan, karena keduana
berbanding lurus.
63. Punya nyali n berani
kehilangan uang
64. bersikap obyektif n
rasional
65. Memegang asas
profesionalisme : Orang2 kaya
tidak mencampur aduk
hubungan profesional n
pertemanan.
66. memiliki kemampuan
kordinasi
67. Tidak takut utang
68.mampu menjadi penilai aset
yg handal
69. memahami ritme n
timing
70. Selalu tertarik pada cara
kerja suatu alat atau sistem
71. menghindari bekerja dng
penghasilan tetap
72. menghindari utang budi
73. Jago mengkomunikasikn
gagasan bisnis
74. Bekerja bukan berdasarkn
hasil jangka pendek
75. Mewaspadai kebiasaan
buruk
76. menyukai perubahan
77. mempunyai sense terhadap
keseimbangan uang n barang
78. mampu menemukn
substansi :mereka selalu merujuk
pd poin pentingna saat
membeli sesuatu, sperti pd
saat membeli bor misalna,
mereka membeli bor
berorientasi pada tujuanna
yakni untuk membuat lubang.
79. berpikir dari berbagai sudut
pandang
80. respek terhadap orang2
sukses
81. Lihai dalam permainan ego
82. Berwatak simple n praktis
83. menganggap krisis sebagai
peluang
84. Mampu memahami
kebutuhan orang lain
merupakan salah satu kunci
sukses bisnis
85. Bisa berpikir seperti orang
awam
86. mempercayai kekuatan
pikiran
87. Memahami kegagalan dr
sudut pandang lain n
merubahna menjadi sesuatu
pembelajaran yg dpt merubah
menjadi kemajuan usahana
88. Tidak mengenalkn belas
kasihan
89. mampu menghitung cepat
90. Memiliki skala prioritas
dlm pengeluaran
91. Mampu mengenali pola :
selalu berusaha memahami pola
yg berlaku n cara kerja
segala sesuatu.
92. Peka terhadap kualitas
93. berorientasi pada " value for
money " : setiap sen uang yg
keluar harus memiliki alasan
yg kuat.
94. Mengerti kekuatan informasi
95. bukan persentasena, tapi
nominalna
96. selalu mengikuti
perkembangan terbaru
97. mencatat segala transaksi
keuangan
98. Mampu mengukur peluang
n probabilitas
99. Membiarkn setiap transaksi
berdiri sendiri.
seseorang untuk menjadi kaya
tak perlu harus jenius. Namun
memang diperlukn karakter
n kualitas tertentu u/
menjadi kaya. ( from : William
Tanuwidjadja : 99 tanda orang
berbakat kaya )
1. Berpikir seperti layakna
orang kaya : Orang yg
berbakat kaya selalu belajar
berpikir n bertindak layakna
orang kaya.
2. Tidak berpikir
konsumtif :Orang yg berbakat
kaya akan selalu berpikir
tentang apa yg mereka akan
lakukan dng uang agar dpt
berlipat ganda.
3. Pintar mengelola arus kas :
Selalu menghitung banyak
rupiah yg tersisa setelah
dikurangi kebutuhan hidup
yg sifatna mendasar.
4. Mampu membedakn aset
dan liabilitas : Mereka selalu
memikirkn apakah aset2 itu
menghasilkn arus kas masuk
atau justru keluar.
5.Selalu membangun intengible
aset (aset non fisik):yaitu selalu
menjaga hubungan dng
relasi, teman, jaringan,
kepercayaan, cara berpikir, visi,
pemikiran, keyakinan n
otokritik.
6. Bekerja u/ belajar, bukan
demi uang : Mereka bekerja
u/ orang lain sebenarna
untuk mempelajari sesuatu,
biasana mereka mempelajari
sistem bisnis, bagaimana aliran
uang, cara membangun jaringan
relasi, dll.
7. Sangat percaya diri : Mereka
percaya akan kemampuan yg
dimilikina u/ mendapatkn
kekayaan.
8. Mengenali dirina dng
baik : Mereka paham potensi,
potensi, kelemahan, serta
karakter-karakter spesifik yg
dia miliki.
9. Memandang uang sebagai
organisme : Mereka menanam
uang dilahan yg tepat,
memeliharana, membersihkn
hamana, n disaat yg tepat
memetik hasilna.
10. Tak pernah mengeluh,
merasa miskin n kekurangan
11. Siap mental untuk menjadi
kaya
12. sangat mampu
mengendalikn diri : Orang2
yg super kaya selalu
menampakn mimik yg
standar, SENYUM MUANIS nan bijak, n
tampakna, well semuana
terkendali, walaupun pasar
pd saat itu sedang porak-
poranda. Orang kaya sangat
mampu mengendalikn diri agar
sikapna tidak dapat dibaca oleh
publik.
13. Memahami logika " Take n
Give " : Orang kaya sangat
paham dengan pameo " There's
no free lunch "tak ada sesuatu
yg GRATIS.
14. Berorientasi pd proses : si
kaya memikirkan nilai guna
yg seperti apa u/
mendapatkn uang banyak.
15. Mencintai peranna : orng
kaya biasana mencintai
peranna dlm kehidupan
bisnis n sosial.
16. Mempercayai prinsip
relativitas uang : Orang2 kaya
telah melatih dirina u/ tidak
terkejut melihat price list atau
penawaran2 apapun. semuana
kembali pada apa yg bisa
didapatkn dari pengeluaran
tersebut.
17. Memahami konsep : Time
value of money" : nilai lebih
untuk masa depan
18. Tak ingin bersusah payah :
Jangan salah orang yg tak
ingin bersusah payah bukan
berarti ia malas. Kalau dia
berpikir n terus berpikir
untuk menemukn sistem n
cara bekerja yg efektif n
efisien u/ mendapatkn hasil
yg lebih baik, maka mereka
memiliki bakat untuk menjadi
kaya.
19. kreatif : merupakan bagian
terpenting dari bakat menjadi
kaya. Orang kaya selalu kreatif
dalam menemukan cara2 baru
dalam berbisnis.
20. Menghargai gagasan yg
beroroientasi pd tindakan :
Orang kaya bisa memilih ide
yg menarik yg hanya sebatas
ide dan yg bisa menghasilkan
uang.
21. Open mind : Orang2 berbakat
kaya sangat yakin tak ada
sesuatu yg tak mungkin
terjadi. mereka terus
bermimpi n yakin mimpina
suatu saat dpt terwujud.
22. Mampu menilai karakter
orang lain : Orang2 kaya selalu
memilih staf atau karyawan yg
sesuai dengan karakter dirina.
23. Waspada terhadap pujian :
pujian bisa membuat terlena
n lupa diri, orang kaya lebih
terbuka menerima kritik.
24. Terbuka menerima kritik :
orang kaya telah berlatih untuk
menerima kritik stajam apapun.
25. Mampu memahami berbagai
bntuk uang : bagi orng kaya
pengertian uang sangatlah luas
26. mampu menggunakan
Sumber daya orng lain : orang
kaya menggunakan waktu n
tenaga orng lain bahkan uang
orng lain u/ memperkaya
dirina.
27. Tak pernah merasa puas :
ketidak puasan bukan dilihat
dari banyakna uang yang telah
dimiliki, tetapi cara kerja n
cara2 bisnis yg telah di
sempurnakan.
28. mampu mendeteksi kemana
uang mengalir : mereka
memahami kemana uang
mengalir
29. Memahami nilai guna yg
tersembunyi : orang kaya
memiliki sense yg tajam
terhadap berbagai macam
peluang bisnis.
30. memikirkan hal terburuk,
tetapi tidak takut karenana :
Orang kaya salalu mendahului
pemikiranna dari hal yg
terburuk.
31. memiliki alasan kuat u/
setiap pengeluaranna
32. Menciptakan uang, bukan
mencari uang : orang berbakat
kaya selalu berpikir saluran pipa
kekayaan.
33. Tahu persis bagaimana
uangna bekerja
34. Fokus n spesifik : mereka
tidak mau kehilangan fokus
pada wilayah dimana mereka
memiliki kompetensi inti.
35. Percaya bahwa uang tdk
tumbuh dipohon : mereka
berpikir uang n kekayaan
hanyalah konsekuensi dari
gagasan dan tindakan anda.
36. Tidak percaya " abnormal
Return " : Tidak satupun
instrumen investasi yg bebas
resiko.
37. Mampu membedakan lemak
n memangkas otot : Mereka
hanya membuang lemakna,
yaitu sesuatu yang membuat
bisnis menjadi tidak fleksibel,
terlalu birokratis n tidak
responsif terhadap perubahan.
38. Cerdas secara finansial n
numerik
39. Lebih suka berbelanja secara
tunai
40. tidak pernah mau
mengunakan kartu kredit
apalagi minta kenaikan plafon
kartu kredit
41. Tidak bisa dirayu iklan
konsumtif
42. Menggunakan setiap
aktivitas konsumsi sebagai
sarana pembelajaran
43. selalu berpegang pada azas
uilitas dalam berkonsumsi
44. Mencari daya ungkit : orang2
berbakat kaya selalu mencari
daya ungkit untuk menaikan
nilai aset
45. Peka terhadap detail :
Orang2 berbakat kaya biasana
gampang memahami gambaran
umum suatu persoalan.
46. Menghargai waktu
47. Mampu menghitung
"opprtunity cost (biaya semu)
" : muncul sebagai konsekuensi
logis ketika kita mengambil
suatu pilihan n
mengorbankan pilihan lain,
tetapi orang berbakat kaya
mampu menghitung opprtunity
cost sehingga mereka bisa
menentukan secara tepat
pilihanna yg disesuaikn
dengan tujuan awal.
48. Berani gagal
49. Skeptis menghadapi smua
proposal
50. Disiplin terhadap anggaran
51. Mampu membedakan Needs
dan wants
52. membiarkan pihak lawan
menawar terlebih dahulu
53. Bisa melihat potensi
terpendam dari segsala sesuatu
54. Menginvestasikn uang n
waktu secara aktif
55. Tak suka menabung : Orang
kaya tidak menabung dengan
tujuan "mengumpulkan"
sedikit2 demi sedikit lama2
menjadi bukit. kalupun punya
tabungan, motifna adl
penyimpanan saja, bukan u/
mendapatkan hasil. Mereka pasti
menanamkn uangna kedalam
instrumen2 yg bisa memberi
return secara cepat. Investasi
tidak dikenai pajak, kecuali
apabila investor menginginkn
profit taking. namun, bunga
tabungan selalu dipangkas
pajak, tidak peduli apakah
pemilik tabungan akan memakai
uangna atau tidak.
56. memeliki kepekaan terhadap
bunga majemuk
57. mampu menghitung nilai
nominal dari segala sesuatu
58. Tidak pernah mencintai
aset secara tidak rasional :
orang2 kaya tidak pernah
mencintai asetna secara
berlebihan, sehingga
menganggapna tidak bisa dinilai
dengan uang.
59. Tidak pernah mengeluhkn
modal yg kecil
60. Stabil secara emosional
61. Bisa memahami kebutuhan
n keinginan orang lain
62. Proporsional dalam
mengambil resiko : orng kaya
selalu mengukur resiko n
keuntungan, karena keduana
berbanding lurus.
63. Punya nyali n berani
kehilangan uang
64. bersikap obyektif n
rasional
65. Memegang asas
profesionalisme : Orang2 kaya
tidak mencampur aduk
hubungan profesional n
pertemanan.
66. memiliki kemampuan
kordinasi
67. Tidak takut utang
68.mampu menjadi penilai aset
yg handal
69. memahami ritme n
timing
70. Selalu tertarik pada cara
kerja suatu alat atau sistem
71. menghindari bekerja dng
penghasilan tetap
72. menghindari utang budi
73. Jago mengkomunikasikn
gagasan bisnis
74. Bekerja bukan berdasarkn
hasil jangka pendek
75. Mewaspadai kebiasaan
buruk
76. menyukai perubahan
77. mempunyai sense terhadap
keseimbangan uang n barang
78. mampu menemukn
substansi :mereka selalu merujuk
pd poin pentingna saat
membeli sesuatu, sperti pd
saat membeli bor misalna,
mereka membeli bor
berorientasi pada tujuanna
yakni untuk membuat lubang.
79. berpikir dari berbagai sudut
pandang
80. respek terhadap orang2
sukses
81. Lihai dalam permainan ego
82. Berwatak simple n praktis
83. menganggap krisis sebagai
peluang
84. Mampu memahami
kebutuhan orang lain
merupakan salah satu kunci
sukses bisnis
85. Bisa berpikir seperti orang
awam
86. mempercayai kekuatan
pikiran
87. Memahami kegagalan dr
sudut pandang lain n
merubahna menjadi sesuatu
pembelajaran yg dpt merubah
menjadi kemajuan usahana
88. Tidak mengenalkn belas
kasihan
89. mampu menghitung cepat
90. Memiliki skala prioritas
dlm pengeluaran
91. Mampu mengenali pola :
selalu berusaha memahami pola
yg berlaku n cara kerja
segala sesuatu.
92. Peka terhadap kualitas
93. berorientasi pada " value for
money " : setiap sen uang yg
keluar harus memiliki alasan
yg kuat.
94. Mengerti kekuatan informasi
95. bukan persentasena, tapi
nominalna
96. selalu mengikuti
perkembangan terbaru
97. mencatat segala transaksi
keuangan
98. Mampu mengukur peluang
n probabilitas
99. Membiarkn setiap transaksi
berdiri sendiri.
Sabtu, 23 Oktober 2010
Jalan.
Jalan masih panjang
terbentang di hadapan,
kehidupan kan terus berjalan,
waktu kan terus bergerak
melindas orang-orang yang
terlena. Hai jiwa yang terlena,
sadarlah!!! Bahwasanya kita
hidup di dunia ini hanya sekali,
perbanyaklah bekal tuk
kehidupan kelak yang kekal
abadi selamanya. Janganlah
kita kalah oleh karena suatu
masalah yang teramat kecil,
sungguh tak ada suatu
masalah yang teramat besar
selain dari kita yang
membesar-besarkannya, tak
ada suatu masalah yang lebih
ketimbang lepasnya keimanan
dalam hati dan jiwa, sungguh
itulah the real big problem.
Masalah kita pada hari ini
sesungguhnya adalah suatu
masalah yang teramat kecil,
masalah kita pada masa lalu
yang senantiasa menghantui
diri, sungguh itu adalah suatu
masalah yang sungguh-
sungguh amat kecil. Namun
kenapa kebanyakan diantara
kita menganggap bahwa itu
adalah suatu masalah yang
sangat besar dan selalu
menghantui dalam setiap
detik waktunya.
Lantas kenapa kita
menganggap hal itu sangat
besar, sebenarnya kita
sendirilah yang membuat
suatu masalah itu menjadi
sangat besar, kita terkadang
terlalu mendramatisir suatu
masalah hingga suatu
masalah itu menjadi sangat
besar dan senantiasa
menghantui kita disetiap
waktunya. Kadang kita lupa
bahwasanya kita memiliki
Sang Pemiliki Solusi.
Jadi sahabat, untuk apalah kita
senantiasa berkutat dengan
suatu masalah padahal
kehidupan harus terus
berlanjut. Buat apalah kita
senantiasa dihantui suatu
masalah kalau kita bisa
memohon pada Allah,
bahwasanya dunia beserta
seluruh isinya adalah semua
miliknya. Ayo sahabatku
semua kita jalani kehidupan
ini dengan semestinya, suatu
masalah bukan untuk ditakuti
apalagi di hindari tetapi untuk
di hadapi dan dipecahkan
karena sesungguhnya solusi
itu telah nampak dihadapan
kita. Allah telah memberikan
panduannya berupa ayat-ayat
cintaNya, namun sejauh mana
kita memahami ayat-
ayatNya …
terbentang di hadapan,
kehidupan kan terus berjalan,
waktu kan terus bergerak
melindas orang-orang yang
terlena. Hai jiwa yang terlena,
sadarlah!!! Bahwasanya kita
hidup di dunia ini hanya sekali,
perbanyaklah bekal tuk
kehidupan kelak yang kekal
abadi selamanya. Janganlah
kita kalah oleh karena suatu
masalah yang teramat kecil,
sungguh tak ada suatu
masalah yang teramat besar
selain dari kita yang
membesar-besarkannya, tak
ada suatu masalah yang lebih
ketimbang lepasnya keimanan
dalam hati dan jiwa, sungguh
itulah the real big problem.
Masalah kita pada hari ini
sesungguhnya adalah suatu
masalah yang teramat kecil,
masalah kita pada masa lalu
yang senantiasa menghantui
diri, sungguh itu adalah suatu
masalah yang sungguh-
sungguh amat kecil. Namun
kenapa kebanyakan diantara
kita menganggap bahwa itu
adalah suatu masalah yang
sangat besar dan selalu
menghantui dalam setiap
detik waktunya.
Lantas kenapa kita
menganggap hal itu sangat
besar, sebenarnya kita
sendirilah yang membuat
suatu masalah itu menjadi
sangat besar, kita terkadang
terlalu mendramatisir suatu
masalah hingga suatu
masalah itu menjadi sangat
besar dan senantiasa
menghantui kita disetiap
waktunya. Kadang kita lupa
bahwasanya kita memiliki
Sang Pemiliki Solusi.
Jadi sahabat, untuk apalah kita
senantiasa berkutat dengan
suatu masalah padahal
kehidupan harus terus
berlanjut. Buat apalah kita
senantiasa dihantui suatu
masalah kalau kita bisa
memohon pada Allah,
bahwasanya dunia beserta
seluruh isinya adalah semua
miliknya. Ayo sahabatku
semua kita jalani kehidupan
ini dengan semestinya, suatu
masalah bukan untuk ditakuti
apalagi di hindari tetapi untuk
di hadapi dan dipecahkan
karena sesungguhnya solusi
itu telah nampak dihadapan
kita. Allah telah memberikan
panduannya berupa ayat-ayat
cintaNya, namun sejauh mana
kita memahami ayat-
ayatNya …
Jumat, 22 Oktober 2010
gadis seksi luar dalam.
Seorang muslimah sejati bukan
dilihat dari kecantikan dan
keayuan wajahnya semata-mata.
Wajahnya hanyalah satu peranan
yang amat kecil, tetapi muslimah
sejati dilihat dari kecantikan dan
ketulusan hatinya yang
tersembunyi.
Muslimah sejati juga tidak dilihat
dari bentuk tubuh badannya yang
mempesona, tetapi dilihat
dari sejauh mana ia menutupi
bentuk tubuhnya yang
mempesona itu.
Muslimah sejati bukanlah dilihat
dari mana kebaikan yang
diberikannya, tetapi
dari keikhlasan ketika ia
memberikan segala kebaikan itu.
Muslimah sejati bukanlah dilihat
dari seberapa indah lantunan
suaranya, tetapi dilihat dariapa
yang sering mulutnya bicarakan.
Muslimah sejati bukan dilihat dari
keahliannya berbahasa, tetapi
dilihat dari bagaimana caranya ia
berbicara dan berhujah
kebenaran.
Berdasarkan ayat 31, surah An
Nur, Abdulllah Ibnu Abbas dan
lain-lainnya berpendapat,
“ seorang wanita islam hanya
boleh menampakkan wajah, dua
tapak tangan dan cincinnya di
hadapan lelaki yang bukan
mahram. ” (Dr. said hawa di
dalam kitabnya Al Asas fit Tasir)
“janganlah perempuan-
perempuan itu terlalu lunak
dalam berbicara sehingga
menggairahkan orang yang ada
perasaan dalam hatinya, tetapi
ucapkanlah perkataan yang baik-
baik. ” (Qs. Al Ahzab : 32)
Muslimah sejati bukan dilihat dari
keberaniannya berpakaian modis,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia
berani mempertahankan
kehormatannya melalui apa yang
dipakainya.
Muslimah sejati bukan dilihat dari
kekhawatirannya digoda orang di
tepi jalanan, tetapi dilihat
dari kekhawatirannya dirinyalah
yang mengundang orang akan
tergoda.
Muslimah sejati bukanlah dilihat
dari seberapa banyak dan
besarnya ujian yang ia
jalani,tetapi dilihat dari sejauh
mana ia menghadapi ujian itu
dengan penuh rasa ridha dan
kehambaan kepada Tuhannya,
dan ia senantiasa bersyukur
dengan segala karunia yang
diberi.
Muslimah sejati bukan dilihat dari
sifat mesranya dalam
bergaul,tetapi dilihat dari sejauh
mana ia mampu menjaga
kehormatan dirinya dalam
bergaul.
“apabila seorang perempuan
shalat lima waktu, puasa dibulan
Ramadhan, menjaga
kehormatannya dan mentaati
suaminya, maka masuklah ia ke
dalam syurga dari pintu-pintu
yang ia kehendaki. ” (HR. Al
Bazzar)
dilihat dari kecantikan dan
keayuan wajahnya semata-mata.
Wajahnya hanyalah satu peranan
yang amat kecil, tetapi muslimah
sejati dilihat dari kecantikan dan
ketulusan hatinya yang
tersembunyi.
Muslimah sejati juga tidak dilihat
dari bentuk tubuh badannya yang
mempesona, tetapi dilihat
dari sejauh mana ia menutupi
bentuk tubuhnya yang
mempesona itu.
Muslimah sejati bukanlah dilihat
dari mana kebaikan yang
diberikannya, tetapi
dari keikhlasan ketika ia
memberikan segala kebaikan itu.
Muslimah sejati bukanlah dilihat
dari seberapa indah lantunan
suaranya, tetapi dilihat dariapa
yang sering mulutnya bicarakan.
Muslimah sejati bukan dilihat dari
keahliannya berbahasa, tetapi
dilihat dari bagaimana caranya ia
berbicara dan berhujah
kebenaran.
Berdasarkan ayat 31, surah An
Nur, Abdulllah Ibnu Abbas dan
lain-lainnya berpendapat,
“ seorang wanita islam hanya
boleh menampakkan wajah, dua
tapak tangan dan cincinnya di
hadapan lelaki yang bukan
mahram. ” (Dr. said hawa di
dalam kitabnya Al Asas fit Tasir)
“janganlah perempuan-
perempuan itu terlalu lunak
dalam berbicara sehingga
menggairahkan orang yang ada
perasaan dalam hatinya, tetapi
ucapkanlah perkataan yang baik-
baik. ” (Qs. Al Ahzab : 32)
Muslimah sejati bukan dilihat dari
keberaniannya berpakaian modis,
tetapi dilihat dari sejauh mana ia
berani mempertahankan
kehormatannya melalui apa yang
dipakainya.
Muslimah sejati bukan dilihat dari
kekhawatirannya digoda orang di
tepi jalanan, tetapi dilihat
dari kekhawatirannya dirinyalah
yang mengundang orang akan
tergoda.
Muslimah sejati bukanlah dilihat
dari seberapa banyak dan
besarnya ujian yang ia
jalani,tetapi dilihat dari sejauh
mana ia menghadapi ujian itu
dengan penuh rasa ridha dan
kehambaan kepada Tuhannya,
dan ia senantiasa bersyukur
dengan segala karunia yang
diberi.
Muslimah sejati bukan dilihat dari
sifat mesranya dalam
bergaul,tetapi dilihat dari sejauh
mana ia mampu menjaga
kehormatan dirinya dalam
bergaul.
“apabila seorang perempuan
shalat lima waktu, puasa dibulan
Ramadhan, menjaga
kehormatannya dan mentaati
suaminya, maka masuklah ia ke
dalam syurga dari pintu-pintu
yang ia kehendaki. ” (HR. Al
Bazzar)
manfaat kerudung dari segi kesehatan.

Apakah Anda pernah terpikir,
kenapa Allah dalam firman-Nya
hanya mewajibkan muslimah tuk
berjilbab (menutup auratnya)?
Ternyata secara ilmiah hal itu bisa
dijawab kenapa sih hanya
muslimah bukan muslim? Hal itu
dikarenakan kulit wanita lebih
tipis daripada pria dan pigmen
melanin wanita lebih sedikit
untuk ras yang sama.
Wanita cenderung lebih besar
risikonya dibanding pria untuk
terkena skin cancer (kanker kulit)
jika terlalu sering terpajan oleh
sinar matahari yang banyak
mengandung sinar UV (pada
pukul 09.00-16.00). Dengan
menutup aurat menggunakan
jilbab dan khimar/kerudung maka
kulit dan rambut kita akan terjaga
dan kemungkinan terkena kanker
itu menjadi lebih kecil. Apakah
Anda juga tahu ternyata baju yang
kita pakai itu mengandung SPF
hampir sama dengan sunblock/
sunscren.
Begitu juga dengan rambut.
Rambut yang tertutup oleh
khimar/kerudung akan lebih sehat
dan lebih halus dibanding dengan
rambut yang selalu terkena sinar
matahari karena memang sinar
matahari dapat membuat rambut
kita menjadi rusak. Rambut yang
terlindungi gak akan mudah
patah, memerah dan bercabang.
Namun perlu dijaga pula.
Ada beberapa tips supaya rambut
kita gak rusak, kalau rambut
dalam keadaan basah jangan
langsung disisir, belahan rambut
harus sering diganti-ganti,
rambut jangan terlalu kencang
diikat, pake kerudung yang
longgar (sesuai syariat dunk yang
sampai menutup dada), kerudung
jangan diikat (seperti trend
pemakaian kerudung sekarang,,
astaghfirullah), kerudung yang
diikat tuh sirkulasi udaranya
kurang baik dan tentunya tidak
sesuai syariat.
Tips Merawat Kerudung
Berikut ini tips bagaimana cara
merawat kerudung yang baik:
1. Untuk semua jenis Kerudung
dan jilbab jangan pernah mencuci-
nya dengan mesin cuci.Karena
akan merusak dacron atau busa di
kepala untuk kerudung yang
bermodel bergo dan merusak
bahan jilbab untuk jenis bahan
sutra atau katun. Cukup digosok-
gosok saja dengan tangan dan
tidak perlu disikat.
2. Untuk kerudung yang berbahan
sutra jangan pernah mencucinya
dengan detergen atau sabun cuci,
gunakanlah shampo. Caranya
dengan mencelupkan kerudung
pada air yang telah diberi
shampo. Biarkan sesaat dan tidak
perlu diperas pada saat
menjemurnya.
3. Apapun bahan dari kerudung
tersebut,jangan lupa untuk
menjemur dengan posisi bagian
dalamnya yang diluar dan jemur
di tempat yang teduh, hindari
menjemur di bawah terik
matahari langsung. Agar warna
kerudung tidak cepat memudar.
4. Pada saat menyetrika kerudung
jangan pernah pula menyetrika
dacron atau busanya untuk
kerudung yang berbentuk bergo,
karena akan merusak bentuk
dacron dan jangan menggunakan
setrika yang panas untuk berbagai
jenis bahan kerudung.
Mudah-mudahan cara menjaga
dan merawat kerudung di atas
dapat bermanfaat sehingga tetap
awet, tahan lama dan warna tidak
cepat pudar.
Kamis, 21 Oktober 2010
7 Sifat Setan yang Patut Dicontoh Manusia !!!
Saya yakin sobat pasti bingung
membaca judul artikel yang satu
ini. Masa ada sifat setan yang
patut dicontoh. Padahal kita
tahu sendiri setan adalah
makhluk yang menyesatkan. Iya
memang betul setan selalu
mengajak kita kepada
kesesatan. Akan tetapi sifat
yang akan kita contoh ini
memang ada dalam diri si setan
dan patut kita contoh…
Langsung aja ini sifat-sifat yang
luar biasa:
1.Pantang menyerah, setan akan
selalu menggoda imam manusia
sebelum tujuannya tercapai.
2. Selalu Berusaha, setan selalu
mempunyai usaha yang kreatif
dan inovatif untuk menggoda
manusia agar terjerumus di
dalam dunianya.
3. Konsisten, setan tidak pernah
mengeluh walaupun dia gagal
untuk menggoda manusia, tapi
dia tetap pantang menyerah.
4. Solider, setan tidak pernah
saling menyerang satu sama
lain, akan tetapi mereka selalu
berkerja sama dalam mencapai
tujuan yaitu menggoda
manusia.
5. Jenius, setan memang pintar
untuk menggoda manusia. Ia
dapat menciptakan ide-ide
kreatif dan tidak plagiat.
6. Tanpa Pamrih, setan melakukan
pekerjaan menggoda manusia
24 jam nonstop dan tidak
meminta imbalan sedikitpun
tidak seperti kita.
7. Suka berteman, setan selalu
ingin berteman dan dapat
menjaga pertemanan (Setia,
solider) agar temannya di
neraka kelak akan banyak.
Lalu bagaimana dengan kita
teman? apakah kita sudah
mempunyai ketujuh sifat yang
ada pada setan itu?
??
Di samping dengan kekuatan
DO'A tentunya ketujuh sifat itu
harus ada dalam diri kita, agar
kita dalam mencapai cita-cita
dapat lancar.
Kita juga harus memerangi
setan dengan semangat serupa
bahkan harus lebih dari apa
yang dimiliki setan tersebut.
Tetapi satu lagi yang perlu
diingat, ketujuh sifat itu kita
praktekan untuk berjuang ke hal
KEBAIKAN bukan seperti setan
yang menggunakannya untuk
keburukan.
membaca judul artikel yang satu
ini. Masa ada sifat setan yang
patut dicontoh. Padahal kita
tahu sendiri setan adalah
makhluk yang menyesatkan. Iya
memang betul setan selalu
mengajak kita kepada
kesesatan. Akan tetapi sifat
yang akan kita contoh ini
memang ada dalam diri si setan
dan patut kita contoh…
Langsung aja ini sifat-sifat yang
luar biasa:
1.Pantang menyerah, setan akan
selalu menggoda imam manusia
sebelum tujuannya tercapai.
2. Selalu Berusaha, setan selalu
mempunyai usaha yang kreatif
dan inovatif untuk menggoda
manusia agar terjerumus di
dalam dunianya.
3. Konsisten, setan tidak pernah
mengeluh walaupun dia gagal
untuk menggoda manusia, tapi
dia tetap pantang menyerah.
4. Solider, setan tidak pernah
saling menyerang satu sama
lain, akan tetapi mereka selalu
berkerja sama dalam mencapai
tujuan yaitu menggoda
manusia.
5. Jenius, setan memang pintar
untuk menggoda manusia. Ia
dapat menciptakan ide-ide
kreatif dan tidak plagiat.
6. Tanpa Pamrih, setan melakukan
pekerjaan menggoda manusia
24 jam nonstop dan tidak
meminta imbalan sedikitpun
tidak seperti kita.
7. Suka berteman, setan selalu
ingin berteman dan dapat
menjaga pertemanan (Setia,
solider) agar temannya di
neraka kelak akan banyak.
Lalu bagaimana dengan kita
teman? apakah kita sudah
mempunyai ketujuh sifat yang
ada pada setan itu?
??
Di samping dengan kekuatan
DO'A tentunya ketujuh sifat itu
harus ada dalam diri kita, agar
kita dalam mencapai cita-cita
dapat lancar.
Kita juga harus memerangi
setan dengan semangat serupa
bahkan harus lebih dari apa
yang dimiliki setan tersebut.
Tetapi satu lagi yang perlu
diingat, ketujuh sifat itu kita
praktekan untuk berjuang ke hal
KEBAIKAN bukan seperti setan
yang menggunakannya untuk
keburukan.
19 rahasia menjadi pribadi penuh pesona.
Inilah 19 rahasia menjadi pribadi
penuh pesona yang kami
kembangkan dari pemikiran dr.
Yul Iskandar, DSJ., MBAP.,MASRS.,
PhD. pendiri Yayasan Dharma
Graha. Selamat mengikuti!
1. Berubahlah dengan waktu
dan tempat! ��Jangan selalu
menuruti perasaan negatif,
seperti: merasa bosan, lelah,
jenuh, tersiksa dengan tempat
atau masa lalu. Tersenyumlah,
dan dunia akan tersenyum
bersama anda! Menangislah, dan
anda akan menangis sendirian!
Mutiara kata ini mengisyaratkan
agar kita selalu berbahagia
dimana pun kita berada dan
kapan pun. Jika kita merasa
sebagai orang yang paling sedih
atau menderita di dunia ini,
yakinlah bahwa masih banyak
orang lain yang lebih menderita
daripada kita.
2. Carilah kenalan, teman,
sahabat, relasi sebanyak-
banyaknya! �Sering-seringlah
bepergian, menjelajahi dunia.
Semakin sering anda bertemu
dan berinteraksi dengan banyak
orang, maka kepribadian anda
akan semakin matang tanpa
anda sadari.
3. Cintailah orang lain seperti
mencintai diri sendiri.
Dengan cinta, hidup menjadi
indah, persahabatan
menjadi �langgeng, dan
silaturahmi tetap terbina.
Tentunya cinta yang diberikan
secara tulus tanpa pamrih,
tanpa mengharap balasan
kecuali dari Allah semata.
4. Hargailah dan nikmatilah
alam. �Dengan menghargai
alam, jiwa menjadi tenang.
Dengan menikmati alam hati
menjadi senang. Temukanlah
rahasia sesuatu itu tampak
menarik, misalnya: bunga yang
mekar, surya yang bersinar,
sawah yang terhampar.
5. Hargailah orang
lain. �Misalnya dengan cara
membuatnya bahagia,
tersenyum, tertawa, memberi
pujian yang tulus.
Membahagiakan orang lain akan
membuatnya membahagiakan
kita di saat yang tak terduga,
percayalah!
6. Jaga tingkah
laku. �Banyaklah
mendengarkan dan berpikir
daripada berbicara, kecuali bila
waktunya untuk berbicara.
Dengan menjaga lisan dan
perbuatan kita, berarti setengah
pertempuran hidup telah kita
menangkan.
7. Jangan kekanak-
kanakan. �Sikap dewasa
menunjukkan kepribadian yang
kuat dan mempesona. Betapa
banyak orang tua yang bahkan
belum dewasa! Salah satu tanda
kedewasaan seseorang antara
lain adalah dari sikap, tutur kata,
dan caranya di dalam
mengambil keputusan secara
arif dan bijaksana.
8. Jangan mencari kesalahan
orang lain. �Hidup kita terlalu
singkat untuk melakukan hal ini.
9. Jangan rendah diri.�Sudah
seharusnyalah kita menerima
dan memperbaiki kekurangan
kita tanpa pernah merasa
minder atau kecil di depan
orang lain. Percayalah, tidak
seorang manusia pun yang
sempurna di muka bumi ini!
10. Jangan
sombong. �Ketahuilah bahwa
selalu ada yang lebih daripada
kita. Kesombongan menandakan
kekosongan.
11. Kembangkan minat pada
berbagai hal. �Jangan
membatasi diri anda, perluas
bakat, minat, kemampuan,
pengetahuan, dan keahlian
anda. Memiliki satu keahlian
atau spesialisasi akan terasa
lebih baik dan sempurna jika
ditunjang dengan keahlian
dalam bidang yang lainnya,
sehingga anda akan semakin
"bersinar" dan penuh pesona.
12. Selalu baik pada orang
lain. �Jangan pernah merasa
dendam sekalipun kepada orang
lain, bahkan kepada mereka
yang pernah menyakiti kita.
Cintailah yang di bumi, niscaya
yang di langit akan
mencintaimu.
13. Selalu belajar.�Semakin
sering anda belajar, maka
semakin banyak yang anda
ketahui. Ilmu ini dapat menjadi
lahan amal bagi anda, sehingga
anda merasakan nikmatnya
berbagi dan indahnya ilmu.
14. Selalu mengikuti informasi
dan perkembangan terkini
tentang apapun. Dengan banyak
mengetahui hal yang paling
baru, maka anda akan tampil
semakin percaya diri dan penuh
pesona. Semakin banyak hal
baru yang anda tahu, maka akan
semakin banyak pula yang
mencari dan mengejar
anda...yakinlah!
15. Selalu tegap, sigap, dan
siap. �Posisi atau postur tubuh
anda di dalam berkomunikasi
dengan orang lain akan
mengungkapkan siapa diri anda
yang sebenarnya. Oleh
karenanya, milikilah rencana,
target, dan strategi (persiapan)
yang matang dan semangat
yang tak pernah pudar!
16. Selalu tersenyum pada
orang lain. �Orang akan lebih
senang melihat wajah yang
dihiasi senyuman daripada
wajah yang selalu disertai
ratapan atau keluhan.
17. Senang bekerja sama
dengan orang lain. �Inilah yang
membuat jaringan (network)
kita semakin luas, erat, dan
kuat.
18. Senang menolong orang
lain. �Dengan gemar menolong
orang lain, maka pada
hakikatnya kita menolong diri
kita sendiri. Semakin banyak
orang yang kita tolong, maka
akan semakin sering pula kita
ditolong oleh Allah dengan cara-
Nya yang tak terduga.
19. Terimalah nasib apa
adanya. �Tetaplah tenang dan
tabah, ingatlah bahwa "badai
pasti berlalu" dan "roda itu
berputar". Jangan suka
mengeluh, menggerutu, atau
bahkan mencaci-maki nasib.
Jangan sampai berkata atau
menganggap bahwa Allah itu
tidak adil! Justru di sinilah letak
keadilan-Nya.
Dengan merenungi dan
menerapkan semua hal di atas,
maka menjadi pribadi penuh
pesona saat ini bukanlah
sesuatu hal yang mustahil bagi
diri anda. Jika masih belum
percaya, cobalah!
penuh pesona yang kami
kembangkan dari pemikiran dr.
Yul Iskandar, DSJ., MBAP.,MASRS.,
PhD. pendiri Yayasan Dharma
Graha. Selamat mengikuti!
1. Berubahlah dengan waktu
dan tempat! ��Jangan selalu
menuruti perasaan negatif,
seperti: merasa bosan, lelah,
jenuh, tersiksa dengan tempat
atau masa lalu. Tersenyumlah,
dan dunia akan tersenyum
bersama anda! Menangislah, dan
anda akan menangis sendirian!
Mutiara kata ini mengisyaratkan
agar kita selalu berbahagia
dimana pun kita berada dan
kapan pun. Jika kita merasa
sebagai orang yang paling sedih
atau menderita di dunia ini,
yakinlah bahwa masih banyak
orang lain yang lebih menderita
daripada kita.
2. Carilah kenalan, teman,
sahabat, relasi sebanyak-
banyaknya! �Sering-seringlah
bepergian, menjelajahi dunia.
Semakin sering anda bertemu
dan berinteraksi dengan banyak
orang, maka kepribadian anda
akan semakin matang tanpa
anda sadari.
3. Cintailah orang lain seperti
mencintai diri sendiri.
Dengan cinta, hidup menjadi
indah, persahabatan
menjadi �langgeng, dan
silaturahmi tetap terbina.
Tentunya cinta yang diberikan
secara tulus tanpa pamrih,
tanpa mengharap balasan
kecuali dari Allah semata.
4. Hargailah dan nikmatilah
alam. �Dengan menghargai
alam, jiwa menjadi tenang.
Dengan menikmati alam hati
menjadi senang. Temukanlah
rahasia sesuatu itu tampak
menarik, misalnya: bunga yang
mekar, surya yang bersinar,
sawah yang terhampar.
5. Hargailah orang
lain. �Misalnya dengan cara
membuatnya bahagia,
tersenyum, tertawa, memberi
pujian yang tulus.
Membahagiakan orang lain akan
membuatnya membahagiakan
kita di saat yang tak terduga,
percayalah!
6. Jaga tingkah
laku. �Banyaklah
mendengarkan dan berpikir
daripada berbicara, kecuali bila
waktunya untuk berbicara.
Dengan menjaga lisan dan
perbuatan kita, berarti setengah
pertempuran hidup telah kita
menangkan.
7. Jangan kekanak-
kanakan. �Sikap dewasa
menunjukkan kepribadian yang
kuat dan mempesona. Betapa
banyak orang tua yang bahkan
belum dewasa! Salah satu tanda
kedewasaan seseorang antara
lain adalah dari sikap, tutur kata,
dan caranya di dalam
mengambil keputusan secara
arif dan bijaksana.
8. Jangan mencari kesalahan
orang lain. �Hidup kita terlalu
singkat untuk melakukan hal ini.
9. Jangan rendah diri.�Sudah
seharusnyalah kita menerima
dan memperbaiki kekurangan
kita tanpa pernah merasa
minder atau kecil di depan
orang lain. Percayalah, tidak
seorang manusia pun yang
sempurna di muka bumi ini!
10. Jangan
sombong. �Ketahuilah bahwa
selalu ada yang lebih daripada
kita. Kesombongan menandakan
kekosongan.
11. Kembangkan minat pada
berbagai hal. �Jangan
membatasi diri anda, perluas
bakat, minat, kemampuan,
pengetahuan, dan keahlian
anda. Memiliki satu keahlian
atau spesialisasi akan terasa
lebih baik dan sempurna jika
ditunjang dengan keahlian
dalam bidang yang lainnya,
sehingga anda akan semakin
"bersinar" dan penuh pesona.
12. Selalu baik pada orang
lain. �Jangan pernah merasa
dendam sekalipun kepada orang
lain, bahkan kepada mereka
yang pernah menyakiti kita.
Cintailah yang di bumi, niscaya
yang di langit akan
mencintaimu.
13. Selalu belajar.�Semakin
sering anda belajar, maka
semakin banyak yang anda
ketahui. Ilmu ini dapat menjadi
lahan amal bagi anda, sehingga
anda merasakan nikmatnya
berbagi dan indahnya ilmu.
14. Selalu mengikuti informasi
dan perkembangan terkini
tentang apapun. Dengan banyak
mengetahui hal yang paling
baru, maka anda akan tampil
semakin percaya diri dan penuh
pesona. Semakin banyak hal
baru yang anda tahu, maka akan
semakin banyak pula yang
mencari dan mengejar
anda...yakinlah!
15. Selalu tegap, sigap, dan
siap. �Posisi atau postur tubuh
anda di dalam berkomunikasi
dengan orang lain akan
mengungkapkan siapa diri anda
yang sebenarnya. Oleh
karenanya, milikilah rencana,
target, dan strategi (persiapan)
yang matang dan semangat
yang tak pernah pudar!
16. Selalu tersenyum pada
orang lain. �Orang akan lebih
senang melihat wajah yang
dihiasi senyuman daripada
wajah yang selalu disertai
ratapan atau keluhan.
17. Senang bekerja sama
dengan orang lain. �Inilah yang
membuat jaringan (network)
kita semakin luas, erat, dan
kuat.
18. Senang menolong orang
lain. �Dengan gemar menolong
orang lain, maka pada
hakikatnya kita menolong diri
kita sendiri. Semakin banyak
orang yang kita tolong, maka
akan semakin sering pula kita
ditolong oleh Allah dengan cara-
Nya yang tak terduga.
19. Terimalah nasib apa
adanya. �Tetaplah tenang dan
tabah, ingatlah bahwa "badai
pasti berlalu" dan "roda itu
berputar". Jangan suka
mengeluh, menggerutu, atau
bahkan mencaci-maki nasib.
Jangan sampai berkata atau
menganggap bahwa Allah itu
tidak adil! Justru di sinilah letak
keadilan-Nya.
Dengan merenungi dan
menerapkan semua hal di atas,
maka menjadi pribadi penuh
pesona saat ini bukanlah
sesuatu hal yang mustahil bagi
diri anda. Jika masih belum
percaya, cobalah!
ISO, APERTURE, SHUTTER
Exposure tuh apa an sih?
Kok kayaknya exposurenya
terlalu gelap yah? Apa gak
terlalu OE (Over exposed) tuh
poto? Duh, seharusnya exposure
saya harusnya gimana sih?
Tenang saudara saudari
sekalian. Saya meluangkan
waktu saya dengan menulis
artikel ini bukannya saya sok
pinter ato gimana tapi ingin
rasanya saya berbagi
pengetahuan dan pengalaman
saya sama yang butuh aja deh
biar ngerti apa sih itu kreatif
EXPOSURE?
Semoga sehabis baca artikel ini,
kalian akan mendapatkan
sesuatu yang baru dan dapat di
implementasikan di teknik
fotografi kalian. Setelah
membaca artikel ini saya
berharap anda bisa:
Mengerti apa itu Aperture,
Shutter Speed dan ISO
Mengerti apa itu Aperture
Priority, Shutter Priority,
Manual Aperture and Shutter
dan kapan paling efektif
untuk memakainya.
Mengerti apa itu Panning
teknik dan bagaimana sih
biar bisa panning?
Mengerti tentang Depth of
Field dan bagaimana Aperture
bertanggung jawab atas ini.
Mengerti tentang Shutter
Speed tentang pembekuan
gerakan, menghasilkan efek
arus (flowing effect)
Mengerti tentang kompensasi
ISO sensitifiti dari film
Mengerti apa itu Bracketing
dan efeknya terhadap
exposure yang benar dan/
atau sempurna
Dalam artikel ini saya asumsikan
bahwa camera anda setidaknya
bisa di setting ke Manual, lebih
baik lagi jika kamera anda
adalah Digital atau Analog SLR
Camera. Kamera yang saya
gunakan adalah Nikon Digital
SLR Camera D100 tetapi secara
garis besar, maksud arti garis
besar artikel ini bisa di
implementasikan di fotografi
secara general. Memang setiap
fotografer mempunyai definisi
dan style tersendiri dalam
approachnya terhadap fotografi.
Artikel ini tidak menyalahkan
dan saya tidak membenarkan
diri saya sendiri dalam topik
exposure secara general.
Selamat membaca.
PERFECT EXPOSURE
Ok. Kalau kalian bertanya
"Seharusnya exposure saya
gimana sih?" yah gampang sih
jawabnya, "Exposure anda harus
bener!" ya kan? Nah, exposure
itu bisa di golongkan kepada 3
nama yang saling erat
hubungannya, mereka adalah:
1. Aperture = bukaan
diafragma lensa biasanya
dalam ukuran f/2.8, f/5.6
dan seterusnya �
2. Shutter Speed = bukaan
berapa lama film
menerima cahaya sewaktu
diafragma di buka; dalam
ukuran 2s, 1/250s ,1/500s,
dan seterusnya (s =
seconds, detik)
3. ISO, Speed of the film =
internasional standard
untuk sensitifnya film.
contoh: ISO 400 lebih
sensitif daripada ISO 200,
ISO 200 lebih sensitif
daripada ISO 100, dan
seterusnya.
Ya ampun apaan sih nih kamera
kok ada Manual, Aperture
Priority, Shutter Priority,
Automatic? kan lebih asik
automatic dong?
"Ok, bukannya kalo saya set aja
ke P �(Automatic atau Program
Mode) terus kan tinggal saya
jepret aja kan semuanya sudah
di atur otomatis, nah terus
ngapain harus ngerti 3 bahasa
aneh di atas coba?". Nah kalo
anda sudah puas sama �P
( Automatic atau Program
Mode) exposure setting camera
anda, ya ngapain di terusin baca
artikel ini? saya yakin dengan
pengertian yang mendalam dan
tentunya experiment antara 3
nama di atas, anda pasti lebih
mendapatkan exposure yang
lebih baik atau lebih banyak
kesempatan anda akan
mendapatkan exposure yang
sempurna. Bukankah lebih baik
untuk mempelajari Manual?
Nah sekarang coba liat di
viewfinder (itu lho kotak kecil
yang anda lihat di camera untuk
motret) di sana pasti ada
semace gini nih: +'''''0'''''''- ya
kan? Nah jika anda memutar
control dial di camera anda,
tanda panah akan bergeser
sesuai dengan yang anda
hendaki, jika anda mutar ke
kanan, panahnya ke kanan, kalo
ke kiri ya panahnya ke kiri.
Biasanya kalau ke kiri valuenya
semakin besar atao ke positif
kalo ke kiri valuenya semakin
kecil dan ke arah negatif.
Aperture priority (biasanya A
atau Av)
Dalam mode ini, anda secara
manual memilih lens aperture
dan camera anda yang secara
otomatis akan memilih shutter
speed. Coba set camera anda ke
Aperture Priority, nah di
Aperture priority, anda ngatur
Aperturenya secara manual, dan
camera anda akan mengatur
Shutter Speed secara otomatis
untuk memberikan exposure
yang kamera anda pikir
"PERFECT".
Saya�memilih penggunaan
Aperture Priority ini bila
keadaan:
. Cahaya sekeliling sangat
minimal. Contoh: dalam event
medical conference atau dalam
event pesta wisuda adik saya,
saya memilih setting kamera
saya ke A, karena saya ingin
kamera saya yang memilih
shutter secepat mungkin untuk
mendapatkan exposure yang
sempurna dan dengan setting
Aperture yang saya hendaki.
. Saya menginginkan maksimum
depth-of-field dan objectnya
tuh tidak bergerak. Contoh:
dalam poto saya di bawah
Golden Gate di San Francisco,
saya memilih Aperture sekecil
itu untuk memaksimumkan
Depth of Field (akan di bahas di
bawah ini)
Shutter Priority (biasanya S)
Di dalam mode ini, anda
memilih shutter speed secara
manual dan meter kamera anda
akan memilih aperture secara
otomatis. Sama dengan
Aperture Priority tetapi kali ini
yang anda prioritaskan, dalam
kata lain yang anda bisa ngatur
itu yah shutter speednya,
camera anda akan mengatur
Aperture secara automatis yang
di pikir kamera anda
exposurenya "PERFECT". Karena
menurut saya, hanya dengan
Shutter Priority ini lah kita bisa:
a. FREEZE MOTION = pembekuan
gerakan yang terekam di film,
dan
b. IMPLYING MOTION = untuk
menghasilkan flowing effect,
yang bersifat memberikan efek
gerakan
Saya memaksimalkan
penggunaan Shutter Priority ini
dalam:
. Panning teknik. Panning adalah
teknik perekaman object yang
bergerak sehingga
menghasilkan effect gerakan
dan bisa terlihat jika object yang
terfokus adalah object yang
sedang moving atau bergerak.
�
Contoh Panning:
Ok, ada 3 rahasia untuk
mendapatkan hasil panning
yang memuaskan:
Rahasia #1: Anda harus PARALEL
dengan object yang bergerak
itu. Dari contoh di bawah ini,
saya dengar "nguing2" dari
kejauhan terus saya siapkan
kamera saya dan saya melihat
mobil pemadam kebakaran dari
arah kiri saya, saya tunggu
sampai mobilnya tuh persis di
depan saya, dan saya langsung
pencet shutter dan badan saya
ngikutin arahnya mobilnya
melaju setelah memencet
shutternya.
Rahasia #2: Pilihlah Shutter
Speed yang paling cocok untuk
objek yang bergerak itu.
Biasanya saya pilih Shutter 1/20
atau 1/30 untuk panning teknik
saya. Dalam contoh saya di
bawah ini, saya memakai
Shutter 1/20
Rahasia #3: Jangan pakai tripod.
Pakailah badan anda sebagai
tumpuan yang mengayun dari
kiri ke kanan atau sebaliknya
searah dengan object yang akan
di potret.
Manual Exposure (biasanya M)
Nah Manual Exposure ini lah
yang memungkinkan kita
mengatur sendiri panah2 tadi
yang sudah saya jelaskan di atas
untuk mendapatkan exposure
yang KITA hendaki "PERFECT
EXPOSURE" sekali lagi, bukan
kamera kita yang mikir perfect
tapi kita sendiri. Karena di
Manual inilah kita bisa mengatur
Aperture dan Shutter Speed
secara manual.
"Nah terus apa hubungannya di
antara tiga bahasa aneh dan
jelek di atas itu, apa sih tadi
Aperture, Shutter Speed dan ISO,
huh?" Ok. Nih saya jelasin yah.
1. APERTURE (Diafragma)
Aperture adalah bukaan lensa
untuk mengatur berapa banyak
cahaya yang masuk. Ukuran
aperture biasanya bisa di liat
dengan f/ number. Semakin
besar nomer f/ nya semakin
kecil bukaan lensanya. Dengan
kata lain, semakin kecil nomer f/
nya, semakin GEDE bukaan
lensanya. CONTOH: f/2.8
bukaannya lensanya tuh lebih
besar daripada f/11. Aperture ini
lah yang biasanya orang orang
di kritik fotografer.net pada
bilang "Wahhhh bagus bener
DOFnya, bagus bener
pemandangannya!" Nah
sekarang ngerti kan kalo
Aperture ini adalah sang
komandan yang bertanggung
jawab atas wilayah ketajaman di
dalam satu foto. DOF,
kepanjangan dari Depth-of-
Field, yaitu wilayah di sekeliling
subject yang di rekam oleh
camera yang layak tampil tajam
di hasil potonya.
Aperture1 (Semakin besar
aperture kita, semakin sedikit
wilayah ketajaman poto kita,
shallow depth-of-field): �
��
�
Nah di contoh ini, data photo
saya adalah: 1/3200s f/3.5 at
200.0mm. Kalo anda perhatiin,
tuh di backgroundnya ga
keliatan apa apa yah? Jelek yah
poto ini? hmm mungkin aja saya
cuman mau lebih fokus ke
kepala burungnya saja, jadi
mungkin waktu motret ini saya
ga peduli ama background jadi
ya saya pilih aja f/3.5 nah
Aperture saya bisa di katakan
"Big Aperture" kalo lebih besar
lagi adalah f/1.8.
�
Aperture2 (Semakin kecil
aperture kita, semakin banyak
wilayah ketajaman poto kita,
bigger depth-of-field):
�
Nah di contoh yang ini, data
poto saya adalah: 1/2s f/22.0 at
12.0mm. Kalo sekali lagi anda
perhatiin deh, tuh dari depan
dari kayu yang jelek itu sampe
belakang gunung kan semuanya
fokus. Dengan ini, berani saya
menyatakan "Small Aperture"
kalo lebih small lagi ya f/32.
Ukuran Aperture dalam
perbedaan ukuran satu stop
adalah:
f/2 -> f/2.8 -> f/4 -> f/5.8 -> f/8
-> f/11 -> f/16 -> f/22
Dari f/2 sampe ke f/2.8 di
katakan Aperturenya turun 1
stop dalam kata laen -1. Dari f/4
turun 3 stop ke f/11. Di katakan
turun adalah jumlah cahaya
yang masuk melalui diafragma
kan lebih sedikit jadi oleh karena
itu di katakan turun.
�
2. SHUTTER SPEED (Kecepatan
penutup lensa)
Nah apa ini? Kalo tadi Aperture
kan ngatur berapa banyak
cahaya yang masuk kan? Nah
kalo Shutter Speed ini ngatur
berapa lama cahaya itu masuk
ke film. Contohnya: shutter
speed 2s (2 detik) tentunya
cahaya yang masuk lebih lama
ya kan? kalo shutter speed
1/1000s ( 1/1000 detik lho) ya
jelas aja cahaya yang masuk
cuman sekilat aja. Gampang
kan?
�
Shutter speed 1 (semakin
lambat shutter speed, cahaya
yang di peroleh film akan
semakin banyak)
�
Nah di contoh di atas, data saya
adalah: 4s f/16.0 at 38.0mm .
Wow, 4 detik! iya dong.. kalo ga
gitu kan ga bisa create kayak
gini tuh liat airnya kayak kapas
gitu halus dan seperti awan2
gitu kan? Ini di karenakan
cahaya yang masuk lebih lama
oleh karena itu cahaya yang
terekan di film akan seolah-olah
menghasilkan effect seperti
water flowing (air yang
mengalir)
Shutter speed 2 (semakin cepat
shutter speed, cahaya yang di
peroleh film akan semakin
sedikit, lebih untuk ke FREEZE
MOTION, yakni untuk
membekukan gerakan)
�
Nah di contoh di atas, kali ini
partner saya akan marah kepada
saya jika saya minta dia untuk
lompat sambil menendangkan
kakinya di atas langit terus-
terusan. Oleh karena itu saya
pilih fast shutter speed untuk
membekukan gerakan teman
saya yang jago kungfu ini.
Urutan Shutter Speed dalam
perbedaan ukuran satu stop
adalah:
1/8 -> 1/15-> 1/30 ->1/60 -
>1/125 ->1/250 ->1/500 -
>1/1000 (dalam detik)
3. ISO, Speed of Film
Begini saja, anggap saja ISO ini
adalah kumbang yang bekerja di
dalam camera anda. Kalo di
camera saya saya set ke ISO 400
berarti saya mempunyai 400
kumbang yang bekerja, jika
anda set camera anda ke ISO
100 berarti anda cuman punya
100 kumbang untuk bekerja di
dalam kamera anda.
Nah ukuran ISO dalam
perbedaan satu stop adalah:
100 ->200 ->400-> 800 ->1600
ISO 800 adalah 3 kali lebih
sensitif daripada ISO 100 (lebih
sensitif terhadap cahaya 3 stop),
tetapi hasil potonya mungkin
agak grainy (seperti berpasir)
Nah dalam hal ini lah yang harus
menjadi pertimbangan anda
kapan harus kompensasi
demikian.
Nah topik saya yang terakhir
adalah tentang bracketing.
Bracketing.
What is bracketing? Bracketing
adalah suatu teknik yang di
manfaatkan oleh profesional
untuk mendapatkan exposure
yang tepat di dalam kondisi
cahaya yang menantang
(menurut: photoxels.com) dan
biasanya yang motret meng-
over expose +1 dan meng-under
expose -1, tergantung dari style
fotografernya sendiri-sendiri.
Seperti yang saya jelaskan di
atas atas banget yang tadi
tentang Aperture Priority,
Shutter, ataupun Manual
Exposure priority, kamera kan
punya built-in light meter dan
sensor di dalamnya yang ada
tanda +''''0''''- tadi itu bila anda
tujukan tanda panahnya ke 0,
kamera anda seperti
mengatakan "Iya bos, ini
menurut saya perfect kok
exposurenya!" Nah dalam
bracketing, si fotografer yah
boleh di katakan percaya sama
kameranya dan jepret di posisi
panah menunjukan 0, PLUS si
fotografer tadi, sengaja
menujukan panah ke arah +1
stop dan -1 stop untuk bracket
exposure.
Contoh bracketing:
Si fotografer melihat mobil
ferari di tengah jalan yang
sangat terang sekali cuaca
bagus banget deh. Dia set
camera barunya ke Aperture
Priority dengan ukuran
diafragma f/2.8 karena dia
maunya mobilnya yang terlihat
tajam sedangkan
backgroundnya blur (out of
focus). Si fotografer melihat
dalam viewfinder dan menyetel
panah sehingga sampe di 0 dan
menemukan bahwa shutter
speednya harus 1/250.
Nah di sini si fotografer bracket
exposure ini sehingga
mempunyai 3 poto.
Poto 1 = fotografer di atas
menjepretkan exposurenya
f/2.8 shutter speed 1/250
Poto 2 = fotografer sengaja
membuat shutter speed ke
1/125 exposure> masih tetep f/2.8
Poto 3 = fotografer sengaja
membuat shutter speed ke
1/500 exposure> masih tetep f/2.8
Nah sekarang si fotografer tadi
adalah orang terbahagia di
dunia karena setiap kali dia
memotret sesuatu yang dia
suka, dia akan mem-bracket
exposurenya dan dia yakin di
antara 3 poto tersebut pasti
salah satunya adalah poto
dengan perfect exposure.
Kalo saya sih kurang suka
membracket tetapi saya
menggunakan Zone System buat
exposure guide saya.
Penggunaan Zone System tidak
saya bahas di artikel saya ini
karena akan menjauh dari topik
dan scope artikel saya tetapi
banyak artikel di internet yang
mengajarkan teknik Zone
System untuk creative exposure
control technique.
----------------A PERFECT
EXPOSURE
IMAGE--------------------
�
Nah di sini saya data poto saya
adalah: 15s f/22.0 at 12.0mm.
Dengan Shutter Speed selama
15 detik akan menghasilkan
efek keramaian di atas jembatan
dengan lampu �yang seolah-
olah�bergerak.�Golden Gate
ini, Dengan f/22 meyakinkan
saya bahwa DOF akan sangat
besar dari ujung sampe ujung
semuanya akan kelihatan tajam,
dan dengan lensa 12mm Wide
Angle saya, meyakinkan saya
akan mendapatkan ruang hasil
foto yang lebar untuk komposisi
saya.
Kok kayaknya exposurenya
terlalu gelap yah? Apa gak
terlalu OE (Over exposed) tuh
poto? Duh, seharusnya exposure
saya harusnya gimana sih?
Tenang saudara saudari
sekalian. Saya meluangkan
waktu saya dengan menulis
artikel ini bukannya saya sok
pinter ato gimana tapi ingin
rasanya saya berbagi
pengetahuan dan pengalaman
saya sama yang butuh aja deh
biar ngerti apa sih itu kreatif
EXPOSURE?
Semoga sehabis baca artikel ini,
kalian akan mendapatkan
sesuatu yang baru dan dapat di
implementasikan di teknik
fotografi kalian. Setelah
membaca artikel ini saya
berharap anda bisa:
Mengerti apa itu Aperture,
Shutter Speed dan ISO
Mengerti apa itu Aperture
Priority, Shutter Priority,
Manual Aperture and Shutter
dan kapan paling efektif
untuk memakainya.
Mengerti apa itu Panning
teknik dan bagaimana sih
biar bisa panning?
Mengerti tentang Depth of
Field dan bagaimana Aperture
bertanggung jawab atas ini.
Mengerti tentang Shutter
Speed tentang pembekuan
gerakan, menghasilkan efek
arus (flowing effect)
Mengerti tentang kompensasi
ISO sensitifiti dari film
Mengerti apa itu Bracketing
dan efeknya terhadap
exposure yang benar dan/
atau sempurna
Dalam artikel ini saya asumsikan
bahwa camera anda setidaknya
bisa di setting ke Manual, lebih
baik lagi jika kamera anda
adalah Digital atau Analog SLR
Camera. Kamera yang saya
gunakan adalah Nikon Digital
SLR Camera D100 tetapi secara
garis besar, maksud arti garis
besar artikel ini bisa di
implementasikan di fotografi
secara general. Memang setiap
fotografer mempunyai definisi
dan style tersendiri dalam
approachnya terhadap fotografi.
Artikel ini tidak menyalahkan
dan saya tidak membenarkan
diri saya sendiri dalam topik
exposure secara general.
Selamat membaca.
PERFECT EXPOSURE
Ok. Kalau kalian bertanya
"Seharusnya exposure saya
gimana sih?" yah gampang sih
jawabnya, "Exposure anda harus
bener!" ya kan? Nah, exposure
itu bisa di golongkan kepada 3
nama yang saling erat
hubungannya, mereka adalah:
1. Aperture = bukaan
diafragma lensa biasanya
dalam ukuran f/2.8, f/5.6
dan seterusnya �
2. Shutter Speed = bukaan
berapa lama film
menerima cahaya sewaktu
diafragma di buka; dalam
ukuran 2s, 1/250s ,1/500s,
dan seterusnya (s =
seconds, detik)
3. ISO, Speed of the film =
internasional standard
untuk sensitifnya film.
contoh: ISO 400 lebih
sensitif daripada ISO 200,
ISO 200 lebih sensitif
daripada ISO 100, dan
seterusnya.
Ya ampun apaan sih nih kamera
kok ada Manual, Aperture
Priority, Shutter Priority,
Automatic? kan lebih asik
automatic dong?
"Ok, bukannya kalo saya set aja
ke P �(Automatic atau Program
Mode) terus kan tinggal saya
jepret aja kan semuanya sudah
di atur otomatis, nah terus
ngapain harus ngerti 3 bahasa
aneh di atas coba?". Nah kalo
anda sudah puas sama �P
( Automatic atau Program
Mode) exposure setting camera
anda, ya ngapain di terusin baca
artikel ini? saya yakin dengan
pengertian yang mendalam dan
tentunya experiment antara 3
nama di atas, anda pasti lebih
mendapatkan exposure yang
lebih baik atau lebih banyak
kesempatan anda akan
mendapatkan exposure yang
sempurna. Bukankah lebih baik
untuk mempelajari Manual?
Nah sekarang coba liat di
viewfinder (itu lho kotak kecil
yang anda lihat di camera untuk
motret) di sana pasti ada
semace gini nih: +'''''0'''''''- ya
kan? Nah jika anda memutar
control dial di camera anda,
tanda panah akan bergeser
sesuai dengan yang anda
hendaki, jika anda mutar ke
kanan, panahnya ke kanan, kalo
ke kiri ya panahnya ke kiri.
Biasanya kalau ke kiri valuenya
semakin besar atao ke positif
kalo ke kiri valuenya semakin
kecil dan ke arah negatif.
Aperture priority (biasanya A
atau Av)
Dalam mode ini, anda secara
manual memilih lens aperture
dan camera anda yang secara
otomatis akan memilih shutter
speed. Coba set camera anda ke
Aperture Priority, nah di
Aperture priority, anda ngatur
Aperturenya secara manual, dan
camera anda akan mengatur
Shutter Speed secara otomatis
untuk memberikan exposure
yang kamera anda pikir
"PERFECT".
Saya�memilih penggunaan
Aperture Priority ini bila
keadaan:
. Cahaya sekeliling sangat
minimal. Contoh: dalam event
medical conference atau dalam
event pesta wisuda adik saya,
saya memilih setting kamera
saya ke A, karena saya ingin
kamera saya yang memilih
shutter secepat mungkin untuk
mendapatkan exposure yang
sempurna dan dengan setting
Aperture yang saya hendaki.
. Saya menginginkan maksimum
depth-of-field dan objectnya
tuh tidak bergerak. Contoh:
dalam poto saya di bawah
Golden Gate di San Francisco,
saya memilih Aperture sekecil
itu untuk memaksimumkan
Depth of Field (akan di bahas di
bawah ini)
Shutter Priority (biasanya S)
Di dalam mode ini, anda
memilih shutter speed secara
manual dan meter kamera anda
akan memilih aperture secara
otomatis. Sama dengan
Aperture Priority tetapi kali ini
yang anda prioritaskan, dalam
kata lain yang anda bisa ngatur
itu yah shutter speednya,
camera anda akan mengatur
Aperture secara automatis yang
di pikir kamera anda
exposurenya "PERFECT". Karena
menurut saya, hanya dengan
Shutter Priority ini lah kita bisa:
a. FREEZE MOTION = pembekuan
gerakan yang terekam di film,
dan
b. IMPLYING MOTION = untuk
menghasilkan flowing effect,
yang bersifat memberikan efek
gerakan
Saya memaksimalkan
penggunaan Shutter Priority ini
dalam:
. Panning teknik. Panning adalah
teknik perekaman object yang
bergerak sehingga
menghasilkan effect gerakan
dan bisa terlihat jika object yang
terfokus adalah object yang
sedang moving atau bergerak.
�
Contoh Panning:
Ok, ada 3 rahasia untuk
mendapatkan hasil panning
yang memuaskan:
Rahasia #1: Anda harus PARALEL
dengan object yang bergerak
itu. Dari contoh di bawah ini,
saya dengar "nguing2" dari
kejauhan terus saya siapkan
kamera saya dan saya melihat
mobil pemadam kebakaran dari
arah kiri saya, saya tunggu
sampai mobilnya tuh persis di
depan saya, dan saya langsung
pencet shutter dan badan saya
ngikutin arahnya mobilnya
melaju setelah memencet
shutternya.
Rahasia #2: Pilihlah Shutter
Speed yang paling cocok untuk
objek yang bergerak itu.
Biasanya saya pilih Shutter 1/20
atau 1/30 untuk panning teknik
saya. Dalam contoh saya di
bawah ini, saya memakai
Shutter 1/20
Rahasia #3: Jangan pakai tripod.
Pakailah badan anda sebagai
tumpuan yang mengayun dari
kiri ke kanan atau sebaliknya
searah dengan object yang akan
di potret.
Manual Exposure (biasanya M)
Nah Manual Exposure ini lah
yang memungkinkan kita
mengatur sendiri panah2 tadi
yang sudah saya jelaskan di atas
untuk mendapatkan exposure
yang KITA hendaki "PERFECT
EXPOSURE" sekali lagi, bukan
kamera kita yang mikir perfect
tapi kita sendiri. Karena di
Manual inilah kita bisa mengatur
Aperture dan Shutter Speed
secara manual.
"Nah terus apa hubungannya di
antara tiga bahasa aneh dan
jelek di atas itu, apa sih tadi
Aperture, Shutter Speed dan ISO,
huh?" Ok. Nih saya jelasin yah.
1. APERTURE (Diafragma)
Aperture adalah bukaan lensa
untuk mengatur berapa banyak
cahaya yang masuk. Ukuran
aperture biasanya bisa di liat
dengan f/ number. Semakin
besar nomer f/ nya semakin
kecil bukaan lensanya. Dengan
kata lain, semakin kecil nomer f/
nya, semakin GEDE bukaan
lensanya. CONTOH: f/2.8
bukaannya lensanya tuh lebih
besar daripada f/11. Aperture ini
lah yang biasanya orang orang
di kritik fotografer.net pada
bilang "Wahhhh bagus bener
DOFnya, bagus bener
pemandangannya!" Nah
sekarang ngerti kan kalo
Aperture ini adalah sang
komandan yang bertanggung
jawab atas wilayah ketajaman di
dalam satu foto. DOF,
kepanjangan dari Depth-of-
Field, yaitu wilayah di sekeliling
subject yang di rekam oleh
camera yang layak tampil tajam
di hasil potonya.
Aperture1 (Semakin besar
aperture kita, semakin sedikit
wilayah ketajaman poto kita,
shallow depth-of-field): �
��
�
Nah di contoh ini, data photo
saya adalah: 1/3200s f/3.5 at
200.0mm. Kalo anda perhatiin,
tuh di backgroundnya ga
keliatan apa apa yah? Jelek yah
poto ini? hmm mungkin aja saya
cuman mau lebih fokus ke
kepala burungnya saja, jadi
mungkin waktu motret ini saya
ga peduli ama background jadi
ya saya pilih aja f/3.5 nah
Aperture saya bisa di katakan
"Big Aperture" kalo lebih besar
lagi adalah f/1.8.
�
Aperture2 (Semakin kecil
aperture kita, semakin banyak
wilayah ketajaman poto kita,
bigger depth-of-field):
�
Nah di contoh yang ini, data
poto saya adalah: 1/2s f/22.0 at
12.0mm. Kalo sekali lagi anda
perhatiin deh, tuh dari depan
dari kayu yang jelek itu sampe
belakang gunung kan semuanya
fokus. Dengan ini, berani saya
menyatakan "Small Aperture"
kalo lebih small lagi ya f/32.
Ukuran Aperture dalam
perbedaan ukuran satu stop
adalah:
f/2 -> f/2.8 -> f/4 -> f/5.8 -> f/8
-> f/11 -> f/16 -> f/22
Dari f/2 sampe ke f/2.8 di
katakan Aperturenya turun 1
stop dalam kata laen -1. Dari f/4
turun 3 stop ke f/11. Di katakan
turun adalah jumlah cahaya
yang masuk melalui diafragma
kan lebih sedikit jadi oleh karena
itu di katakan turun.
�
2. SHUTTER SPEED (Kecepatan
penutup lensa)
Nah apa ini? Kalo tadi Aperture
kan ngatur berapa banyak
cahaya yang masuk kan? Nah
kalo Shutter Speed ini ngatur
berapa lama cahaya itu masuk
ke film. Contohnya: shutter
speed 2s (2 detik) tentunya
cahaya yang masuk lebih lama
ya kan? kalo shutter speed
1/1000s ( 1/1000 detik lho) ya
jelas aja cahaya yang masuk
cuman sekilat aja. Gampang
kan?
�
Shutter speed 1 (semakin
lambat shutter speed, cahaya
yang di peroleh film akan
semakin banyak)
�
Nah di contoh di atas, data saya
adalah: 4s f/16.0 at 38.0mm .
Wow, 4 detik! iya dong.. kalo ga
gitu kan ga bisa create kayak
gini tuh liat airnya kayak kapas
gitu halus dan seperti awan2
gitu kan? Ini di karenakan
cahaya yang masuk lebih lama
oleh karena itu cahaya yang
terekan di film akan seolah-olah
menghasilkan effect seperti
water flowing (air yang
mengalir)
Shutter speed 2 (semakin cepat
shutter speed, cahaya yang di
peroleh film akan semakin
sedikit, lebih untuk ke FREEZE
MOTION, yakni untuk
membekukan gerakan)
�
Nah di contoh di atas, kali ini
partner saya akan marah kepada
saya jika saya minta dia untuk
lompat sambil menendangkan
kakinya di atas langit terus-
terusan. Oleh karena itu saya
pilih fast shutter speed untuk
membekukan gerakan teman
saya yang jago kungfu ini.
Urutan Shutter Speed dalam
perbedaan ukuran satu stop
adalah:
1/8 -> 1/15-> 1/30 ->1/60 -
>1/125 ->1/250 ->1/500 -
>1/1000 (dalam detik)
3. ISO, Speed of Film
Begini saja, anggap saja ISO ini
adalah kumbang yang bekerja di
dalam camera anda. Kalo di
camera saya saya set ke ISO 400
berarti saya mempunyai 400
kumbang yang bekerja, jika
anda set camera anda ke ISO
100 berarti anda cuman punya
100 kumbang untuk bekerja di
dalam kamera anda.
Nah ukuran ISO dalam
perbedaan satu stop adalah:
100 ->200 ->400-> 800 ->1600
ISO 800 adalah 3 kali lebih
sensitif daripada ISO 100 (lebih
sensitif terhadap cahaya 3 stop),
tetapi hasil potonya mungkin
agak grainy (seperti berpasir)
Nah dalam hal ini lah yang harus
menjadi pertimbangan anda
kapan harus kompensasi
demikian.
Nah topik saya yang terakhir
adalah tentang bracketing.
Bracketing.
What is bracketing? Bracketing
adalah suatu teknik yang di
manfaatkan oleh profesional
untuk mendapatkan exposure
yang tepat di dalam kondisi
cahaya yang menantang
(menurut: photoxels.com) dan
biasanya yang motret meng-
over expose +1 dan meng-under
expose -1, tergantung dari style
fotografernya sendiri-sendiri.
Seperti yang saya jelaskan di
atas atas banget yang tadi
tentang Aperture Priority,
Shutter, ataupun Manual
Exposure priority, kamera kan
punya built-in light meter dan
sensor di dalamnya yang ada
tanda +''''0''''- tadi itu bila anda
tujukan tanda panahnya ke 0,
kamera anda seperti
mengatakan "Iya bos, ini
menurut saya perfect kok
exposurenya!" Nah dalam
bracketing, si fotografer yah
boleh di katakan percaya sama
kameranya dan jepret di posisi
panah menunjukan 0, PLUS si
fotografer tadi, sengaja
menujukan panah ke arah +1
stop dan -1 stop untuk bracket
exposure.
Contoh bracketing:
Si fotografer melihat mobil
ferari di tengah jalan yang
sangat terang sekali cuaca
bagus banget deh. Dia set
camera barunya ke Aperture
Priority dengan ukuran
diafragma f/2.8 karena dia
maunya mobilnya yang terlihat
tajam sedangkan
backgroundnya blur (out of
focus). Si fotografer melihat
dalam viewfinder dan menyetel
panah sehingga sampe di 0 dan
menemukan bahwa shutter
speednya harus 1/250.
Nah di sini si fotografer bracket
exposure ini sehingga
mempunyai 3 poto.
Poto 1 = fotografer di atas
menjepretkan exposurenya
f/2.8 shutter speed 1/250
Poto 2 = fotografer sengaja
membuat shutter speed ke
1/125
Poto 3 = fotografer sengaja
membuat shutter speed ke
1/500
Nah sekarang si fotografer tadi
adalah orang terbahagia di
dunia karena setiap kali dia
memotret sesuatu yang dia
suka, dia akan mem-bracket
exposurenya dan dia yakin di
antara 3 poto tersebut pasti
salah satunya adalah poto
dengan perfect exposure.
Kalo saya sih kurang suka
membracket tetapi saya
menggunakan Zone System buat
exposure guide saya.
Penggunaan Zone System tidak
saya bahas di artikel saya ini
karena akan menjauh dari topik
dan scope artikel saya tetapi
banyak artikel di internet yang
mengajarkan teknik Zone
System untuk creative exposure
control technique.
----------------A PERFECT
EXPOSURE
IMAGE--------------------
�
Nah di sini saya data poto saya
adalah: 15s f/22.0 at 12.0mm.
Dengan Shutter Speed selama
15 detik akan menghasilkan
efek keramaian di atas jembatan
dengan lampu �yang seolah-
olah�bergerak.�Golden Gate
ini, Dengan f/22 meyakinkan
saya bahwa DOF akan sangat
besar dari ujung sampe ujung
semuanya akan kelihatan tajam,
dan dengan lensa 12mm Wide
Angle saya, meyakinkan saya
akan mendapatkan ruang hasil
foto yang lebar untuk komposisi
saya.
Mindset Sukses
Mindse t Sukses
dengan Manajem en Qolbu
Butir-butir Tausiah Aa Gym
Dikumpulkan oleh M. Zainal Abidin Mustofa
Manajemen Qolbu
Apa itu MQ? Sebenarnya tidak ada perbedaan antara MQ dengan metode dakwah
Islam lainnya. di dalamnya pun tidak ada yang baru, semuanya merupakan
penjabaran ajaran Islam. Hanya pembahasannya lebih diperdalam, dibeberkan
dengan cara yang aktual, dengan inovasi dan kreativitas dakwah yang lebih sesuai
dengan kebutuhan zaman. Inti pembelajarannya sendiri ada pada qolbu.
Di dalam tubuh ini ada akal, jasad, dan qolbu. Akal membuat orang bisa bertindak
lebih efektif dan efisien dalam melakukan apa yang ia inginkan. Sedangkan tubuh
bertugas melakukan apa yang diperintahkan oleh akal. Sebagai contoh, apabila
akal menginginkan tubuh mampu berkelahi, maka tubuh akan berlatih agar
menjadi kuat. Sayangnya, tidak sedikit orang yang cerdas, orang yang begitu gagah
perkasa, tapi tidak menjadi mulia, bahkan sebagian diantaranya membuat
kehinaan karena berbuat jahat. Mengapa? Sebab ada satu yang membimbing akal
dan tubuh yang belum diefektifkan, itulah qolbu.
Kita ambil contoh lain, sebuah mikrofon bisa menjadi alat provokasi kejahatan,
bisa juga jadi alat dakwah dan menyampaikan ilmu, sebuah mikrofon bisa juga
menjadi alat bantu berbicara sehingga menjadi fasih, itulah fungsi mikrofon.
Artinya, yang menentukan isi dari bahasa yang keluar darinya adalah qolbu.
Dalam hal ini Rasulullah SAW menyebutkan bahwa di dalam tubuh ini ada
segumpal daging yang jika ia baik maka baik pula yang lainnya, sebaliknya yang
apabila ia jelek maka jeleklah semuanya. Dan yang dimaksud daging itu ialah
Qolbu.
1
Jadi, yang terpenting dari manusia ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang
membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik
menjadi benar. Disitulah fungsi qolbu. Oleh karenanya, menjadi cerdas belum
tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi
kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya di jalan yang benar.
Di dalam qolbu ini ada yang disebut potensi, faalhamahaa fujuu rahaa wa
taqwaaha (QS. Asy Syams [91] : 8), "Dan diilhamkan kepadanya yang salah dan
yang taqwa (benar)". Begitulah, qolbu ini punya potensi negatif dan potensi positif.
Allah telah menyiapkan keduanya dengan adil. Dan disinilah pentingnya fungsi
manajemen. Manajemen secara sederhana berarti pengelolaan dan pentadhiran.
Sebuah sistem dengan manajemen yang baik, dengan pengelolaan yang baik,
sekecil apapun potensi yang dimiliki, Insya Allah akan membuahkan hasil yang
optimal.
Negara Singapura, misalnya, tidak punya Sumber Daya Alam (SDA) yang
melimpah, bahkan untuk mencukupi kebutuhan air minumnya saja, Singapura
harus mengimpornya dari Johor, Malaysia. disisi lain ternyata mereka berhasil
mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)-nya, sehingga walaupun SDA-nya
minim, tapi SDM-nya mampu diberdayakan secara optimal. Hasilnya, kini
Singapura menjadi jauh lebih makmur daripada Indonesia yang alamnya sangat
kaya raya. Mengapa? Ya, itu tadi, karena bangsa kita lemah dalam manajemennya.
Dapat dipahami pula bahwa kita tidak berakhlak mulia bukan karena tidak punya
potensi, tapi karena manajemen diri kita yang masih buruk. Sungguh kita mampu
mengelola otak kita menjadi cerdas, membaca dengan kecepatan 400 kpm,
memiliki daya ingat yang kuat, yakinlah itu bisa dilakukan. Kita bisa kelola fisik
sehingga mampu melakukan sebuah gerakan bela diri demikian sempurna,
pukulannya demikian akurat, tapi itu tidak cukup kalau hatinya tidak dikelola
dengan baik. Karena semua itu tidak akan memiliki nilai positif jika hatinya tidak
dikelola dengan baik. Begitulah. Hati menentukan nilai; mulia atau hina. Jangan
aneh bila ada orang cerdas, tapi tidak mulia hidupnya. Bukan karena kurang
cerdas, tapi kecerdasannya tidak dibimbing oleh hatinya.
Oleh karena itulah, orang yang pandai mengelola hatinya, ketika tiba-tiba,
misalnya, dihina orang, dia akan kelola penghinaan ini menjadi sesuatu yang
mamfaat, "Ah, dia memang menghina, namun siapa tahu penghinaan ini bagian
dari karunia Allah untuk memberitahu kekurangan saya, selain itu saya pun bisa
melatih kesabaran, bedanya khan dia baru bisa menghina, saya bisa mengatakan
yang baik kepadanya." Begitulah, sikap terhadap hinaan ternyata bergantung
manajemen qolbunya. Saat lain ia diuji sedang sakit, lalu qolbunya kembali ia
kelola dengan seoptimal-optimalnya. "Sakit bagi saya adalah proses evaluasi diri,
proses pengguguran dosa", demikianlah ia pahamkan dihatinya tentang makna
2
sakit. Akibatnya, sakit menjadi tidak menyengsarakan, melainkan penuh hikmah
yang mendalam, karena dia berhasil mengelola hatinya.
Lelah, tersinggung, terhina, kekurangan uang, tertimpa penyakit, dan masih begitu
banyak lagi masalah yang akan membuat orang menjadi goyah, tapi kalau terkelola
hatinya, subhanallaah, ia akan tetap punya nilai produktif. Anehnya, banyak orang
yang sangat sibuk memikirikan kecerdasannya, memikirkan kesehatan fisiknya,
tapi sangat sedikit memikirkan kondisi hatinya. Kalaulah kita harus memilih,
seharusnya kita banyak meluangkan waktu untuk memikirkan tentang qolbu ini.
Karena jika qolbu ini baik, yang lainnya pun menjadi baik, Insya Allah.***
Kunci Hidup Sukses
"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu..." (Q. S Ali Imran (3) : 160)
Bagaimana kita memahami pengertian hidup sukses? Dari mana harus memulainya
ketika kita ingin segera diperjuangkan?
Tampaknya tidak terlalu salah bila ada orang yang telah berhasil menempuh
jenjang pendidikan tinggi, bahkan lulusan luar negeri, lalu menganggap dirinya
orang sukses. Mungkin juga seseorang yang gagal dalam menempuh jalur
pendidikan formal belasan tahun lalu, tetapi saat ini berani menepuk dada karena
yakin bahwa dirinya telah mencapai sukses. Mengapa demikian? Karena, ia telah
memilih dunia wirausaha, lalu berusaha keras tanpa mengenal lelah, sehingga
mewujudlah segala buah jerih payahnya itu dalam belasan perusahaan besar yang
menguntungkan.
Seorang ayah dihari tuanya tersenyum puas karena telah berhasil mengayuh
bahtera rumah tangga yang tentram dan bahagia, sementara anak anaknya telah ia
antar ke gerbang cakrawala keberhasilan hidup yang mandiri. Seorang kiai atau
mubaligh juga berusaha mensyukuri kesuksesan hidupnya ketika jutaan umat telah
menjadi jamaahnya yang setia dan telah menjadikannya sebagai panutan,
sementara pesantrennya selalu dipenuh sesaki ribuan santri.
Pendek kata, adalah hak setiap orang untuk menentukan sendiri dari sudut
pandang mana ia melihat kesuksesan hidup. Akan tetapi, dari sudut pandang
manakah seyogyanya seorang muslim dapat menilik dirinya sebagai orang yang
telah meraih hidup sukses dalam urusan dunianya?
Membangun Fondasi
Kalau kita hendak membangun rumah, maka yang perlu terlebih dahulu dibuat
dan diperkokoh adalah fondasinya. Karena, fondasi yang tidak kuat sudah dapat
3
dipastikan akan membuat bangunan cepat ambruk kendati dinding dan atapnya
dibuat sekuat dan sebagus apapun.
Sering terjadi menimpa sebuah perusahaan, misalnya yang asalnya memiliki
kinerja yang baik, sehingga maju pesat, tetapi ternyata ditengah jalan rontok.
Padahal, perusahaan tersebut tinggal satu dua langkah lagi menjelang sukses.
Mengapa bisa demikian? ternyata faktor penyebabnya adalah karena didalamnya
merajalela ketidakjujuran, penipuan, intrik dan aneka kezhaliman lainnya.
Tak jarang pula terjadi sebuah keluarga tampak berhasil membina rumah tangga
dan berkecukupan dalam hal materi. Sang suami sukses meniti karir dikantornya,
sang isteri pandai bergaul ditengah masyarakat, sementara anak-anaknya pun
berhasil menempuh jenjang studi hingga ke perguruan tinggi, bahkan yang sudah
bekerjapun beroleh posisi yang bagus. Namun apa yang terjadi kemudian?
Suatu ketika hancurlah keutuhan rumah tangganya itu karena beberapa faktor
yang mungkin mental mereka tidak sempat dipersiapkan sejak sebelumnya untuk
menghadapinya. Suami menjadi lupa diri karena harta, gelar, pangkat dan
kedudukannya, sehingga tergelincir mengabaikan kesetiaannya kepada keluarga.
Isteripun menjadi lupa akan posisinya sendiri, terjebak dalam prasangka, mudah iri
terhadap sesamanya dan bahkan menjadi pendorong suami dalam berbagai
perilaku licik dan curang. Anak-anakpun tidak lagi menemukan ketenangan
karena sehari-hari menonton keteladanan yang buruk danmenyantap harta yang
tidak berkah.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk merintis sesuatu secara baik? Alangkah
indah dan mengesankan kalau kita meyakini satu hal, bahwa tiada kesuksesan
yang sesungguhnya, kecuali kalau Allah Azza wa Jalla menolong segala urusan
kita. Dengan kata lain apabila kita merindukan dapat meraih tangga kesuksesan,
maka segala aspek yang berkaitan dengan dimensi sukses itu sendiri harus
disandarkan pada satu prinsip, yakni sukses dengan dan karena pertolongan-Nya.
Inilah yang dimaksud dengan fondasi yang tidak bisa tidak harus diperkokoh
sebelum kita membangun dan menegakkan mernara gading kesuksesan.
Sunnatullah dan Inayatullah
Terjadinya sesoang bisa mencapai sukses atau terhindar dari sesuatu yang tidak
diharapkannya, ternyata amat bergantung pada dua hal yakni sunnatullah dan
inayatullah. Sunatullah artinya sunnah-sunnah Allah yang mewujud berupa
hukum alam yang terjadinya menghendaki proses sebab akibat, sehingga
membuka peluang bagi perekayasaan oleh perbuatan manusia. Seorang mahasiswa
ingin menyelesaikan studinya tepat waktu dan dengan predikat memuaskan.
Keinginan itu bisa tercapai apabila ia bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam
belajarnya, mempersiapkan fisik dan pikirannya dengan sebaik-baiknya, lalu
meningkatkan kuantitas dan kualitas belajarnya sedemikian rupa, sehingga
4
melebihi kadar dan cara belajar yang dilakukan rekan-rekannya. Dalam konteks
sunnatullah, sangat mungkin ia bisa meraih apa yang dicita-citakannya itu.
Akan tetapi, ada bis yang terjatuh ke jurang dan menewaskan seluruh
penumpangnya, tetapi seorang bayi selamat tanpa sedikitpun terluka. Seorang
anak kecil yang terjatuh dari gedung lantai ketujuh ternyata tidak apa-apa, padahal
secara logika terjatuh dari lantai dua saja ia bisa tewas. Sebaliknya, mahasiswa yang
telah bersungguh-sungguh berikhtiar tadi, bisa saja gagal total hanya karena Allah
menakdirkan ia sakit parah menjelang masa ujian akhir studinya, misalnya. Segala
yang mustahil menurut akal manusia sama sekali tidak ada yang mustahil bila
inayatullah atau pertolongan Allah telah turun.
Demikian pula kalau kita berbisnis hanya mengandalkan ikhtiar akal dan
kemampuan saja, maka sangat mungkin akan beroleh sukses karena toh telah
menetapi prasyarat sunnatullah. Akan tetapi, bukankah rencana manusia tidak
mesti selalu sama dengan rencana Allah. Dan adakah manusia yang mengetahui
persis apa yang menjadi rencana Nya atas manusia? Boleh saja kita berjuang habishabisan
karena dengan begitu orang kafirpun toh beroleh kesuksesan. Akan tetapi,
kalau ternyata Dia menghendaki lain lantas kita mau apa? mau kecewa? kecewa
sama sekali tidak mengubah apapun. Lagipula, kecewa yang timbul dihati tiada
lain karena kita amat menginginkan rencana Allah itu selalu sama dengan rencana
kita. Padahal Dialah penentu segala kejadian karena hanya Dia yang Maha
Mengetahui hikmah dibalik segala kejadian.
Rekayasa Diri
Apa kuncinya? Kuncinya adalah kalau kita menginginkan hidup sukses di dunia,
maka janganlah hanya sibuk merekayasa diri dan keadaan dalam rangka ikhtiar
dhahir semata, tetapi juga rekayasalah diri kita supaya menjadi orang yang layak
ditolong oleh Allah. Ikhtiar dhahir akan menghadapkan kita pada dua pilihan,
yakni tercapainya apa yang kita dambakan - karena faktor sunnatullah tadi -
namun juga tidak mustahil akan berujung pada kegagalan kalau Allah
menghendaki lain.
Lain halnya kalau ikhtiar dhahir itu diseiringkan dengan ikhtiar bathin.
Mengawalinya dengan dasar niat yang benar dan ikhlas semata mata demi ibadah
kepada Allah. Berikhtiar dengan cara yang benar, kesungguhan yang tinggi, ilmu
yang tepat sesuai yang diperlukan, jujur, lurus, tidak suka menganiaya orang lain
dan tidak mudah berputus asa.
Senantiasa menggantungkan harap hanya kepada Nya semata, seraya menepis
sama sekali dari berharap kepada makhluk. Memohon dengan segenap hati kepada
Nya agar bisa sekiranya apa-apa yang tengah diikhtiarkan itu bisa membawa
maslahat bagi dirinya mapun bagi orang lain, kiranya Dia berkenan menolong
memudahkan segala urusan kita. Dan tidak lupa menyerahkan sepenuhnya segala
5
hasil akhir kepada Dia Dzat Maha Penentu segala kejadian.
Bila Allah sudah menolong, maka siapa yang bisa menghalangi pertolongan-Nya?
Walaupun bergabung jin dan manusia untuk menghalangi pertolongan yang
diturunkan Allah atas seorang hamba Nya sekali-kali tidak akan pernah terhalang
karena Dia memang berkewajiban menolong hamba-hambaNya yang beriman.
"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu. Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan) maka
siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu?
Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal" (QS Ali
Imran (3) : 160).
Kunci Pengokoh Jiwa
1. SIAP
Senantiasa menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali sehingga aku tidak
boleh gagal dan sia-sia tanpa guna.
Ikhtiar yang disertai niat yang sempurna itulah tugasku, perkara apapun yang
terjadi kuserahkan sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Tahu yang terbaik
bagiku.
Aku harus sadar betul bahwa yang terbaik bagiku menurutku belum tentu terbaik
bagiku menurut Allah, bahkan mungkin aku terkecoh oleh keinginan harapanku
sendiri.
Pengetahuanku tentang diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan
pengetahuan Allah menyelimuti segalanya. Sehingga betapapun aku sangat
menginginkan sesuatu, tetapi hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi
kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang terbaik
bagiku.
2. RELA
Realitas yang terjadi yaa... inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani.
Emosional, sakit hati, dongkol, atau apapun yang membuat hatiku menjadi kecewa
dan sengsara harus segera kutinggalkan karena dongkol begini, tidak dongkol juga
tetap begini. Lebih baik aku menikmati apa adanya.
Lubuk hatiku harus realistis menerima kenyataan yang ada, namun tubuh dan
pikiranku harus tetap bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini.
Apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Maka yang harus kulakukan adalah
6
mencari ayam, cakweh, kacang polong, kecap, seledri, bawang goreng dan sambal
agar bubur ayam spesial tetap dapat kunikmati.
3. MUDAH
Meyakini bahwa hidup ini bagai siang dan malam yang pasti silih berganti. Tak
mungkin siang terus menerus dan tak mungkin juga malam terus menerus. Pasti
setiap kesenangan ada ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada
akhirnya. Aku harus sangat sabar menghadapinya.
Ujian yang diberikan oleh Allah Yang Maha Adil pasti sudah diukur dengan sangat
cermat sehingga tak mungkin melampaui batas kemampuanku, karena ia tak
pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya.
Dengan pikiran buruk aku hanya semakin mempersulit dan menyengsarakan diri.
Tidak, aku tidak boleh menzhalimi diiku sendiri. Pikiranku harus tetap jernih,
terkendali, tenang dan proporsional. Aku tak boleh terjebak mendramatisir
masalah.
Aku harus berani menghadapi persoalan demi persoalan. Tak boleh lari dari
kenyataan, karena lari sama sekali tak menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya
menambah permasalahan. Semua harus tegar kuhadapi dengan baik, aku tak boleh
menyerah, aku tak boleh kalah.
Harusnya segala sesuatu itu ada akhirnya. Begitu pun persoalan yang kuhadapi,
seberat apapun seperti yang dijanjikan Allah “Fa innama’al usri yusran, inna ma’al
usri yusran” dan sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan,
bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin
dipungkiri oleh Allah. Karena itu aku tak boleh mempersulit diri.
4. NILAI
Nasib baik atau buruk dalam pandanganku mutlak terjadi atas izin Allah dan Allah
tak mungkin berbuat sesuatu yang sia-sia.
Ini pasti ada hikmah. Sepahit apapun pasti ada kebaikan yang terkandung di
dalamnya bila disikapi dengan sabar dan benar.
Lebih baik aku renungkan kenapa Allah menakdirkan semua ini menimpaku. Bisa
jadi sebagai peringatan atas dosa-dosaku, kelalaianku, atau mungkin saat kenaikan
kedudukanku di sisi Allah.
Aku mungkin harus berfikir keras untuk menemukan kesalahan yang harus
kuperbaiki.
Itibar dari setiap kejadian adalah cermin pribadiku. Aku tak boleh gentar dengan
7
kekurangan dan kesalahan yang terjadi. Yang penting kini aku bertekad sekuat
tenaga untuk memperbaikinya. Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima
Taubat.
5. AHAD
Aku harus yakin bahwa walaupun bergabung seluruh manusia dan jin untuk
menolongku tak mungkin terjadi apapun tanpa izin-Nya.
Hatiku harus bulat total dan yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya Allahlah
satu-satunya yang dapat menolong memberi jalan keluar terbaik dari setiap
urusan.
Allah Mahakuasa atas segala-galanya karena itu tiada yang mustahil bila Dia
menghendaki. Dialah pemilik dan penguasa segala sesuatu, sehingga tiada yang
sanggup menghalangi jika Dia berkehendak menolong hamba-hamba-Nya. Dialah
yang mengatur segala sebab datangnya pertolongan-Nya.
Dengan demikian maka aku harus benar-benar berjuang, berikhtiar mendekati-
Nya dengan mengamalkan apapun yang disukainya dan melepaskan hati ini dari
ketergantungan selain-Nya, karena selain Dia hanyalah sekedar mahluk yang tak
berdaya tanpa kekuatan dari-Nya.
"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya akan diberi jalan keluar dari setiap
urusannya dan diberi rizki dari arah yang tak diduga, dan barang siapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya." (QS [65] :
2-3)
Lima (5) S
Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang
dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan
dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam”
sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun
segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu
sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam
di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan. Namun, tatkala upaya
merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman,
“Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara
lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa
pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.
8
Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling
bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di
tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah
negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan,
karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum
dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya.
Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya
menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang
sering kita sebut negara kaum kafir.
Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk
mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan,
tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan
Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu
sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini,
bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa,
sopan, dan santun.
Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih
kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman
yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus.
Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua
keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang
tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan
dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah
berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum
yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan
orang-orang yang berada di sekitar kita?
S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan
keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita
dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri.
Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan
salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang
sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita
mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam
begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?
S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh
orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid,
meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya,
9
padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan.
Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita
bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?
S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk,
ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya,
apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi
dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan
kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan
bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan.
Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika
kesopanan atau tidak.
S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan
kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean,
demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk
kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri.
Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh
mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia?
Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita
untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?
Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil.
Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi
yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan
Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih,
ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya
suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah,
lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan
kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa
nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela
mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin
membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.
Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S
ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan
mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW,
Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “
Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak.***
10
Bersandar Hanya Kepada Allah
Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak
memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa
memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah
pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang
luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang
membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.
Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha
wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana
kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan,
kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh
karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk
dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.
Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah
mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran
baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut
tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada
sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam
kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada
hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya,
bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.
Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat
mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah
mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar
kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum
yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.
Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan,
kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri
kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak
orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada
kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan
berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh
dari kearifan.
Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan ... Buat
apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak
membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ tidak apa-apa jabatan kita kecil
11
dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat
mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian,
penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah
SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga
kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi
penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.
Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada
tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup
saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan
kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja.
Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk
memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun,
sehingga jabatannya harus segera digantikan.
Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan
bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan
sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah
mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit
demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain,
membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.
Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan
kepleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang
membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.
Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para
istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki,
suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya.
Suami pergi ke kanotr, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.
"Wahai Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip
hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia bisa
ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang barokah,
tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena Engkaulah
yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi amal
shaleh."
Insya Allah suami pergei bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah.
Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada
Allah. "Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang
hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ;
Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala
kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada
12
makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan
setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in kadir".
Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan
penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak
kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya
dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah
seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan
segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.
Bila Hati Bercahaya
Adakah diantara kita yang merasa mencapai sukses hidup karena telah berhasil
meraih segalanya : harta, gelar, pangkat, jabatan, dan kedudukan yang telah
menggenggam seluruh isi dunia ini? Marilah kita kaji ulang, seberapa besar
sebenarnya nilai dari apa-apa yang telah kita raih selama ini.
Di sebuah harian pernah diberitakan tentang penemuan baru berupa teropong
yang diberi nama telescope Hubble. Dengan teropong ini berhasil ditemukan
sebanyak lima milyar gugusan galaksi. Padahal yang telah kita ketahui selama ini
adalah suatu gugusan bernama galaksi bimasakti, yang di dalamnya terdapat
planet-planet yang membuat takjub siapa pun yang mencoba bersungguh-sungguh
mempelajarinya. Matahari saja merupakan salah satu planet yang sangat kecil,
yang berada dalam gugusan galaksi di dalam tata surya kita. Nah, apalagi planet
bumi ini sendiri yang besarnya hanya satu noktah. Sungguh tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan lima milyar gugusan galaksi tersebut. Sungguh alangkah
dahsyatnya.
Sayangnya, seringkali orang yang merasa telah berhasil meraih segala apapun yang
dirindukannya di bumi ini – dan dengan demikian merasa telah sukses – suka
tergelincir hanya mempergauli dunianya saja. Akibatnya, keberadaannya
membuat ia bangga dan pongah, tetapi ketiadaannya serta merta membuat lahir
batinnya sengsara dan tersiksa. Manakala berhasil mencapai apa yang
diinginkannya, ia merasa semua itu hasil usaha dan kerja kerasnya semata,
sedangkan ketika gagal mendapatkannya, ia pun serta merta merasa diri sial.
Bahkan tidak jarang kesialannya itu ditimpakan atau dicarikan kambing hitamnya
pada orang lain.
Orang semacam ini tentu telah lupa bahwa apapun yang diinginkannya dan
diusahakan oleh manusia sangat tergantung pada izin Allah Azza wa Jalla. Matimatian
ia berjuang mengejar apa-apa yang dinginkannya, pasti tidak akan dapat
13
dicapai tanpa izin-Nya. Laa haula walaa quwwata illaabillaah! Begitulah kalau
orang hanya bergaul, dengan dunia yang ternyata tidak ada apa-apanya ini.
Padahal, seharusnya kita bergaul hanya dengan Allah Azza wa Jalla, Zat yang
Maha Menguasai jagat raya, sehingga hati kita tidak akan pernah galau oleh dunia
yang kecil mungil ini. Laa khaufun alaihim walaa hum yahjanuun! Samasekali
tidak ada kecemasan dalam menghadapi urusan apapun di dunia ini. Semua ini
tidak lain karena hatinya selalu sibuk dengan Dia, Zat Pemilik Alam Semesta yang
begitu hebat dan dahsyat.
Sikap inilah sesungguhnya yang harus senantiasa kita latih dalam mempergauli
kehidupan di dunia ini. Tubuh lekat dengan dunia, tetapi jangan biarkan hati turut
lekat dengannya. Ada dan tiadanya segala perkara dunia ini di sisi kita jangan
sekali-kali membuat hati goyah karena toh sama pahalanya di sisi Allah. Sekali
hati ini lekat dengan dunia, maka adanya akan membuat bangga, sedangkan
tiadanya akan membuat kita terluka. Ini berarti kita akan sengsara karenanya,
karena ada dan tiada itu akan terus menerus terjadi.
Betapa tidak! Tabiat dunia itu senantisa dipergilirkan. Datang, tertahan, diambil.
Mudah, susah. Sehat, sakit. Dipuji, dicaci. Dihormati, direndahkan. Semuanya
terjadi silih berganti. Nah, kalau hati kita hanya akrab dengan kejadian-kejadian
seperti itu tanpa krab dengan Zat pemilik kejadiannya, maka letihlah hidup kita.
Lain halnya kalau hati kita selalu bersama Allah. Perubahan apa saja dalam episode
kehidupan dunia tidak akan ada satu pun yang merugikan kita. Artinya, memang
kita harus terus menerus meningkatkan mutu pengenalan kita kepada Allah Azza
wa Jalla.
Di antara yang penting yang kita perhatikan sekiranya ingin dicintai Allah adalah
bahwa kita harus zuhud terhadap dunia ini. Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, niscaya Allah mencintainya, dan
barangsiapa yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya
manusia mencintainya."
Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat
duniawi, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah daripada
apa yang ada di tangan kita. Bagi orang-orang yang zuhud terhadap dunia,
sebanyak apapun yang dimiliki sama sekali tidak akan membuat hati merasa
tentram karena ketentraman itu hanyalah apa-apa yang ada di sisi Allah.
Rasulullah SAW bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan di dunia bukanlah
dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula memboroskan kekayaan.
Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada
dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah." (HR. Ahmad, Mauqufan)
14
Andaikata kita merasa lebih tentram dengan sejumlah tabungan di bank, maka
berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seharusnya kita
lebih merasa tentram dengan jaminan Allah. Ini dikarenakan apapun yang kita
miliki belum tentu menjadi rizki kita kalau tidak ada izin Allah.
Sekiranya kita memiliki orang tua atau sahabat yang memiliki kedudukan tertentu,
hendaknya kita tidak sampai merasa tentram dengan jaminan mereka atau siapa
pun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali dengan izin Allah.
Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak menjadi
jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan
tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita.jangan ukur
kemuliaan seseorang dengan adanya dunia di genggamannya. Sebaliknya jangan
pula meremehkan seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita tidak
menghormati seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita menghormati
seseorang karena kedudukan dan kekayaannya, kalau meremehkan seseorang
karena ia papa dan jelata, maka ini berarti kita sudah mulai cinta dunia. Akibatnya
akan susah hati ini bercahaya disisi Allah.
Mengapa demikian? Karena, hati kita akan dihinggapi sifat sombong dan takabur
dengan selalu mudah membeda-bedakan teman atau seseorang yang datang kepada
kita. Padahal siapa tahu Allah mendatangkan seseorang yang sederhana itu sebagai
isyarat bahwa Dia akan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita.
Hendaknya dari sekarang mulai diubah sistem kalkulasi kita atas keuntungankeuntungan.
Ketika hendak membeli suatu barang dan kita tahu harga barang
tersebut di supermarket lebih murah ketimbang membelinya pada seorang ibu tua
yang berjualan dengan bakul sederhananya, sehingga kita mersa perlu untuk
menawarnya dengan harga serendah mungkin, maka mulailah merasa beruntung
jikalau kita menguntungkan ibu tua berimbang kita mendapatkan untung darinya.
Artinya, pilihan membeli tentu akan lebih baik jatuh padanya dan dengan harga
yang ditawarkannya daripada membelinya ke supermarket. Walhasil, keuntungan
bagi kita justru ketika kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain.
Lain halnya dengan keuntungan diuniawi. Keuntungan semacam ini baru terasa
ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Sedangkan arti keuntungan bagi kita
adalah ketika bisa memberi lebih daripada yang diberikan oleh orang lain. Jelas,
akan sangat lain nilai kepuasan batinnya juga.
Bagi orang-orang yang cinta dunia, tampak sekali bahwa keuntungan bagi dirinya
adalah ketika ia dihormati, disegani, dipuji, dan dimuliakan. Akan tetapi, bagi
orang-orang yang sangat merindukan kedudukan di sisi Allah, justru kelezatan
menikmati keuntungan itu ketika berhasil dengan ikhlas menghargai,
15
memuliakan, dan menolong orang lain. Cukup ini saja! Perkara berterima kasih
atau tidak, itu samasekali bukan urusan kita. Dapatnya kita menghargai,
memuliakan, dan menolong orang lain pun sudah merupakan keberuntungan yang
sangat luar biasa.
Sungguh sangat lain bagi ahli dunia, yang segalanya serba kalkulasi, balas
membalas, serta ada imbalan atau tidak ada imbalan. Karenanya, tidak usah heran
kalau para ahli dunia itu akan banyak letih karena hari-harinya selalu penuh
dengan tuntutan dan penghargaan, pujian, dan lain sebagainya, dari orang lain.
Terkadang untuk mendapatkan semua itu ia merekayasa perkataan, penampilan,
dan banyak hal demi untuk meraih penghargaan.
Bagi ahli zuhud tidaklah demikian. Yang penting kita buat tatanan kehidupan ini
seproporsional mungkin, dengan menghargai, memuliakan, dan membantu orang
lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Inilah keuntungan-keuntungan bagi
ahli-ahli zuhud. Lebih merasa aman dan menyukai apa-apa yang terbaik di sisi
Allah daripada apa yang didapatkan dari selain Dia.
Walhasil, siapapun yang merindukan hatinya bercahaya karena senantiasa
dicahayai oleh nuur dari sisi Allah, hendaknya ia berjuang sekuat-kuatnya untuk
mengubah diri, mengubah sikap hidup, menjadi orang yang tidak cinta dunia,
sehingga jadilah ia ahli zuhud.
"Adakalanya nuur Illahi itu turun kepadamu," tulis Syaikh Ibnu Atho’illah dalam
kitabnya, Al Hikam, "tetapi ternyata hatimu penuh dengan keduniaan, sehingga
kembalilah nuur itu ke tempatnya semula. Oleh sebab itu, kosongkanlah hatimu
dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya dengan ma’rifat
dan rahasia-rahasia."
Subhanallaah, sungguh akan merasakan hakikat kelezatan hidup di dunia ini, yang
sangat luar biasa, siapapun yang hatinya telah dipenuhi dengan cahaya dari sisi
Allah Azza wa Jalla. "Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing (seorang hamba)
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki ..." (QS. An Nuur [24] : 35).
Buah Kebeningan Hati
Saudara-saudaraku, sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata
qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan
16
mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara,
dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan
kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia
ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap
aktivitas yang dilakukan.
Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih
jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu
terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan.
Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah
yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini.
Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari katakata
yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya,
subhanallah. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya yang telah tertata dengan
baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan
mamfaat. Tutur katanya bernas dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan
di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain.
Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari
kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah
terjaga, ketegangan berkurang,dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian.
Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit.
Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan
untuk berbuat banyak kepada umat.
Orang yang bening hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak
ada waktu untuk berpikir jelek sedetik pun jua. Apalagi berpikir untuk
menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya
sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal
yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya
dalam menjalani setiap detik yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya
untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang
berbening hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih
mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan
beragam kreativitas pemikiran. Subhanallah, bening hati ternyata telah
membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya.
Walhasil, orang yang telah tertata hatinya adalah orang yang telah berhasil
merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan tidak mengherankan ketika ia
menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat
mengesankan. Hatinya yang bersih membuat terpancar darinya akhlak yang indah
mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa
akan merasa kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu akan memperoleh
17
aneka mamfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini
menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan.
Dan, Subhanallah, lebih dari semua itu, kebeningan hatipun ternyata dapat
membuat hubungan dengan Allah menjadi luar biasa mamfaatnya. Dengan
berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat,
meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan
tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya
lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula do’a-do’anya menjadi luar biasa
mustajabnya. Mustajabnya do’a tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan
hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan
dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.
Pendek kata orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa
bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat
kelak. Tidak rindukah kita memiliki hati yang bersih?
Silahkan bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk,
semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan senantiasa
tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun
senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi,
mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain bahagia, kikir, dan lain-lain
penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak
berlebihan bila perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku
terhormat, lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit.
Penyakit buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari
letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal pikirannya
pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang kezhaliman.
Oleh karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk
bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk memuntahkan
ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila hubungan dengan
Allah SWT pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan
bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat
Allah. Akibatnya pun jelas, do’a menjadi tidak ijabah (terkabul), dan aneka
masalah pun segera datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada
Allah).
Ternyata hanya kerugian dan kerugian saja yang didapati orang berhati busuk.
Betapa malangnya. Pantaslah Allah SWT dalam hal ini telah mengingatkan kita
dalam sebuah Firman-Nya : "Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Q.S. Asy-Syam
[91] : 9 – 10).
18
Ingatlah saudaraku, hidup hanya satu kali dan siapa tahu tidak lama lagi kita akan
mati. Marilah kita bersama-sama bergabung dalam barisan orang-orang yang terus
memperbaiki diri, dan mudah-mudahan kita menjadi contoh awal bagaimana
menjadikan hidup indah dan prestatif dengan bening hati, Insya Allah.
Budaya Bersahaja
Kecenderungan manusia berperilaku boros terhadap harta memang sudah ada di
dalam dirinya. Ditambah lagi perilaku boros adalah salah satu tipu daya setan
terkutuk yang membuat harta yang kita miliki tidak efektif mengangkat derajat
kita. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, membelenggu, dan
menjebak kita dalam kubangan tipu daya harta karena kita salah dalam
menyikapinya.
Hal ini dapat kita perhatikan dalam hidup keseharian kita. Orang yang punya
harta, kecenderungan untuk menjadi pecinta harta cenderung lebih besar. Makin
bagus, makin mahal, makin senang, maka makin cintalah ia kepada harta yang
dimilikinya. Lebih dari itu, maka ingin pulalah ia untuk memamerkannya.
Terkadang apa saja ingin dipamer-pamerkan. Ada yang pamer kendaraan, pamer
rumah, pamer mebel, pamer pakaian, dan lain-lain. Sifat ini muncul karena salah
satunya kita ini ingin tampil lebih wah, lebih bermerek, atau lebih keren dari
orang lain. Padahal, makin bermerek barang yang dimiliki justru akan menyiksa
diri.
Suatu pengalaman ketika seseorang memberi sebuah ballpoint. Dari tampangnya
ballpoint ini saya pikir sangat bagus, mengkilat, dan ketika dipakai untuk menulis
pun enak. Tapi tiba-tiba ballpoint ini menjadi barang yang menyengsarakan ketika
ada yang memberi tahu bahwa ballpoint yang mereknya "MP" itu adalah sebuah
merek terkenal untuk ukuran sebuah benda bernama ballpoint. Mulanya tidak
mengerti sama sekali. Tadinya saya kira harganya paling cuma ribuan rupiah saja.
Nah, gara-gara tahu itu ballpoint mahal, sikap pun jadi berubah. Tiba-tiba jadi
takut hilang, ketika dibawa takut jatuh, ketika dipinjam takut cepat habis tintanya
karena tintanya pun mahal, mau disimpan takut jadi mubazir, mau dikasihkan ke
orang lain sayang, ditambah lagi saat dipakai pun malu, mungkin nanti ada yang
komentar "Wah, Aa ballpoint-nya ballpoint mahal!". Begitulah, nasib punya
barang bermerek, tersiksa!
Sebaliknya, kalau kita terbiasa dengan barang yang biasa-biasa, dapat dipastikan
hidup pun akan lebih ringan. Karenanya, hati-hatilah saudaraku. Apalagi dalam
kondisi ekonomi bangsa kita yang sedang terpuruk seperti saat ini. Kita harus
benar-benar mengendalikan penuh keinginan-keinginan kita jikalau ingin
19
membeli suatu barang. Ingat, yang paling penting adalah bertanya pada diri apa
yang paling bermamfaat dari barang yang kita beli tersebut. Buat pula skala
prioritas, misalnya, haruskah membeli sepatu seharga 1 juta rupiah padahal
keperluan kita hanya sebentuk sepatu olahraga. Apalagi dihadapan tersedia aneka
pilihan harga, mulai dari yang 700 ribu, 400 ribu, 200 ribu, sampai yang 50 ribu
rupiah. Mereknya pun beragam, tinggal dipilih mana kira-kira yang paling sesuai.
Nah, kalau kita ada dalam posisi seperti ini, maka carilah sepatu yang paling tidak
membuat kita sombong ketika memakainya, yang paling tidak menyikasa diri
dalam merawatnya, dan yang paling bisa bermamfaat sesuai tujuan utama dari
pembelian sepatu tersebut. Hati-hatilah, sebab yang biasa kita beli adalah
mereknya, bukan awetnya, karena kalau terlalu awet pun akan bosan pula
memakainya. Jangan pula tergesa-gesa, dan ketahuilah bahwa pemboros-pemboros
itu adalah saudaranya setan.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman, "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga
yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan,
dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada
Tuhan-Nya" (QS. Al Israa [17] : 26-27). Dalam ayat lain Allah SWT berfirman,
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebihlebihan
dan tidak pula mereka kikir. Dan adalah pembelanjaan itu ditengahtengah
yang demikian itu". (QS. Al Furqan [25] : 67)
Jelaslah kiranya bahwa sikap boros lebih dekat kepada perilaku setan,
naudzubillaah. Karenanya, budaya bersahajalah salah satu budaya yang harus kita
tanamkan kuat-kuat dalam diri. Memilih hidup dengan budaya bersahaja bukan
berarti tidak boleh membeli barang-barang yang bagus, mahal, dan bermerek.
Silahkan saja! Tapi ternyata kalau kita berlaku boros, sama sekali tidak akan
menjadi amal kebaikan bagi kita. Saya kira hikmah dari krisis ekonomi yang
menimpa bangsa kita, salah satunya kita harus benar-benar mengendalikan
keinginan kita. Tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Karena jikalau kita ingin
membeli sesuatu karena ingin dan senang, ketahuilah bahwa keinginan itu cepat
berubah. Kalau kita membeli sesuatu karena suka, maka ketika melihat yang lebih
bagus, akan hilanglah selera kita pada barang yang awalnya lebih bagus tadi.
Belilah sesuatu hanya karena perlu dan mampu saja. Sekali lagi, hanya karena
perlu! Perlukah saya beli barang ini? Matikah saya kalau tidak ada barang ini?
Kalau tidak ada barang ini saya hancur tidak? Itulah yang harus selalu kita
tanyakan ketika akan membeli suatu barang. Kalau saja kita masih bisa bertahan
dengan barang lain yang lebih bersahaja, maka lebih bijak jika kita tidak
melakukan pembelian.
Misalnya, ketika tersirat ingin membeli motor baru, tanyakan; perlukah kita
membeli motor baru? Sudah wajibkah kita membelinya? Nah, ketika alasan
pertanyaan tadi sudah logis dan dapat diterima akal sehat, maka kalau pun jadi
20
membeli pilihlah yang skalanya paling irit, paling hemat, dan paling mudah
perawatannya. Jangan berpikir dulu tentang keren atau mereknya. Cobalah
renungkan; mending keren tapi menderita atau irit tapi lancar? Tahanlah
keinginan untuk berlaku boros dengan sekuat tenaga, yakinlah makin kita bisa
mengendalikan keinginan kita, Insya Allah kita akan makin terpelihara dari sikap
boros. Sebaliknya, jika tidak dapat kita kendalikan, maka pastilah kita akan disiksa
oleh barang-barang kita sendiri. Kita akan disiksa oleh kendaraan kita dan disiksa
oleh harta kita yang kita miliki. Rugi, sangat rugi orang yang memperturutkan
hidupnya karena sesuatu yang dianggap keren atau bermerek. Apalagi, keren
menurut kita belum tentu keren menurut orang lain, bahkan sebaliknya bisa jadi
malah dicurigai. Karena ada pula orang yang ketika memakai sesuatu yang
bermerek, justru disangka barang temuan.
Seperti kisah santri di sebuah pesantren. Saat ada santri yang memakai sepatu yang
sangat bagus dengan merek terkenal, justru disangka sepatu jamaah yang ketika
berkunjung ke pesantren tersebut tertinggal di mesjid. Lain waktu, ada juga yang
memakai arloji sangat bagus dengan merek terkenal buatan dari negeri Swiss sana,
tapi orang lain justru malah berprasangka kalau arloji itu barang temuan dari
tempat wudhu. Begitulah, bagi orang yang maqam-nya murah meriah, ketika
memakai barang mahal justru malah dicurigai.
Karenanya, biasakanlah untuk senantiasa bersahaja dalam setiap yang kita
lakukan. Dan mudah-mudahan dalam kondisi ekonomi sulit seperti ini Allah
mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk menjadi orang yang terpelihara
dari perbuatan sia-sia dan pemborosan.***
Bunga Rampai Nasihat
Mudah-mudahan Allah yang Maha Menguasai segala-galanya selalu membukakan
hati kita agar bisa melihat hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang terjadi.
Yakinlah tidak ada satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada suatu kejadian pun
yang tanpa makna, sangat rugi kalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak
mendapat pelajaran dari apa yang sedang kita jalani. Hidup ini adalah samudera
hikmah tiada terputus. Seharusnya apapun yang kita hadapi, efektif bisa
menambah ilmu, wawasan, khususnya lagi bisa menambah kematangan,
kedewasaan, kearifan diri kita sehingga kalau kita mati besok lusa atau kapan saja,
maka warisan terbesar kita adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta
semata. Rindukanlah dan selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat
kematian kita adalah saat yang paling indah.
Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap,
21
benar-benar dalam keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan kalau
saat meninggal nanti kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang
bercucuran di jalan Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti kita meninggal, kita
sedang bersujud atau sedang berjuang di jalan Allah. Jangan sampai kita mati siasia,
seperti yang diberitakan koran-koran tentang seorang yang meninggal sedang
nonton di bioskop. Terang saja buruk sekali orang yang meninggal di bioskop,
apalagi misalnya film yang ditontonnya film (maaf) “Gairah Membara”, film
maksiat, na’udzubillah. Dia akan “membara” betulan di neraka nanti. Ingat maut
adalah hal yang sangat penting.
Tiada kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam
semesta, yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan
menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki, segala puji hanyalah bagi-Mu
dan milik-Mu. Shalawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, panutan
kita semua Rasulullah SAW.
Sahabat, percayalah sehebat apapun harta, gelar, pangkat, kedudukan, atau atribut
duniawi lainnya tak akan pernah berharga jikalau kita tidak memiliki harga diri.
Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya harga diri.
Hidup di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh
meniti karier kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan
terhormat dalam pandangan Allah SWT juga terhormat dalam pandangan orangorang
beriman. Dan kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik
kematian yang penuh kehormatan dan kemuliaan dengan warisan terpenting
kehidupan kita adalah nama baik dan kehormatan kita yang tanpa cela, kehinaan.
Langkah awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad
untuk menjadi seorang muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati.
Seperti halnya Rasulullah SAW memulai karier kehidupannya dengan gelar
kehormatan Al Amin (seorang yang sangat terpercaya).
Kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita
menjadi seorang muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali
bagi siapapun yang bergaul dengan kita, baik muslim maupun non muslim, baik
kawan atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun
amanah yang kita pikul.
Oleh karena itu, pertama, jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal
apapun. Sekecil dan sesederhana apapun, bahkan betapa pun terhadap anak kecil
atau dalam senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan,
tidak ada dusta, pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena
kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak
akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. (Tentu saja bukan
22
berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekuasaan
tersendiri, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan aib
sendiri).
Kedua, jaga lisan, jangan pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir
berita, informasi, atau sebaliknya meniadakan apa yang harus disampaikan.
Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin menambahnambah
sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan!
Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti ketika orang tahu informasi yang
sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.
Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala
pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu
akan menunjukkan kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa ilmu itulah
tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan “tidak
tahu” kalau memang kita tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh
karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat, jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi
membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat setiap kali
kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu jadi amanah buat kita. Bagi orang
yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita
harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Yang namanya kuburan tidak
usah digali-gali lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa
kebaikan bagi semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan
aib dan kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena
ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan
kita kepada yang lain lagi.
Kelima, jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji.
Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan
dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji
walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat,
semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga
diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na’udzubillah. Tidak
artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibanding jika kita bernama si pengingkar
janji. Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang
menjanjikannya untuk bertemu, beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau
adalah menepati janji.***
Dahsyatnya Sedekah
23
Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai
berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun
menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata
bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung
tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa
menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang
terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-
Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi
cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu
yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat
apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali
bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di
samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma
menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang,
atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain
karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu
amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara
tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang
24
yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang
dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan
untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang
ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi
tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan
pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita
pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita
ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita
atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas
adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan
kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu
hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali
dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian
bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang
kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah
perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan
dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang
yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah
darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan
tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya
mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut
pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni
ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama
dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.
Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah
(keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat
dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada
semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu
membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita
tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya
yang tiada terkira.
Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan
25
terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada
dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah,
semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya.
Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah
dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita
akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun
saat menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan
di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan
Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan
ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang
tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan
sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada
Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan
menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku
hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan
keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."
"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab
Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan
melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya,"
ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera
menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu
dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah
tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana
telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan
antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan
mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan
sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu
26
na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah.
Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan
membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah
penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih
menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji.
Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat.
Masya Allah!
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai
dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan,
sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik,
seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***
Diam Itu Emas
Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita
pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga
juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan
Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah
berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.
1. Jenis-jenis Diam
Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada
yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah.
Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan
lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:
a. Diam BodohYaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau
kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini
jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.
b. Diam MalasDiam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang
memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak
mood, tidak berselera atau malas.
c. Diam SombongIni pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam
berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.
27
d. Diam KhianatIni diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan
orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah
diam yang keji.
e. Diam MarahDiam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah
jauh lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana.
Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk
memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah
masalah.
f. Diam Utama (Diam Aktif)Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam
hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa
engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih
besardibanding dengan berbicara.
2. Keutamaan Diam Aktif
a. Hemat MasalahDengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata
yang berpeluang menimbulkan masalah.
b. Hemat dari DosaDengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi
dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan
Allah.
c. Hati Selalu Terjaga dan TenangDengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari
riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan
mematikan hati kita.
d. Lebih BijakDengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati
yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh
lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.
e. Hikmah Akan MunculYang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan
diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan
yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan,
serta sikap dan perilakunya.
f. Lebih BerwibawaTanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif
akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk
mempermainkan atau meremehkan.
Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:
28
1. Diam dari perkataan dusta
2. Diamdari perkataan sia-sia
3. Diam dari komentar spontan dan celetukan
4. Diam dari kata yang berlebihan
5. Diam dari keluh kesah
6. Diam dari niat riya dan ujub
7. Diam dari kata yang menyakiti
8. Diam dari sok tahu dan sok pintar
Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula
Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan
untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat
tauhiid "laa ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantarkan ke surga. Aamiin
Etika Berwirausaha
Hikam:"Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa
dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya." (QS.
Al-Maidah: 2)
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT suka kepada hamba yang
berkarya dan terampil. Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk
keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid fisabilillah." (HR.Imam
Ahmad)
Rasul Adalah seorang entrepreunership atau wirausahawan. Mulai usia 8 tahun 2
bulan sudah mulai menggembalakan kambing. Pada usia 12 tahun berdagang
sebagai kafilah ke negeri Syiria dan pada usia 25 tahun Rasul menikahi Khadijah
dengan mahar 20 ekor unta muda. Ini menunjukan bahwa Rasul merupakan
seorang wirausahawan yang sukses.
Jiwa wirausaha harus benar-benar ditanamkan dari kecil, karena kalau tidak maka
potensi apapun tidak bisa dibuat menjadi manfaat. Prinsip dari wirausahawan
adalah memanfaatkan segala macam benda menjadi bermanfaat. Tidak ada
kegagalan dalam berusaha, yang gagal yaitu yang tidak pernah mencoba berusaha.
Gagal merupakan informasi menuju sukses, keuntungan bukan hanya untung
untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Kredibilitas diri kita adalah modal
utama dalam berwira usaha, dengan menahan diri untuk tidak menikmati
kebahagiaan orang lain sebagai keberuntungan kita. Jual beli bukan hanya
29
transaksi uang dan barang, tapi jual beli harus dijadikan amal soleh yaitu dengan
niat dan cara yang benar.
Uang yang tidak barokah tidak akan dapat memberi ketenangan, walau sebanyak
apapun akan tetap kekurangan dan akan membuat kita hina. Berjualan dengan
akhlak yang mulia, pembeli tidak hanya mendapat fasilitas dan tidak hanya
mendapatkan barang tapi juga melihat kemuliaan akhlak seorang penjual.
Getaran Allah Di Padang Arafah
Saudaraku para tamu Allah dan juga saudaraku di Tanah Air yang kali ini atas izin
Allah bisa merasakan getaran orang-orang yang bersyukur di tanah Arafah. Inilah
saat yang paling dirindukan oleh orang-orang yang beriman, saat diundang ke
tanah di mana Allah menghadapkan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat di
hari Arafah. Pada saat inilah Allah menjanjikan pembebasan dari api jahanam
sebanyak-banyak hamba-hamba-Nya. Dan pada hari ini Allah juga menjanjikan
diampuni lumuran dosa-dosa, dihapus aib-aib yang menyelimuti, kerak-kerak
kenistaan disingkirkan, dibukanya lembaran-lembaran baru yang putih bersih.
Saudaraku para tamu Allah. Begitu banyak orang yang bertawakal dan bersimpuh
di hadapan Allah. Diseluruh pelosok negeri. Mungkin di pedesaan, di lerenglereng,
maupun dipersawahan. Mereka ini mungkin siang malam bersandar
kepada Allah. Mereka tiada henti memuja Allah. Bahkan mungkin bisa jadi
kedudukan mereka lebih tinggi di sisi Allah dibanding kita yang sehari-hari
melumuri diri dengan dosa, lebih banyak dipakai memuaskan diri kita dibanding
memuaskan perintah Allah. Tapi sampai sekarang mereka belum pernah
merasakan nikmatnya jamuan Allah di Arafah ini. Inilah saatnya kita harus merasa
malu. Karena, lebih banyak orang yang berhak wukuf di Arafah ini dibanding kita.
Kita lihat orang di keningnya berbekas dengan bekas sujud hanya bisa menangis
sepanjang hayatnya untuk bisa dijamu oleh Allah di Padang Arafah ini. Tapi,
kapan kita melakukan seperti itu? Karena itu, saudaraku yang hadir di bumi
Arafah ini, hari ini adalah hari buat kita untuk bersyukur. Bisa jadi kita hadir di
tempat ini bukan karena kesalehan kita. Kehadiran kita di sini mungkin karena
ridlo Allah atas orang-orang yang kita sakiti yang mereka balas sakit hatinya
dengan doa kemuliaan bagi kita. Mungkin kita berada di tempat ini berkat doa
fakir miskin yang kita lempar dengan uang seratus rupiah tapi mereka
menerimanya dengan ridlo dan memohon kepada Allah agar mengampuni kita.
Mungkin kita berada di tempat ini berkat doa para pembantu yang tidak pernah
kita hargai jasa baiknya tetapi mereka sabar bangun malam dan meminta kita
diberi hidayah. Mungkin kita berada ditempat ini karena doa orang tua kita yang
30
tiada henti-hentinya agar memilik ianak yang saleh dan salehah, padahal begitu
sering kita melukai hatinya. Atau, mungkin kita berada di tempat ini karena doa
anak-anak kita yang sering dikecewakan contoh buruk yang kita lakukan sehingga
mereka meminta kepada Allah agar memiliki orang tua yang saleh dan salehah.
Tentunya tiada kebaikan yang mengantar kita ke tempat ini selain kemurahan
Allah yang Maha Agung. Kita berutang banyak saudara-saudaraku sekalian.
Baiklah saudara-saudaraku sekalian. Tidak ada jalan bagi kita untuk menjadi
sombong dan takabur dengan jamuan Allah di Arafah ini kecuali kita harus malu
dan jujur kepada diri sendiri. Harta yang Allah titipkan kepada kita, tak jarang kita
nafkahkan sekadar sisa dari uang jajan kita. Zakat enggan kita bayarkan. Sedekah
bagi orang yang paling lusuh dengan cara yang paling memalukan. Bahkan, kita
lebih suka membelikan barang-barang yang mahal untuk kita pamerkan kepada
makhluk dari pada menafkahkan harta di jalan Allah untuk bekal kepulangan kita.
Lalu lihatlah bagaimana kita bersujud kepada Allah. Dari 24 jam satu hari Allah
memberikan waktu kepada kita, sujud sering kita percepat. Bahkan, kalau perlu
hampir kita tidak pernah ingat kepada Allah yang Maha Agung. Di manakah letak
amal baik kita? Nikmat dari Allah tiada henti dan tiada putus. Sedangkan
pengkhianatan kita tiada henti dan tiada terputus. Entah mengapa Allah memberi
kesempatan kita berada di tanah Arafah ini? Rasanya lebih banyak orang yang
lebih layak untuk dimuliakan Allah saat ini.
Saudara-saudaraku sekalian. Hari ini Allah menurunkan para malaikat di sekitar
tenda. Sebagian para malaikat sudah menyaksikan aib-aib yang ada pada diri kita.
Sebagian malaikat yang lain tahu secara persis siapa diri kita, ada yang mencatat
kata-kata kita yang begitu jarang menyebut nama Allah. Lalu mereka tahu betapa
banyaknya orang yang terluka hatinya, tercabik-cabik perasaannya. Allah maha
tahu fitnah yang tersebar karena lisan kita selama ini, berapa banyak orang yang
terjerumus ke dalam maksiat karena kita yangmenunjukkannya. Di antara
malaikat yang hadir saat ini ada yang menyaksikan kita mendekati zina dengan
mata kita, dengan lisan kita, karena tiada yang tersembunyi bagi Allah.
Sesungguhnya hari ini adalah hari yang paling malu bagi kita. Orang busuk seperti
kita ini diberi kesempatan berada di tempat mulia, bahkan amal-amal yang paling
tidak disukai Allah kita pun sering melakukannya. Kesombongan, ketakaburan
adalah amal yang membuat iblis dilaknat oleh Allah selamanya. Tidak akan pernah
selamat masuk surga orang yang di dalam hatinya ada takabur walau sebesar biji
zarah. Lihatlah apa yang Allah titipkan bagi jalan kesombongan bagi kita. Otak
kita dicerdaskan sedikit oleh Allah. Kita diberi kesempatan sekolah, kesempatan
kuliah. Namun malah membuat kita jadi petentang-petenteng menganggap rendah
orang tua kita yang pendidikannya tidak setinggi kita. Menganggap rendah
pembantu kita yang pendidikannya tidak setinggi kita. Menganggap rendah orang
lain yang tidak pernah mengenyam pendidikan setinggi kita. Padahal, demi Allah,
31
saudara-saudaraku, otak ini adalah milik Allah. Jikalau Allah mengambil beberapa
bagian saja, niscaya kita tidak bisa mengingat apa pun.
Sungguh! Gelar, pangkat adalah lambang kebodohan bagi orang-orang yang
takabur. Malu kita ini mengapa diberi otak yang sulit mengenal Allah. Padahal,
otak kita ini tunduk mengejar keagungan Allah. Kita diberikan harta yang cukup.
Tapi kita sering tidak mempedulikan dari mana harta itu kita dapatkan. Yang
haram kita ambil, hak orang lain kita tahan. Zakat lupa kita bayarkan. Kita lumuri
diri kita dengan kenistaan. Naudzubilah min dzalik. Tapi kita bangga dengan
kendaraan yang mewah, dengan rumah yang megah, dengan perhiasan. Padahal,
sungguh, semua itu adalah sekadar titipan Allah, yang Allah juga berikan kepada
makhluk-makhluk nista lainnya. Para penjahat, para pelacur, penzina, orangorang
yang durjana diberi dunia oleh Allah. Karena dunia ini bukan tanda
kemuliaan bagi seseorang. Dunia adalah fitnah, cobaan bagi manusia. Sungguh
malang bagi orang yang takabu dengan tempelan duniawi padahal Allah
menghinakan seseorang dengan duniawi itu sendiri.
Saudaraku-saudaraku sekalian.Waspadalah sepulang dari tempat ini. Haji yang
mabrur adalah haji yang merasa malu kepada Allah. Allah memberikan nikmat
tiada henti. Kita jarang mensyukurinya bahkan kita mengkhianatinya. Allah yang
Maha Agung, Allah yang Maha Perkasa, memberikan kesempatan kali ini kepada
kita untuk mengubah sisa umur kita. Mungkin, mungkin kali ini adalah yang
terakhir kali kita berada di tanah Arafah ini. Tidak ada jaminan kita tahun depan
bertemu kembali ditempat ini. Tanah yang kita duduki ini akan menjadi saksi di
akhirat nanti, Kita berangkat mengeluarkan harta, waktu, dan tenaga. Kita lalui
jalan berjam-jam sampai tempat ini, tapi nikmat sekali. Itulah nikmat yang datang
dari Allah. Nikmat adalah pengorbanan. Rasululah SAW mulia bukan karena apa
yang dimilikinya, tapi karena pengorbanannya untuk umat. Harta yang
dikorbankan, tenaga yang dikorbankan, waktu yang dikorbankan, perhatian yang
dikorbankan, demi kemaslahatan umat. Sepulang dari sini tidak pernah akan
bahagia kecuali orang yang paling menikmati berkurban untuk orang lain.
Yakinkanlah bahwa apa pun yang kita miliki agar bermanfaat sebanyakbanyaknya
bagi hamba Allah. Sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak
manfaatnya.
Saudaraku, percayalah bahwa kita tidak akan bahagia dengan mengumpulkan
uang. Justru kebahagiaan datang dengan menafkahkan uang. Kita tidak bahagia
dengan ingin ditolong orang lain. Kita bahagia justru dengan menolong orang lain.
Kita tidak akan bahagia dengan dihormati orang lain, kebahagiaan hati kita dengan
menghargai orang lain. Jadikanlah diri kita menjadi orang yang tidak pernah
berharap apa pun selain dari Allah. Itulah kebahagiaan yang awal dari pelajaran
kita. Yang kedua, ingatlah baik-baik. Kain ihram yang kita pakai ini, ternyata
inilah yang menemani kita saat pulang nanti. Tidaklah harta, tidak pangkat, dan
juga tidak jabatan. Semua itu adalah topeng sejenak saja yang tidak berharga sama
32
sekali, kecuali penyandangnya memiliki rasa syukur dan takwa kepada Allah.
Saudaraku, sepulang dari tempat ini pastikan jangan sembunyi di balik jabatan.
Jangan bersembunyi di balik penampilan yang bagus, jangan bersembunyi di balik
rumah yang megah, jangan bersembunyi di balik gelar yang bertenteng. Tapi
bersembunyilah di balik Allah. Harta, pangkat, dan jabatan tidaklah berharga
kecuali orang yang bertakwa kepada-Nya. Sekuat-kuatnya jangan ubah yang Allah
titipkan ini menjadi jalan kesombongan kita. Tiada yang dimuliakan oleh Allah,
tiada satu pun yang diangkat derajatnya oleh Allah kecuali orang-orang yang
tawadhu. Tiada seorang pun yang tawadhu di antara kamu semata-mata karena
Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya. Oleh karena itu, sepulang dari
sini pastikanlah menjadi orang yang paling rendah hati, yang tidak akan
memamerkan topeng seperti ini. Kecuali, insya Allah, kemuliaan akhlak yang
menjadi andalan bekal kepulangan dan kemuliaannya.
Dan yang ketiga, saudaraku sekalian, sepulang dari haji ini ingatlah baik-baik
bahwa ternyata Allah menciptakan haji dengan pertemuan dari segala bangsa.
Kulit hitam, mata sipit, yang tinggi, yang buruk, yang cacat; mereka semua adalah
saudara kita. Terkadang kita merasa saudara karena darah, persaudaraan karena
tempat, persaudaraan karena bangsa. Tapi kita lihat disini, saudara kita begitu
banyak. Pepatah mengatakan satu musuh sudah mempersempit kehidupan kita,
tapi memperbanyak teman tidak akan pernah cukup. Sebab, memperbanyak teman
adalah memperbanyak saudara. Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara.
Orang-orang yang merasakan banyak saudara hidupnya akan lebih ringan. Kita
berbelanja dengan harga yang mahal, kita bersyukur karena bisa menafkahi
pedagang yang masih saudara kita sendiri. Kita naik kendaraan umum
denganmembayar kelebihan, kita bahagia karena sudah memberikan bekal bagi
keluarga keturunan para sopir saudara kita sendiri. Kita mendidik orang lain
sehingga maju namun tidak berterima kasih tidak apa-apa karena mereka adalah
saudara kita sendiri. Semakin banyak yang bisa kita bantu, Insya Allah semakin
berbahagia dan ringan hidup kita ini.
Dan yang terakhir ingatlah baik-baik. Hari ini adalah penutup lembaran lama kita.
Sudah terlalu lama hidup kita gunakan untuk mengkhianati Allah. Sudah terlalu
banyak napas kita diisi lalai pada Allah. Sudah terlalu banyak keringat kita
terkuras untuk menzalimi kebenaran, sudah terlalu banyak harta yang kita
nafkahkan tidak dijalan Allah. Saudaraku sekalian, mau ke mana lagi. Hidup hanya
sekali dan sebentar. Esok lusa mungkin malaikat maut sudah ada di hadapan kita.
Pastikan mulai saat ini, tekadkan dalam hati kita, ya Allah tiada tujuan dalam
hidup kami selain Engkau. Tiada yang kami tuju selain pulang kepada-Mu, ya
Allah. Dunia pasti kami tinggalkan, harta kami tinggalkan, keluarga kami
tinggalkan. Kami ingin bisa berjumpa dengan-Mu, ya Allah. Tuntun dengan amal
yang bisa membuat berjumpa dengan-Mu, ya Allah. Tingkatkan kepada kami
33
segala bekal yang bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu, ya Allah. Karuniakan
segala nikmat yang bisa membuat kami bisa mensyukuri agar kami bisa berjumpa
dengan-Mu. Bebaskan kami dari setiap harta dan kesibukan apa pun yang tidak
bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu. Barang siapa yang merindukan
berjumpa dengan Allah, niscaya hari-hari yang dinanti adalah hari-hari pertemuan
dengan Allah. Hari-hari yang diisi dengan bekal untuk pulang. Hidup di dunia
adalah kesenangan yang menipu sejenak saja.
Hakikat Cinta
Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal
tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang
yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.
Hikam:
"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang
diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia
dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)
Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan
Ahmad)
Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi
kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.
Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak
memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita
yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora
hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang palingberbahaya dari
cinta yang tidak terkendali.
Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan
cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun lakilaki.
Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin
diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah,
selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.
Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan
berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan
saling bersentuhan.
34
Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap
menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan
memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya
oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal
nafsu belaka.
Ikhlas
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita
melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan
terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di
hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai
pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya
ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun.
Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah
yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi
juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan
yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!
Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat
adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang
ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta
dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan
akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.
Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan
kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan.
Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang
dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke
dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran
kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.
Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas.
Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang
memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang
pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia
akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang
disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa
35
dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun
sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap
qalbu.
Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak
membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati,
Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena
Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.
Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang
ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena
ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan
imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan.
Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman.
Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan
kecewa.
Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun
dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa
yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati
mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah
cibiran.
Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup
ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia
memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat
sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman.
Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.
Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba
yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi
pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat
pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa
aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak
curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa.
Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu
ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia
harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.
Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap katakatanya
tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak
akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas
itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.
36
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad,
sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun
menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata
bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung
tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa
menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang
terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-
Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi
cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu
yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat
apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali
bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di
samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma
menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang,
atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain
karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu
amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara
tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang
yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang
37
dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan
untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang
ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi
tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan
pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita
pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita
ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita
atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan
kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Allaahuakbar.***
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita
melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan
terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di
hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai
pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya
ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun.
Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah
yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi
juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan
yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!
Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat
adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang
ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta
dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan
akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.
Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan
kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan.
Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang
dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke
dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran
kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.
Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas.
Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang
memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang
pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia
akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang
38
disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa
dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun
sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap
qalbu.
Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak
membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati,
Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena
Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.
Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang
ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena
ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan
imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan.
Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman.
Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan
kecewa.
Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun
dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa
yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati
mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah
cibiran.
Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup
ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia
memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat
sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman.
Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.
Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba
yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi
pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat
pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa
aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak
curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa.
Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu
ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia
harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.
Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap katakatanya
tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak
akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas
itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.
39
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad,
sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun
menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata
bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung
tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa
menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang
terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-
Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi
cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu
yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat
apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali
bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di
samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma
menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang,
atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain
karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu
amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara
tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang
40
yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang
dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan
untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang
ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi
tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan
pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita
pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita
ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita
atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan
kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Allaahuakbar.***
Ikhlas (2)
Su`udzon atau berburuk sangka dapat membuat hati kita menjadi busuk karena
apapun yang kita sangka akan mempengaruhi cara kita berfikir, cara kita bersikap
dan cara kita mengambil keputusan. Berbahagialah bagi orang-orang yang bisa
berkhusnudzon atau berbaik sangka.
Hikam:
"Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari
kesalahan-kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang diantara mu memakan
daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai, maka tentulah kamu merasa jijik.
Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha menerima taubat lagi maha
penyayang." (QS. Al-Hudzurot: 12)
"Aku ini bagaimana prasangka hambaku kalau ia berprasangka baik maka ia akan
mendapat kebaikan, bila ia berprasangka buruk maka keburukan akan
menimpanya."
Buruk sangka atau su`udzon dapat merusak hati kita, merusak kebahagiaan kita,
merusak akhlak kita, juga merusak apa yang dijanjikan Allah kepada kita. Orang
yang gemar berburuk sangka adalah sedusta-dustanya perkataan, dalam berbaik
sangka atau husnudzon bukannya membenarkan kesalahan tapi minimal kita jadi
tenang, kalau hati sudah tenang, pikiran jernih keputusan bisa kita ambil dengan
sikap yang tepat. Tetapi husnudzon itu hanya kepada orang yang beriman karena
41
jika husnudzon tidak menggunakan ilmu maka akan mendatangkan masalah buat
kita.
Wanita dilarang oleh Allah sembarang menerima tamu laki-laki, karena itu akan
membuat tidak aman dan akan mendatangkan fitnah bagi wanita tersebut. Oleh
karena itu menerima tamu di depan rumah bagi wanita bukannya menghina tamu
tapi demi keamanan dan menghindarkan fitnah dari orang lain. Jika kita berburuk
sangka kepada orang dan orangnya sudah meninggal, maka yang kita lakukan
adalah bertaubat dan minta ampun kepada Allah serta mendo`akan orang
tersebut.
Mudah-mudahan kita bisa memiliki hati yang jernih dan akan mengakibatkan
sikap kita pun menjadi jernih.
Ilmu Pembersih Hati
Ada sebait do'a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk
dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla sebelum seseorang hendak belajar. do'a
tersebut berbunyi : Allaahummanfa'nii bimaa allamtanii wa'allimnii maa yanfa'uni
wa zidnii ilman maa yanfa'unii. dengan do'a ini seorang hamba berharap
dikaruniai oleh-Nya ilmu yang bermamfaat.
Apakah hakikat ilmu yang bermamfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut
bermamfaat apabila mengandung mashlahat - memiliki nilai-nilai kebaikan bagi
sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, mamfaat tersebut menjadi kecil
artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan
kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia
mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu
meningkat pula di hadapan-Nya.
Oleh karena itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermamfaat itu
sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang
berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan
membuka penutup hati." seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut,
Imam Malik bin Anas r.a. berkata, "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian
atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan
Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk
mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri."
Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap
ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang
bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, "Katakanlah : Kalau
sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku,
42
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18] :
109).
Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air
di tengah samudera luas. Kendatipun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu
oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah
ia kepada-Nya, niscaya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS.
Al Mujadilah [58] : 11). Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit
pun!
Akan tetapi, walaupun hanya "setetes" ilmu Allah yang dititipkan kepada mnusia,
namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita
semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari.
sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, niscaya kita
akan mendapatkan mamfaat darinya.
Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar
kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada
serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu,
pernah mengeluh kepada gurunya. "Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang
kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?" Sang guru
menjawab, "Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening
dan bersih." Artinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak
maksiatnya.
Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi
majelis-majelis ta'lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk.
Mengapa demikian? itu dikarenakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu.
Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan
cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas.
Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat,
maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.
Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang
bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. Walhasil, bila kita
menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal shalih, maka usahakanlah
ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. hati yang bersih adalah
hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah
digunakan untuk menzhalimi sesama. Semakin hati bersih, kita akan semakin
dipekakan oleh Allah untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermamfaat. darimana
pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk
menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.
43
Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya. Karenanya, kita
wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih,
sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermamfaat.
Bila mendapat air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari
tawas (kaporit) untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita
harus mencari ilmu yang bisa menjadi "tawas"-nya supaya kalau hati sudah bening,
ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa mamfaat.
Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun kalau kita sebagai
penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak bisa tidak ilmu yang
didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka. Sibuk mengkaji ilmu
fikih, hanya akan membuat kita ingin menang sendiri, gemar menyalahkan
pendapat orang lain, sekaligus aniaya dan suka menyakiti hati sesama. Demikian
juga bila mendalami ilmu ma'rifat. Sekiranya dalam keadan hati busuk, jangan
heran kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling shalih, dan
menganggap orang lain sesat.
Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk mengkaji ilmu
kesucian hati dalam rangka ma'rifat, mengenal Allah. Datangilah majelis pengajian
yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan
berdekat-dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Kita selalu dibimbing untuk banyak
berdzikir, mengingat Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sadar betapa
teramat kecilnya kita ini di hadapan-Nya.
Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah
tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur, dan sum'ah. Merasa
diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain
bodoh. Itu semua hanya karena sepersekian dari setetes ilmu yang kita miliki?
Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah jua,
yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita?
Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan
ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat
lebih bertaqarub kepada-Nya.***
Indahnya Hidup Bersahaja
Bismillahirrohmaanirrohiim,
Saudara-saudaraku Sekalian,
Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita bercita-cita
tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya daya tahan
44
pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki keluarga dan
lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan sampai kita
tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita bersembunyi dibalik jas,
dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai diri kita sendiri. Jadi target
awal dari pertemuan kita adalah membuat kita berani jujur kepada diri sendiri.
Mengapa demikian? Sebab seorang bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya,
kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jangan mengharap memperbaiki
keluarga kalau memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani
memperbaiki diri, jika tidak mengetahui apa yang mesti diperbaiki.
Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa
memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang ustad
akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar
memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an, "Sangat
besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak diperbuatnya".
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang
anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki
diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang
kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh.
Mudah-mudahan dengan kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah
mulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa
berbuat banyak untuk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga
visinya tentang hidup ini menjadi baik.
Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau
bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga
kita ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi
nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang
hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang sekarang
menyebutnya materialistis.
Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya terlalu banyak. Acara tv membuat kita
menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita
harus mulai mengatakan dunia ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya
mampir. Dengan konsep yang kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya
bangga dengan merk menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti
pelan-pelan akanmenjadi begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak
goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak
sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’
, ia punya mobil tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu
45
persatu sampai habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa
memiliki hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di dunia
ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor yang iri dan
dengki jadi minimal.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi kepada
dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan
proporsional.
Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi momentum karena dengan
krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat, ini kesempatan kita buat
berdakwah.
Mau naik berapa saja harganya tidak apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak
terjangkau jangan beli, yang penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang
yang sengsara bukan tidak cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas.
Padahal Allah menciptakan kita lengkap dengan rezekinya.
Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia tidak punya apa-apa sampai akhir
hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak
membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus, berpakaian, dan berteduh.
Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih
kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung
menghadapi hidup. Semua orang sudah ada rezekinya.
Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan Allah dan yakin segala sesuatu milik
Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik Allah. Kita hanya mahluk dan
yang membagi, menahan dan mengambil rezeki adalah Allah. Orang yang yakin
seperti itu akan dicukupi oleh Allah.
Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung
dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat
tawakal. Allah berjanji "Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku". Jadi
jangan panik. Allah penguasa semesta alam.
Ini kesempatan buat kita untuk mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita
terjamin adalah ketawakalan. Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang,
bukan kena penyakit, musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat
adalah yang tidak punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau
kemana.
46
Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana, kita
harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang terbaik
terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang terbaik bagi diri kita.
Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita, tapi kita bisa membuat
penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita.
Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah ketawakalan
kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga adalah
Lainsakartum laadziddanakum,"Barangsiapa yang pandai mensyukuri nikmat yang
ada, Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut dengan belum ada,
karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai mensyukuri yang telah ada.
Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang yang naik lebih baik
memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan mensyukuri nikmat
yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu sudah tersedia.
Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada orang yang dititipi
uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi mudah berbuat maksiat. Yang
namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat membuat kita dekat dengan Allah.
Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah jika yang ada tidak kita syukuri.
Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau hidup
kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan. Hati-hati yang
suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur nikmat. Mengapa?
Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya. Mereka yang terbiasa
glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk yang akan menderita
karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan berubah-ubah tidak akan
terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap menderita karena akan
mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya, untuk menjaganya
dan untuk perawatannya.
Dia juga akan disiksa oleh kotor hati yaitu riya'. Makin mahal tingkat pamernya
makin tinggi. Dan pamer itu membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena
rampok akan berminat. Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya
pening. Makin tinggi keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki.
Pokoknya kalau kita terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak
terasa. Hal yang bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau
proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti
kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.
Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang perlu
dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang
bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan menjadi
pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin decak kagum.
Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati.
47
Juga harus hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji
bahkan saat sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita
nikmati budaya syukur dengan hidup proporsional.
Jangan capai dengan gengsi, hal itu akan membuat kita binasa. Miliki kekayaan
pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah rekan-rekan sekalian kita
akan menikmati hidup ini jika kita hidup proporsional.
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa
sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun
sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa
beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara
pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah yang akan
menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit. Ada juga orang
sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta, jadi terjaga harga
dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya ini akan menjadi
mulia.
Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang
bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual barangbarang
primer. Allah Maha Menyaksikan.
Apa yang dianjurkan Islam adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau
makan sampai nasi yang terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah
barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta jangan mengambil makanan
berlebihan. Ini sangat tidak islami. Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah
itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena
kita sudah kufur nikmat. Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap
perbuatan kita karena tidak ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan
karena semua dihitung oleh Allah.
Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi
mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk boros.
Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya.
Kalau merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang
asap dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti
merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah.
Kemudian sabun mandi, jangan memakai sesuka kita, takarlah atau kalau perlu
pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat tidak kita lakukan. Uang
penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau menolong orang yang lebih
membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah
48
dan bertambah.
Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh
harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan
kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah
oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan, tanah, dan warisan.
Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Aman itu
justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian kita jaga kesehatan, kalau
Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau
Allah melindungi kita Insya Allah.
Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau adil
adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual saja lagi.
Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan mengundang
barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari uangnya tetapi
mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan.
Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua
barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai tetapi
sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju lama,
begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang tidak
berharga tersebut.
Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah rongsokan, jika kita keluarkan
ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di rumah kita tidak terpakai
tetapi jika dipakai orang lain dengan kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa
jadi itulah yang membuat kita terjamin.
Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita daripada tidak
terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat tetapi bermanfaat
bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barangbarang
yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan orang lain daripada rusak
dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya.
Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan terjamin
dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi yang
dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah
keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita mengeluarkan
uang harus menolong orang lain atau manfaat.
Kalau mau belanja niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong
orang. Belilah barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya.
49
Hati-hati dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan
bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli
barang dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan
berkurang harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang
bagus semua pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat
sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri
untung orang lain tidak.
Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas tenaganya,
gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi Allah kita akan
rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia akan menikmati
karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada adalah cinta. Cinta
membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat. Kalau kapitalis,
pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita. Jadi timbul
dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang terjadi di Bandung
kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka, anaknya kita
sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang,
membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya
dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk
menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya dengan
baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi
efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban
dengan banyaknya barang.
Barang yang ada di rumah harus ada nilai tambahnya, bukan biaya tambah. Setiap
blender harus ada nilai produktifnya misalnya untuk membuat jus kemudian
dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya tambah karena harus diurus,
dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang seperti ini tidak boleh ada
di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal kita kreatif saja. Tidak perlu panik
Allah Maha Kaya.
Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang lain
karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin
pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun
tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki,
kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita
menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita tidak tahu apa
yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang mengantri ada orang yang
memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah berhenti barang lima menit
50
tetapi membuat banyak orang bahagia.
Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih membuat
hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu mati.
Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa apa-apa. Kita
hanya mampir sebentar di dunia ini.
Alhamdulilahirobil’alamin
Indahnya Kasih Sayang
Mahasuci Allah, zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk-
Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan
memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang akan terlepas dari diri
seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.
Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain tercabut, maka
itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah Azza wa Jalla ternyata
hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih sayang di
qolbunya.
Karenanya, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati
nurani kita hidup. Tidak berlebihan jikalau kita mengasahnya dengan merasakan
keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk
memperhatikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela
membacakan buku, koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra, sehingga
mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih
luas.
Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, "Allah SWT mempunyai seratua rahmat
(kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin,
manusia, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas kasihan
dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi
anak-anaknya. Dan (Allah SWT) menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai
kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti." (HR. Muslim)
Dari hadits ini nampaklah, bahwa walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan
ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya.
Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang bergejolak keinginannya
untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya
tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas
51
mengikuti alur sungai menuju laut, mata air sama sekali tidak pernah
mengharapkan ia kembali.
Tidak ada salahnya agar muncul kepekaan kita menyayangi orang lain, kita
menyayanginya dengan menyayangi kita dulu.
Jangan meremehkan makhluk ciptaan Allah, sebab tidaklah Allah menciptakan
makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang Allah ciptakan syarat dengan ilmu,
hikmah, dan ladang amal. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan
apa saja karunia dari Allah Azza wa Jalla adalah jalan bagi kita untuk bertafakur
jikalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.
Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang di qolbunya, ketika datang orang yang
akan meminjam uang, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah harta
yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia ketakutan
hartanya akan habis atau bahkan jatuh miskin.
Ingatlah bahwa hidupnya hati hanya bisa dibuktikan dengan apa yang bisa kita
lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa artinya hidup kalau tidak punya
mamfaat? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itupun hanya mampir sebentar
saja. Insya Allah bagi yang telah tumbuh kasih sayang di qolbunya, Allah Azza wa
Jalla, Zat yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya
mencari nafkah dan ringan pula dalam menahkahkannya di jalan Allah, ringan
dalam mencari ilmu dan ringan pula mengajarkannya kepada orang lain.
Cara lain yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk menghidupkan hati nurani agar
senantiasa diliputi nur kasih sayang dengan melakukan banyak silaturahmi kepada
orang-orang yang dilanda kesulitan. Belajarlah terus untuk melihat orang yang
kondisinya jauh di bawah kita, Insya Allah hati kita akan melembut karena
senantiasa tercahayai pancaran sinar kasih sayang. Dan berhati-hatilah bagi orang
yang bergaulnya hanya dengan orang-orang kaya, orang-orang terkenal, artis, atau
orang-orang elit lainnya, karena yang muncul justru rasa minder dan perasaan
kurang dan kurang akan dunia ini, Masya Allah.
Jalin Kebersamaan
Saudara-saudaraku warga Bandung yang budiman, sudah kita saksikan dan kita
rasakan bersama betapa tindakan-tindakan yang tidak bijaksana, bahkan anarkis
(membuat kerusakan) selain tidak menyelesaikan masalah, yang terjadi malah
menambah masalah. Betapa tindakan-tindakan yang membuat kerusakan dimana
pun dan kapan pun ternyata mengakibatkan beragam masalah yang tiba-tiba
52
muncul, secara diduga atau tidak. Diantara akibat yang dapat kita amati dari
kejadian aksi anarkis yang terjadi di kota tercinta ini adalah :
Pertama, nama baik warga kota tercinta ini menjadi tercoreng. Betapa seluruh
warga merasakan aib dan malu yang tentu tidak begitu saja untuk melupakannya.
Lebih dari itu, tidak begitu mudah pula bagi kita untuk mengembalikan citra kota
tercinta ini sebagai kota yang aman, tenteram, damai, dan berperilaku mulia.
Kedua, bagi saudara-saudara kita yang khilaf melakukan perusakan dalam aksi
yang sepatutnya kita hormati bersama ini, maka justru institusi buruh yang
diatasnamakannya, kini harus menanggung citra yang kurang bagus. Sebagian
masyarakat merasa kurang berkenan dengan aksi-aksi yang membuat kerusakan
seperti ini, walaupun sangat mungkin kejadian ini bagian dari ulah provokator,
yang memang sedang mencari-cari kesempatan untuk memperkeruh keadaan kota
kita ini. Apalagi untuk mengembalikan citra sebagai kota yang cinta kedamaian ini
pun butuh waktu yang lama dan perjuangan keras.
Ketiga, timbul keresahan di masyarakat. Kejadian ini memunculkan pula suasana
masyarakat yang kurang nyaman. Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu,
kepentingan umat terabaikan, dan bahkan mengakibatkan warga yang
membutuhkan pelayanan kesehatan darurat pun tidak terlayani. Begitulah yang
dapat kita amati dari kejadian yang menimpa kota tercinta ini.
Saudara-saudaraku warga Bandung sekalian, kejadian ini sudah semestinya
menjadi pelajaran bagi kita semua. Dan diantara yang bisa kita ambil hikmahnya
adalah kita harus punya tekad yang sama untuk membangun kebersamaan di kota
tercinta ini. Jangan biarkan kekerasan menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Lebih dari itu masalah yang sedang menimpa kita semua adalah bagian dari
karunia Allah SWT yang dapat membuat kita menjadi lebih maju, lebih beradab,
dan lebih kuat dalam menghadapi masa yang akan datang, sepanjang kita
menyikapinya dengan cara yang benar. Bagi orang yang imannya kokoh tidak
pernah ada kejadian yang merugikan. Diberi nikmat kita bersyukur, syukur itulah
kebaikan. Diberi ujian kita bersabar, sabar itu pun kebaikan. Kerugian hanyalah
milik orang-orang yang tidak punya keyakinan yang kokoh dan tidak punya
akhlak yang mulia.
Oleh karenanya, dalam kondisi bangsa yang kurang kondusif ini, ada beberapa hal
yang dapat kita lakukan :
1. Marilah kita budayakan hidup bersahaja. Karena hidup bermewah-mewah,
hidup glamour, hidup senang kepada yang bermerek, hidup menjadi korban mode,
adalah hidup dengan biaya yang sangat tinggi. Hidup bersahaja terbukti membuat
hidup ini lebih indah, lebih murah, dan lebih terhormat. Apalagi dalam hidup
keseharian kita pun, kita akan lebih suka dan terpesona kepada orang yang gaya
53
hidupnya bersahaja dibanding dengan orang yang menyiksa diri dengan menjadi
korban mode, menjadi korban zaman, menjadi korban sesuatu yang tidak bernilai
dalam pandangan Allah SWT.
2. Marilah kita budayakan total hemat. Aktivitas apapun yang mampu kita hemat,
tanpa mengurangi produktivitas, ada baiknya jika kita lakukan penghematan. Yang
namanya rejeki tidak harus dari yang tidak ada, tapi dari yang ada kita hemat
sekuat kemampuan, maka itu pun menjadi rejeki karunia-Nya. Mulai sekarang
biasakanlah kita untuk menghemat listrik, air, minyak, bensin, ongkos, jajan, atau
apa saja yang bisa kita hemat. Lihatlah, kalau kita melakukan penghematan ini,
sepertinya kita akan kaget, karena walaupun dari satu sisi rejeki kita hanya sedikit
tapi kalau yang kecil-kecil kita hemat dan gabungkan maka akan menjadi sebuah
bekal yang lebih dari memadai.
3. Marilah kita biasakan hidup terencana dengan baik. Jangan melakukan apapun
tanpa direncanakan terlebih dahulu. Kita tahu rumusnya, "gagal dalam
merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan". Bayangkan saja jikalau kita
berangkat ke suatu tempat tanpa peraencanaan yang matang, maka kita hanya
akan buang-buang waktu, buang-buang tenaga, dan buang-buang biaya saja.
Begitu pun dalam mengeluarkan anggaran kehidupan ini, biasakanlah kita menjadi
warga yang selalu merencanakan apapun yang akan kita lakukan. Insya Allah kita
akan hemat waktu, hemat biaya, hemat pikiran, dan lebih dari itu, dekat dengan
kesuksesan.
4. Marilah kita budayakan untuk selalu berhati-hati, berperhitungan, dan tidak
ceroboh. Kita tahu betapa banyak biaya yang keluar karena kecerobohan diri kita.
Kelalaian dalam berwirausaha, misalnya, akan membuat kita tertipu, kelalaian
menjaga diri akan membuat kita celaka. Setiap kecerobohan ternyata akan selalu
menguras biaya yang tinggi. Orang yang hidupnya selalu berhati-hati akan selalu
meminimalisir resiko, yang berarti meminimalisir pula kebutuhan-kebutuhan dan
biaya yang akan keluar jikalau kita ceroboh.
5. Allah Mahatahu kebutuhan kita lebih dari kita sendiri. Sesulit apapun keadaan,
rejeki kita tetap ada. Hanya saja kita harus lebih kreatif dan sungguh-sungguh.
Karenanya, marilah kita bersunguh-sungguh berikhtiar secara lahir, juga ikhtiar
batin dengan memperkuat ibadah kita. Diantaranya dengan shalat tepat pada
waktunya, setiap malam kita bertahajud, Senin – Kamis kita shaum, tiap hari kita
upayakan membaca Al-Qur’an, dan juga tiap hari kita usahakan untuk bersedekah
walaupun dalam keadan terbatas. Insya Allah dengan kekuatan fisik, kekuatan
pikir, dan kekuatan batin, maka semoga ujian yang menimpa kita semua ini malah
akan meningkatkan kualitas diri kita sehingga kita bisa menyongsong masa depan
yang lebih baik, lebih barokah, dan lebih sukses dunia maupun akhirat.
Selamat berjuang saudara-saudaraku.***
54
Keluarga Kunci Kesuksesan
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seringkali kita dengar orang-orang yang membangunkarir bertahun-tahun
akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya
tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di
perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang
populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada
yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri
malah dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang
tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan
kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji
padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!
Penyebab kegagalan seseorang diantaranya :
* Karena dia tidak pernah punya waktu yang memadaiuntuk mengoreksi dirinya.
Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia
kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh
menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.
* Sebagian orang hanya mengurus keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa
tenaga, sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang
banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan
keluarganya.
Oleh karena itulah, jikalau kita ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius
membangun keluarga sebagai basis (base), Kita harus jadikan keluarga kita menjadi
basis ketentraman jiwa. Bapak pulang kantor begitu lelahnya harus rindu
rumahnya menjadi oase ketenangan. Anak pulang dari sekolah harus merindukan
suasana aman di rumah. Istri demikian juga. Jadikan rumah kita menjadi oase
ketenangan, ketentraman, kenyamanan sehingga bapak, ibu dan anak sama-sama
senang dan betah tinggal dirumah.Agar rumah kita menjadi sumber ketenangan,
maka perlu diupayakan:
# Jadikan rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana
di dalamnya penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus
menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman,
ibadah dan amal sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi
sumber ketenangan.
55
# Seisi rumah Bapak, Ibu dan anak harus punya kesepakatan untuk mengelola
perilakunya, sehingga bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa
aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan
diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi sebuah
neraka.
# Rumah kita harus menjadi "Rumah Ilmu" Bapak, Ibu dan anak setelah keluar
rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah
berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi
ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari
rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat masukan
yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam rumah diolah,
keluar rumah jadi makin lengkap.
# Rumah harus menjadi "Rumah pembersih diri" karena tidak ada orang yang
paling aman mengoreksi diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita. Kalau
kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau
dikoreksi oleh istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka akan
menjadi pakaian satu sama lain. Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin terus
menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah yang
saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan
kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar
dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan
tercorengkarena keluarga yang mengoreksinya.
# Rumah kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah,
ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak
kita sehingga kualitas anak atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak
kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan
meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi
yang lebih baik.
Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi-generasi yang
lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang lebih baik. Inilah
sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada rumah tangganya
tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.
Keluh Kesah
Hidup di kota besar semacam Jakarta atau Bandung membutuhkan kekuatan iman
dan kekuatan mental. Macet di perjalanan dalam waktu-waktu tertentu adalah
56
suatu permasalahan yang kadangkala sering kita hadapi. Tak heran bila untuk
sebuah perjalanan, kalau kita tidak memakai strategi yang bagus, tidak memakai
perencanaan yang matang, maka kemacetan akan benar-benar mencuri waktu
begitu lama. Terkadang bisa berjam-jam di jalan. Kalau saja tidak berusaha untuk
bening hati, sepertinya sepanjang jalan yang terjadi hanya dongkol dan marahmarah.
"Aduh , kapan sampainya! Aduh, kok ini lama banget! Aduh, kok macet
terus!" Mungkin ungkapannya seperti itu. Aduh dan aduh.
Padahal kata-kata aduh, kalau hanya tanda keluh kesah, sebetulnya tidak
menyelesaikan masalah. Justru kata-kata yang terlontar itu menunjukkan
ketidaksabaran kita. Apalagi tiba-tiba di pinggir jalan ada kendaraan lain berhenti
seenaknya. Kita boleh kecewa dan melihat ini sebagai sesuatu yang harus
diperbaiki. Tetapi, tidak berarti kita harus sengsara dengan marah-marah atau
berkeluh kesah. Mata terbeliak dan mulut kadang berucap "Minggir, dong!"
Mungkin inginnya menghardik seperti itu. Tetapi, alangkah lebih baiknya jika kita
menyapa dengan kata yang lemah lembut, "Maaf, Pak! Boleh agak ke pinggir
sedikit!" Ungkapan seperti ini nampaknya akan lebih ringan ke dalam hati, dari
pada melotot dengan menggunakan otot.
Boleh jadi kalau sudah banyak kedongkolan, selain akan banyak berkeluh kesah,
juga akan menjadikan diri lebih emosional. Ini yang paling merugikan. Bagi kita
maupun orang lain. Kita harus mengukur kehilangan waktu dalam beberapa menit
atau beberapa jam, padahal waktu tersebut sebenarnya dapat menjadi tambahan
ilmu dan kemampuan diri kita. Ada baiknya, selama perjalanan lengkapi diri
dengan sumber-sumber ilmu, baik berupa kaset ceramah, nasyid, atau kaset
murotal Qur’an. Sumber-sumber ini akan menambah percepatan keilmuan kita,
disamping akan membuat kita tidak tergoda untuk ber-aduh ria. "Aduh, terlambat
nih! Aduh, sialan kamu! Aduh, ada yang ketinggalan nih!" Kata-kata seperti ini
sebetulnya tidak perlu dikeluarkan! Karena tidak menyelesaikan masalah. Lebih
baik kita isi dengan do’a : "Ya Allah, semoga saya datang tepat waktu, semoga ada
jalan keluar dari kemacetan ini". Kata-kata ini akan lebih produktif dibandingkan
dengan kata "aduh".
Marilah kita meminimalisirkan keluh-kesah seperti ini. Apalagi bagi kita pun ada
kenikmatan tersendiri bila kita bicara lebih santun. Kesantunan akan membuat
batin kita lebih ringan dari pada berperilaku emosional. Lebih dari itu, kelembutan
akan mampu menaklukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan kekerasan. Itu
sudah bagian dari rumusnya. Karena, kalau orang-orang keras dilawan dengan
kekerasan, maka itu akan merasa bagian dari dunianya. Tapi, kalau orang-orang
yang bertemperamen keras itu diberi kelembutan yang tulus dari lubuk hati yang
paling dalam, Isya Allah mereka akan terbawa lembut juga. Contohnya, orang
sekeras Umar bin Khattab atau Khalid bin Walid bisa jatuh tersengkur menagis
oleh lembutnya alunan Al-Qur’an.
57
Berkeluh kesah seringkali membuat kita terdramatisasi oleh masalah. Seakan-akan
rencana dan keinginan kita lebih baik daripada yang terjadi. Padahal, belum tentu.
Siapa tahu, di balik kejadian yang mengecewakan menurut kita, ternyata sarat
dengan perlindungan Allah dan sarat dengan terkabulnya harapan-harapan kita.
Tiap melakukan kekeliruan, kita ditolong Allah dengan memberikan tuntunan-
Nya. Tuntunan itu tidak harus dengan terkabulnya keinginan yang kita
mohonkan. Bisa jadi terkabulnya do’a itu bertolak belakang dengan yang kita
minta. Karena Allah Mahatahu di balik apapun keinginan kita. Baik keinginan
jangka pendek, maupun keinginan jangka panjang. Baik kerugian duniawi maupun
kerugian ukhrawi. Baik kerugian secara materi maupun secara kerugian mental.
Kita tidak bisa mendeteksi secara cermat. Kadang-kadang kita hanya
mendeteksinya sesuai dengan keperluan hawa nafsu kita.
Kelihatannya sepele mengaduh ini. Tetapi, itu akan menjadi kualifikasi
pengendalian diri kita. Ketahuilah bahwa kualitas seseorang itu tidak diukur
dengan sesuatu yang besar-besar, tetapi oleh yang kecil-kecil. Kalau kita ingin
melihat kompleks perumahan yang berkualitas, maka kita lihat saja panjang
pendek rumput di halamannya. Kalau berkualitas dan terawat dengan baik, maka
rumputnya pun akan nampak terawat dengan baik. Marilah kita respon setiap
kejadian demi kejadian dengan respon lisan yang positif. Mengapa? Karena setiap
respon akan mempengaruhi persepsi kita terhadap masalah yang kita hadapi dan
cara kita menyelesaikannya. Lebih dari itu akan berdampak pula kepada orangorang
di sekitar kita. Jadi, sapaan-sapaan, teguran-teguran, komentar-komentar,
celetukan-celetukan ini harus benar-benar bernilai produktif. Tidak hanya berarti
bagi diri kita, tetapi juga bagi orang di sekitar kita.
Apalagi keluh kesah termasuk penyakit hati, yaitu bentuk ketidaksabaran kita
dalam menerima ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yang menyatakan bahwa
"Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas
musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits qudsi ini, nampaklah bahwa segala apapun yang Allah karuniakan
kepada kita, maka kita harus menerimanya dengan ridha. Oleh karenanya, kita
tidak perlu banyak mengaduh atau berkeluh kesah. Sedapat mungkin kurangi
aduh-mengaduh ini. Jauh akan lebih produktif jikalau kita optimalkan waktu
dengan banyak berdo’a dan menambah kualitas keilmuan diri serta terus
menyempurnakan ikhtiar di jalan Allah yang diridhai.***
Kepompong Ramadhan
Semua amal anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali shaum.
58
Maka sesungguhnya shaum itu semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya (Hr. Bukhari Muslim).
Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat burlu
memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup
seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase
dimana ia harus masulk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia
pun akan keluar dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang
sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupukupu
dengan sayapnya yang beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan
mungkin mencari dan kemudian mengoleksinya bagi sebagai hobi (hiasan)
ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah.
Menandakan betapa teramat mudahnya bagi Allah Azza wa Jalla, mengubah segala
sesuatu dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang
indah dan membuat orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui
suatu proses perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh
Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam (sunnatullah) maupun
berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al
Hadits.
Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia,
maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah,
momen yang paling tepat untuk terlahir kemabli adalah ketika memasuki
Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam 'kepompong' Ramadhan, lalu segala aktivitas
kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah, niscaya akan
mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin,
yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.
Inti dari badah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai
hawa nafsu. Allah SWT berfirman, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka
sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).
Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu.
Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut
membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih itu?
Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan
tetapi memang itulah tugas syetan. apalagi seperti halnya hawa nafsu, syetan pun
memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni kedua-duanya sama-sama
tak terlihat. "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka
anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya mengajak golongannya
supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala," demikian firman Allah
59
dalam QS. Al Fathir [25] : 6).
Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan ini Allah mengikat erat
syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih
diri mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini tidak boleh
kita sia-siakan. Ibadah shaum kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau
menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja akan tetapi juga semua
anggota badan kita lainnya agar mau melaksanakan amalan yang disukai Allah.
Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dipelas kembali,
mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun
sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya.
Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Hal lain yang paling utama harus kita
jaga juga dalam bulan yang sarat dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa
membaguskan akhlaknya pada bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia
tatkala melewati shirah di mana banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda
Rasulullah SAW.
Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan
rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya
dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita
dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah
satunya yakni dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya
sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota
tubuh kita ikut shaum.
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah,
karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang
dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan.
Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-Nya
sehingga setelah 'kepompong' Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada kefitri-
an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar
menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona, amiin.***
Kewirausahaan
Hal yang sangat patut direnungkan oleh umat Islam, dan ini menjadi kendala bagi
kemajuan umat adalah faktor leadership (kepemimpinan) dan kemampuan
manajemen. Dampaknya pun jelas, dengan dua titik lemah ini potensi yang banyak
tidak terbaca, tidak tergali secara maksimal, dan tidak bisa dikembangkan menjadi
sebuah sinergi yang memiliki dampak besar bagi kemajuan umat.
60
Kelemahan leadership dan manajerial ini ternyata dapat kita telusuri dengan
mengamati bagaimana pemahaman umat tentang sifat Rasulullah SAW. Diantara
titik-titik yang kurang tersentuh secara maksimal adalah bagaimana umat Islam
mempelajari masa muda Rasulullah SAW sebelum menjadi nabi.
Dari beberapa literatur yang didapat, betapa jiwa entrepreneurship Rasulullah di
bidang wirausaha begitu mendominasi, sehingga beliau berkembang menjadi
seorang pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneur, dan keterampilan
manajemen yang baik untuk mengelola sebuah dakwah, sebuah sistem yang
bertata nilai kemuliaan Al Islam.
Pada waktu Rasulullah masih kecil, beliau sudah mempunyai sebuah proyek untuk
menjaga kehormatan harga dirinya agar tidak menjadi beban bagi kehidupan
ekonomi pamannya, Abu Thalib, yang memang tidak tergolong kaya. Beliau
mendapat upah dari menggembalakan beberapa ekor kambing miliki orang lain,
yang secara otomatis mengurangi biaya hidup yang harus ditanggung oleh
pamannya ini.
Pada usia 12 tahuan, sebuah usia yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan
dagang ke Syiria bersama Abu Thalib. Beliau tumbuh dewasa di bawah asuhan
pamannya ini dan belajar mengenai bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika
menjelang dewasa dan menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta
memiliki keluarga besar yang harus diberi nafkah, Rasulullah mulai berdagang
sendiri di kota Mekkah.
Bisnisnya diawalai dengan sebuah perdagangan taraf kecil dan pribadi, yaitu
dengan membeli barang dari satu pasar dan menjualnya kepada orang lain.
Aktivitas bisnis lainnya dengan sejumlah orang di kota Mekkah pun dilakukan.
Dengan demikian ternyata Rasulullah telah melakukan aktivitas bisnis jauh
sebelum beliau bermitra dengan Khadijah. Dan inilah yang membuahkan
pengalaman yang tak ternilai harganya dalam mengembangkan jiwa
kewirausahaan pada diri Rasulullah.
Ciri yang sangat khas dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah waktu
itu adalah beliau sangat terkenal karena kejujurannya dan sangat amanah dalam
memegang janji. Sehingga tidak ada satupun orang yang berinteraksi dengan
beliau kecuali mndapat kepuasan yang luar biasa. Dan ini merupakan sebuah
nuansa dengan pesona tersendiri bagi warga Jazirah Arab. apalagi kemuliaan
akhlaknya seakan menebarkan pesona indah kepribadiannya.
Pun ketika beliau tidak memiliki uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau
banyak menerima modal dari orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup
menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seseorang yang jujur
untuk menjalankan bisnis dengan uang yang mereka miliki berdasarkan
61
kerjasama. Tiada lain karena sejak kecil Rasulullah telah dikenal oleh penduduk
Mekkah sangat rajin dan penuh percaya diri. Dikenal pula oleh kejujuran dan
integritasnya dibidang apapun yang dilakukannya. Tak berlebihan bila penduduk
Mekkah memanggilnya dengan sebutan Shiddiq (jujur) dan Amin (terpercaya).
Salah seorang pemiliki modal itu adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri beliau,
yang menawarkan suatu kemitraan berdasarkan sistem bagi hasil (profit sharing).
Dan, subhanallaah, kecakapan Rasulullah dalam berbisnis telah mendatangkan
keuntungan, dan tidak satupun jenis bisnis yang ditanganinya mendapat kerugian.
Selama bermita dengan Khadijah inilah Rasulullah telah melakukan perjalanan
dagang ke pusat bisnis di Habasyah (Ethiopia) dan Yaman. Beliau pun empat kali
memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syria dan Jorash.
Diantara hal yang terus menerus harus kita teladani dari Rasulullah dalam
interaksi bisnisnya adalah beliau sangat menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan,
dan kemuliannya dalam proses interaksi bisnisnya ini. Bisnis bagi Rasulullah SAW
tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari
semua itu, yaitu mejaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap
transaksi yang beliau dapatkan, maka kemuliaannya justru semakin menjulang
tinggi. Semakin dihormati, semakin disegani dan ini menjadi aset tak ternilai
harganya yang mendatangkan kepercayaan dari para pemilik modal.
Dengan kata lain, modal terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses,
pemimpin sukses, atau ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun, ternyata jiwa
entrepreneur ini harus dikembangkan sejak awal. Pembangunan harga diri,
pembangunan etos kerja, pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur
yang terbukti teruji dan sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini
ditanamkan, dilatih sejak awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat
bermutu tinggi dan ini menjadi bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau
kesuksesan mengemban amanah jenis apapun.
Dan yang paling perlu digaris bawahi, Rasulullah SAW mengadakan transaksi
bisnis sama sekali tidak untuk memupuk kekayaan pribadi, tetapi justru untuk
membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya dengan etika yang tinggi dan
hasil yang didapat justru untuk didistribusikan ke sebanyak umat. Sehingga
kesuksesannya mampu membawa banyak dampak positif, yaitu kesuksesan dan
kesejahteraan bagi umat yang lainnya. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian
junjungan kita, Rasullah SAW begitu monumenatal, baik dalam mencari nafkah
maupun dalam menafkahkan karunia rizki yang diperolehnya.
Semoga kita semua mampu merenungi kejujuran diri, amanah, dan kegigihan
dalam menjaga kehormatan harga diri kita selaku umat Islam.***
62
Kiat-kiat Membangun Kepercayaan
Sebelum Nabi Muhammad saw dikukuhkan menjadi seorang Rasul beliau sudah
sangat populer di tengah masyarakat kota Mekkah dengan gelar al-Amin yaitu
orang yang sangat terpercaya (amanah/kredibel). Gelar ini baik sebelum maupun
sesudahnya tidak pernah ada lagi.
Sungguh dahsyat pengaruh suatu kepercayaan dan luar biasa pentingnya untuk
kesuksesan karir kehidupan di dunia maupun di akhirat, jah melampaui modal
harta benda, kedudukan, jabatan, atau ilmu sekalipun. Ketika kepercayaan sudah
sirna di hati orang lain, sulit sekali ntuk tumbuh, walaupun dengan berjuta janji
atau membayar dengan harta sebanyak apapun, jikalau kepercayaan di hati orang
sudah hilang maka perasaan yang muncul selalu mencurigai dan rasa tidak percaya
diri akan selalu membayang dan membekas.
Berikut ini sekelumit uraian yang isya Allah akan menumbuhkan dan memperkuat
kepercayaan seseorang.
A. Kejujuran yang terbukti dan teruji
Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun
kepercayaan (kredibilitas), begitu pula bila sebaliknya dapat menghancurkan
kehidupan seseorang.
Biasakanlah selalu jujur dimulai dari hal yang paling sederhana dan kecil
sekalipun, walaupun terhadap anak kecil, karena sesunggunya Allah menilai
perilaku kita, yakinlah tak akan pernah untung sama sekali dengan ketidakjujuran
selain kerugian yang mendera dan menghancurkan, sudah terlalu banyak bukti di
sekitar kita untuk dijadikan pelajaran.
1. Jangan sekali-kali berbohong atau terpancing untuk menambah omongan
sehinga menjadi dusta walau dalam gurauan sekalipun.
2. Jangan pernah mudah membuat janji, pastikan setiap janji yang diucapkan sudah
diperhitungkan matang-matang, dan berusaha keraslah untuk memenuhi janji.
3. Tepat waktulah dalam segala hal, jangan terlambat atau gemar menunda-nunda
atau mengakhirkan.
4. Biasakanlah memiliki data dan fakta yang jelas, dan bersikaplah terbuka.
5. Milikilah kemampuan dan kesungguhan mengevaluasi diri, dan segera perbaiki
diri begitu ditemukan kesalahan serta bertanggungjawablah dengan sungguhsungguh
dan tulus.
6. Jangan pernah patah semangat bila didapati masa lalu kita pernah atau banyak
keidakjujuran.
63
B. Cakap
Komponen kedua yang tak kalah pentingnya adalah kehandalan dan kecakapan
kita dalam melaksanakan tugas. Walaupun sangat dikenal dan teruji kejujurannya
tapi kalau dalam melaksanakan tugas sering berbuat lalai dan kesalahan maka hal
ini pun akan merontokkan kredibilitas.
1. Kunci utamanya adalah secara sadar kita harus selalu belajar, melatih diri,
mengembangkan kemampuan, wawasan serta keterampilan kita secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga selalu memiliki kesiapan yang memadai untuk
melaksanakan tugas.
2. Awalilah selalu dengan membuat perencanaan yang baikdan persiapan yang
matang, gagal dalam merencanakan sama dengan merenacnakan kegagalan.
3. Jangan lupa selalu check and recheck, tak boleh kita melakukan sesuatu tanpa
cek ulang, sangat banyak peluang kesalahan atau kegagalan yang terselamatkan
dengan sikap yang selalu mengadakan pengecekan ulang.
4. Laksanakan segala sesuatu dengan kesungguhan, sikap yang hati-hati dan
cermat, jangan anggap remeh kelalaian dan kecerobohan karena semua itu biang
kesalahan dan kegagalan.
5. Selalu sempatkan untuk evaluasi dari setiap tahapan apapun yang kita lakukan,
percayalah merenung sejenak untuk mengevaluasi membuat karya kita akan
semakin bermutu.
6. Nikmatilah dengan menyempurnakan apa yang bisa dilakukan, jangan pernah
puas dengan setengah-setengah, jangan pula puas dengan 90%, kalau kita bisa
menyempurnakannya, mengapa tidak?
C. Inovatif
Segala sesuatu yang ada selalu berubah, di dunia ini tidak ada sesuatu apapun yang
tidak berubah, satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri, oleh karena
itu siapa pun yang tidak menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan maka dia
akan tergilas kalah oleh perubahan tersebut.
Maka jelaslah sudah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah bahwa orang yang
hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi karena berarti tak
ada kemajuan dan tetinggal oleh perubahan, orang yang hari ini lebih buruk dari
hari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dab
sulit mengejar, satu-satunya pilihan bagi orang yang beruntung adalah hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, berarti harus ada penambahan sesuatu yang
bermanfaat, inilah sikap perubahan yang diharapkan selalu terjadi pada seorang
muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisipatif terhadap
perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan.
64
Berikut ini beberapa anjuran agar kita dapat selalu mengembangkan kemanpuan
kreatif kita:
1. Banyak membaca dan menulis.
2. Banyak berdiskusi dan bertanya.
3. Banyak melihat (mengadakan studi banding).
4. Banyak merenung (tafakur).
5. Banyak berbuat dan mencoba.
6. Banyak beribadah dan berdo'a.
Mudah-mudahan kegighan diri kita, menjaga agar karir hidup ini menjadi orang
bersih, terbuka, ujur terpercaya yang dilakukan dengan tulus karena Allah semata.
Selamat berjuang saudaraku sekalian, cukuplah Allah sebagai satu-satunya tujuan,
pelindung, tumpuan harapan dan satu-satunya penolong kita semua.
Wallahu a'lam bishshawab.
84
dengan Manajem en Qolbu
Butir-butir Tausiah Aa Gym
Dikumpulkan oleh M. Zainal Abidin Mustofa
Manajemen Qolbu
Apa itu MQ? Sebenarnya tidak ada perbedaan antara MQ dengan metode dakwah
Islam lainnya. di dalamnya pun tidak ada yang baru, semuanya merupakan
penjabaran ajaran Islam. Hanya pembahasannya lebih diperdalam, dibeberkan
dengan cara yang aktual, dengan inovasi dan kreativitas dakwah yang lebih sesuai
dengan kebutuhan zaman. Inti pembelajarannya sendiri ada pada qolbu.
Di dalam tubuh ini ada akal, jasad, dan qolbu. Akal membuat orang bisa bertindak
lebih efektif dan efisien dalam melakukan apa yang ia inginkan. Sedangkan tubuh
bertugas melakukan apa yang diperintahkan oleh akal. Sebagai contoh, apabila
akal menginginkan tubuh mampu berkelahi, maka tubuh akan berlatih agar
menjadi kuat. Sayangnya, tidak sedikit orang yang cerdas, orang yang begitu gagah
perkasa, tapi tidak menjadi mulia, bahkan sebagian diantaranya membuat
kehinaan karena berbuat jahat. Mengapa? Sebab ada satu yang membimbing akal
dan tubuh yang belum diefektifkan, itulah qolbu.
Kita ambil contoh lain, sebuah mikrofon bisa menjadi alat provokasi kejahatan,
bisa juga jadi alat dakwah dan menyampaikan ilmu, sebuah mikrofon bisa juga
menjadi alat bantu berbicara sehingga menjadi fasih, itulah fungsi mikrofon.
Artinya, yang menentukan isi dari bahasa yang keluar darinya adalah qolbu.
Dalam hal ini Rasulullah SAW menyebutkan bahwa di dalam tubuh ini ada
segumpal daging yang jika ia baik maka baik pula yang lainnya, sebaliknya yang
apabila ia jelek maka jeleklah semuanya. Dan yang dimaksud daging itu ialah
Qolbu.
1
Jadi, yang terpenting dari manusia ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang
membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik
menjadi benar. Disitulah fungsi qolbu. Oleh karenanya, menjadi cerdas belum
tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi
kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya di jalan yang benar.
Di dalam qolbu ini ada yang disebut potensi, faalhamahaa fujuu rahaa wa
taqwaaha (QS. Asy Syams [91] : 8), "Dan diilhamkan kepadanya yang salah dan
yang taqwa (benar)". Begitulah, qolbu ini punya potensi negatif dan potensi positif.
Allah telah menyiapkan keduanya dengan adil. Dan disinilah pentingnya fungsi
manajemen. Manajemen secara sederhana berarti pengelolaan dan pentadhiran.
Sebuah sistem dengan manajemen yang baik, dengan pengelolaan yang baik,
sekecil apapun potensi yang dimiliki, Insya Allah akan membuahkan hasil yang
optimal.
Negara Singapura, misalnya, tidak punya Sumber Daya Alam (SDA) yang
melimpah, bahkan untuk mencukupi kebutuhan air minumnya saja, Singapura
harus mengimpornya dari Johor, Malaysia. disisi lain ternyata mereka berhasil
mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)-nya, sehingga walaupun SDA-nya
minim, tapi SDM-nya mampu diberdayakan secara optimal. Hasilnya, kini
Singapura menjadi jauh lebih makmur daripada Indonesia yang alamnya sangat
kaya raya. Mengapa? Ya, itu tadi, karena bangsa kita lemah dalam manajemennya.
Dapat dipahami pula bahwa kita tidak berakhlak mulia bukan karena tidak punya
potensi, tapi karena manajemen diri kita yang masih buruk. Sungguh kita mampu
mengelola otak kita menjadi cerdas, membaca dengan kecepatan 400 kpm,
memiliki daya ingat yang kuat, yakinlah itu bisa dilakukan. Kita bisa kelola fisik
sehingga mampu melakukan sebuah gerakan bela diri demikian sempurna,
pukulannya demikian akurat, tapi itu tidak cukup kalau hatinya tidak dikelola
dengan baik. Karena semua itu tidak akan memiliki nilai positif jika hatinya tidak
dikelola dengan baik. Begitulah. Hati menentukan nilai; mulia atau hina. Jangan
aneh bila ada orang cerdas, tapi tidak mulia hidupnya. Bukan karena kurang
cerdas, tapi kecerdasannya tidak dibimbing oleh hatinya.
Oleh karena itulah, orang yang pandai mengelola hatinya, ketika tiba-tiba,
misalnya, dihina orang, dia akan kelola penghinaan ini menjadi sesuatu yang
mamfaat, "Ah, dia memang menghina, namun siapa tahu penghinaan ini bagian
dari karunia Allah untuk memberitahu kekurangan saya, selain itu saya pun bisa
melatih kesabaran, bedanya khan dia baru bisa menghina, saya bisa mengatakan
yang baik kepadanya." Begitulah, sikap terhadap hinaan ternyata bergantung
manajemen qolbunya. Saat lain ia diuji sedang sakit, lalu qolbunya kembali ia
kelola dengan seoptimal-optimalnya. "Sakit bagi saya adalah proses evaluasi diri,
proses pengguguran dosa", demikianlah ia pahamkan dihatinya tentang makna
2
sakit. Akibatnya, sakit menjadi tidak menyengsarakan, melainkan penuh hikmah
yang mendalam, karena dia berhasil mengelola hatinya.
Lelah, tersinggung, terhina, kekurangan uang, tertimpa penyakit, dan masih begitu
banyak lagi masalah yang akan membuat orang menjadi goyah, tapi kalau terkelola
hatinya, subhanallaah, ia akan tetap punya nilai produktif. Anehnya, banyak orang
yang sangat sibuk memikirikan kecerdasannya, memikirkan kesehatan fisiknya,
tapi sangat sedikit memikirkan kondisi hatinya. Kalaulah kita harus memilih,
seharusnya kita banyak meluangkan waktu untuk memikirkan tentang qolbu ini.
Karena jika qolbu ini baik, yang lainnya pun menjadi baik, Insya Allah.***
Kunci Hidup Sukses
"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu..." (Q. S Ali Imran (3) : 160)
Bagaimana kita memahami pengertian hidup sukses? Dari mana harus memulainya
ketika kita ingin segera diperjuangkan?
Tampaknya tidak terlalu salah bila ada orang yang telah berhasil menempuh
jenjang pendidikan tinggi, bahkan lulusan luar negeri, lalu menganggap dirinya
orang sukses. Mungkin juga seseorang yang gagal dalam menempuh jalur
pendidikan formal belasan tahun lalu, tetapi saat ini berani menepuk dada karena
yakin bahwa dirinya telah mencapai sukses. Mengapa demikian? Karena, ia telah
memilih dunia wirausaha, lalu berusaha keras tanpa mengenal lelah, sehingga
mewujudlah segala buah jerih payahnya itu dalam belasan perusahaan besar yang
menguntungkan.
Seorang ayah dihari tuanya tersenyum puas karena telah berhasil mengayuh
bahtera rumah tangga yang tentram dan bahagia, sementara anak anaknya telah ia
antar ke gerbang cakrawala keberhasilan hidup yang mandiri. Seorang kiai atau
mubaligh juga berusaha mensyukuri kesuksesan hidupnya ketika jutaan umat telah
menjadi jamaahnya yang setia dan telah menjadikannya sebagai panutan,
sementara pesantrennya selalu dipenuh sesaki ribuan santri.
Pendek kata, adalah hak setiap orang untuk menentukan sendiri dari sudut
pandang mana ia melihat kesuksesan hidup. Akan tetapi, dari sudut pandang
manakah seyogyanya seorang muslim dapat menilik dirinya sebagai orang yang
telah meraih hidup sukses dalam urusan dunianya?
Membangun Fondasi
Kalau kita hendak membangun rumah, maka yang perlu terlebih dahulu dibuat
dan diperkokoh adalah fondasinya. Karena, fondasi yang tidak kuat sudah dapat
3
dipastikan akan membuat bangunan cepat ambruk kendati dinding dan atapnya
dibuat sekuat dan sebagus apapun.
Sering terjadi menimpa sebuah perusahaan, misalnya yang asalnya memiliki
kinerja yang baik, sehingga maju pesat, tetapi ternyata ditengah jalan rontok.
Padahal, perusahaan tersebut tinggal satu dua langkah lagi menjelang sukses.
Mengapa bisa demikian? ternyata faktor penyebabnya adalah karena didalamnya
merajalela ketidakjujuran, penipuan, intrik dan aneka kezhaliman lainnya.
Tak jarang pula terjadi sebuah keluarga tampak berhasil membina rumah tangga
dan berkecukupan dalam hal materi. Sang suami sukses meniti karir dikantornya,
sang isteri pandai bergaul ditengah masyarakat, sementara anak-anaknya pun
berhasil menempuh jenjang studi hingga ke perguruan tinggi, bahkan yang sudah
bekerjapun beroleh posisi yang bagus. Namun apa yang terjadi kemudian?
Suatu ketika hancurlah keutuhan rumah tangganya itu karena beberapa faktor
yang mungkin mental mereka tidak sempat dipersiapkan sejak sebelumnya untuk
menghadapinya. Suami menjadi lupa diri karena harta, gelar, pangkat dan
kedudukannya, sehingga tergelincir mengabaikan kesetiaannya kepada keluarga.
Isteripun menjadi lupa akan posisinya sendiri, terjebak dalam prasangka, mudah iri
terhadap sesamanya dan bahkan menjadi pendorong suami dalam berbagai
perilaku licik dan curang. Anak-anakpun tidak lagi menemukan ketenangan
karena sehari-hari menonton keteladanan yang buruk danmenyantap harta yang
tidak berkah.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk merintis sesuatu secara baik? Alangkah
indah dan mengesankan kalau kita meyakini satu hal, bahwa tiada kesuksesan
yang sesungguhnya, kecuali kalau Allah Azza wa Jalla menolong segala urusan
kita. Dengan kata lain apabila kita merindukan dapat meraih tangga kesuksesan,
maka segala aspek yang berkaitan dengan dimensi sukses itu sendiri harus
disandarkan pada satu prinsip, yakni sukses dengan dan karena pertolongan-Nya.
Inilah yang dimaksud dengan fondasi yang tidak bisa tidak harus diperkokoh
sebelum kita membangun dan menegakkan mernara gading kesuksesan.
Sunnatullah dan Inayatullah
Terjadinya sesoang bisa mencapai sukses atau terhindar dari sesuatu yang tidak
diharapkannya, ternyata amat bergantung pada dua hal yakni sunnatullah dan
inayatullah. Sunatullah artinya sunnah-sunnah Allah yang mewujud berupa
hukum alam yang terjadinya menghendaki proses sebab akibat, sehingga
membuka peluang bagi perekayasaan oleh perbuatan manusia. Seorang mahasiswa
ingin menyelesaikan studinya tepat waktu dan dengan predikat memuaskan.
Keinginan itu bisa tercapai apabila ia bertekad untuk bersungguh-sungguh dalam
belajarnya, mempersiapkan fisik dan pikirannya dengan sebaik-baiknya, lalu
meningkatkan kuantitas dan kualitas belajarnya sedemikian rupa, sehingga
4
melebihi kadar dan cara belajar yang dilakukan rekan-rekannya. Dalam konteks
sunnatullah, sangat mungkin ia bisa meraih apa yang dicita-citakannya itu.
Akan tetapi, ada bis yang terjatuh ke jurang dan menewaskan seluruh
penumpangnya, tetapi seorang bayi selamat tanpa sedikitpun terluka. Seorang
anak kecil yang terjatuh dari gedung lantai ketujuh ternyata tidak apa-apa, padahal
secara logika terjatuh dari lantai dua saja ia bisa tewas. Sebaliknya, mahasiswa yang
telah bersungguh-sungguh berikhtiar tadi, bisa saja gagal total hanya karena Allah
menakdirkan ia sakit parah menjelang masa ujian akhir studinya, misalnya. Segala
yang mustahil menurut akal manusia sama sekali tidak ada yang mustahil bila
inayatullah atau pertolongan Allah telah turun.
Demikian pula kalau kita berbisnis hanya mengandalkan ikhtiar akal dan
kemampuan saja, maka sangat mungkin akan beroleh sukses karena toh telah
menetapi prasyarat sunnatullah. Akan tetapi, bukankah rencana manusia tidak
mesti selalu sama dengan rencana Allah. Dan adakah manusia yang mengetahui
persis apa yang menjadi rencana Nya atas manusia? Boleh saja kita berjuang habishabisan
karena dengan begitu orang kafirpun toh beroleh kesuksesan. Akan tetapi,
kalau ternyata Dia menghendaki lain lantas kita mau apa? mau kecewa? kecewa
sama sekali tidak mengubah apapun. Lagipula, kecewa yang timbul dihati tiada
lain karena kita amat menginginkan rencana Allah itu selalu sama dengan rencana
kita. Padahal Dialah penentu segala kejadian karena hanya Dia yang Maha
Mengetahui hikmah dibalik segala kejadian.
Rekayasa Diri
Apa kuncinya? Kuncinya adalah kalau kita menginginkan hidup sukses di dunia,
maka janganlah hanya sibuk merekayasa diri dan keadaan dalam rangka ikhtiar
dhahir semata, tetapi juga rekayasalah diri kita supaya menjadi orang yang layak
ditolong oleh Allah. Ikhtiar dhahir akan menghadapkan kita pada dua pilihan,
yakni tercapainya apa yang kita dambakan - karena faktor sunnatullah tadi -
namun juga tidak mustahil akan berujung pada kegagalan kalau Allah
menghendaki lain.
Lain halnya kalau ikhtiar dhahir itu diseiringkan dengan ikhtiar bathin.
Mengawalinya dengan dasar niat yang benar dan ikhlas semata mata demi ibadah
kepada Allah. Berikhtiar dengan cara yang benar, kesungguhan yang tinggi, ilmu
yang tepat sesuai yang diperlukan, jujur, lurus, tidak suka menganiaya orang lain
dan tidak mudah berputus asa.
Senantiasa menggantungkan harap hanya kepada Nya semata, seraya menepis
sama sekali dari berharap kepada makhluk. Memohon dengan segenap hati kepada
Nya agar bisa sekiranya apa-apa yang tengah diikhtiarkan itu bisa membawa
maslahat bagi dirinya mapun bagi orang lain, kiranya Dia berkenan menolong
memudahkan segala urusan kita. Dan tidak lupa menyerahkan sepenuhnya segala
5
hasil akhir kepada Dia Dzat Maha Penentu segala kejadian.
Bila Allah sudah menolong, maka siapa yang bisa menghalangi pertolongan-Nya?
Walaupun bergabung jin dan manusia untuk menghalangi pertolongan yang
diturunkan Allah atas seorang hamba Nya sekali-kali tidak akan pernah terhalang
karena Dia memang berkewajiban menolong hamba-hambaNya yang beriman.
"Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu. Jika Allah membiarkan kamu (tidak memberikan pertolongan) maka
siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu?
Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal" (QS Ali
Imran (3) : 160).
Kunci Pengokoh Jiwa
1. SIAP
Senantiasa menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali sehingga aku tidak
boleh gagal dan sia-sia tanpa guna.
Ikhtiar yang disertai niat yang sempurna itulah tugasku, perkara apapun yang
terjadi kuserahkan sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Tahu yang terbaik
bagiku.
Aku harus sadar betul bahwa yang terbaik bagiku menurutku belum tentu terbaik
bagiku menurut Allah, bahkan mungkin aku terkecoh oleh keinginan harapanku
sendiri.
Pengetahuanku tentang diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan
pengetahuan Allah menyelimuti segalanya. Sehingga betapapun aku sangat
menginginkan sesuatu, tetapi hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi
kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang terbaik
bagiku.
2. RELA
Realitas yang terjadi yaa... inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani.
Emosional, sakit hati, dongkol, atau apapun yang membuat hatiku menjadi kecewa
dan sengsara harus segera kutinggalkan karena dongkol begini, tidak dongkol juga
tetap begini. Lebih baik aku menikmati apa adanya.
Lubuk hatiku harus realistis menerima kenyataan yang ada, namun tubuh dan
pikiranku harus tetap bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini.
Apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Maka yang harus kulakukan adalah
6
mencari ayam, cakweh, kacang polong, kecap, seledri, bawang goreng dan sambal
agar bubur ayam spesial tetap dapat kunikmati.
3. MUDAH
Meyakini bahwa hidup ini bagai siang dan malam yang pasti silih berganti. Tak
mungkin siang terus menerus dan tak mungkin juga malam terus menerus. Pasti
setiap kesenangan ada ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada
akhirnya. Aku harus sangat sabar menghadapinya.
Ujian yang diberikan oleh Allah Yang Maha Adil pasti sudah diukur dengan sangat
cermat sehingga tak mungkin melampaui batas kemampuanku, karena ia tak
pernah menzhalimi hamba-hamba-Nya.
Dengan pikiran buruk aku hanya semakin mempersulit dan menyengsarakan diri.
Tidak, aku tidak boleh menzhalimi diiku sendiri. Pikiranku harus tetap jernih,
terkendali, tenang dan proporsional. Aku tak boleh terjebak mendramatisir
masalah.
Aku harus berani menghadapi persoalan demi persoalan. Tak boleh lari dari
kenyataan, karena lari sama sekali tak menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya
menambah permasalahan. Semua harus tegar kuhadapi dengan baik, aku tak boleh
menyerah, aku tak boleh kalah.
Harusnya segala sesuatu itu ada akhirnya. Begitu pun persoalan yang kuhadapi,
seberat apapun seperti yang dijanjikan Allah “Fa innama’al usri yusran, inna ma’al
usri yusran” dan sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan,
bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin
dipungkiri oleh Allah. Karena itu aku tak boleh mempersulit diri.
4. NILAI
Nasib baik atau buruk dalam pandanganku mutlak terjadi atas izin Allah dan Allah
tak mungkin berbuat sesuatu yang sia-sia.
Ini pasti ada hikmah. Sepahit apapun pasti ada kebaikan yang terkandung di
dalamnya bila disikapi dengan sabar dan benar.
Lebih baik aku renungkan kenapa Allah menakdirkan semua ini menimpaku. Bisa
jadi sebagai peringatan atas dosa-dosaku, kelalaianku, atau mungkin saat kenaikan
kedudukanku di sisi Allah.
Aku mungkin harus berfikir keras untuk menemukan kesalahan yang harus
kuperbaiki.
Itibar dari setiap kejadian adalah cermin pribadiku. Aku tak boleh gentar dengan
7
kekurangan dan kesalahan yang terjadi. Yang penting kini aku bertekad sekuat
tenaga untuk memperbaikinya. Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima
Taubat.
5. AHAD
Aku harus yakin bahwa walaupun bergabung seluruh manusia dan jin untuk
menolongku tak mungkin terjadi apapun tanpa izin-Nya.
Hatiku harus bulat total dan yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya Allahlah
satu-satunya yang dapat menolong memberi jalan keluar terbaik dari setiap
urusan.
Allah Mahakuasa atas segala-galanya karena itu tiada yang mustahil bila Dia
menghendaki. Dialah pemilik dan penguasa segala sesuatu, sehingga tiada yang
sanggup menghalangi jika Dia berkehendak menolong hamba-hamba-Nya. Dialah
yang mengatur segala sebab datangnya pertolongan-Nya.
Dengan demikian maka aku harus benar-benar berjuang, berikhtiar mendekati-
Nya dengan mengamalkan apapun yang disukainya dan melepaskan hati ini dari
ketergantungan selain-Nya, karena selain Dia hanyalah sekedar mahluk yang tak
berdaya tanpa kekuatan dari-Nya.
"Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya akan diberi jalan keluar dari setiap
urusannya dan diberi rizki dari arah yang tak diduga, dan barang siapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya akan dicukupi segala kebutuhannya." (QS [65] :
2-3)
Lima (5) S
Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang
dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan
dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam”
sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun
segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu
sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam
di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan. Namun, tatkala upaya
merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman,
“Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara
lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa
pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.
8
Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling
bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di
tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah
negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan,
karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum
dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya.
Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya
menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang
sering kita sebut negara kaum kafir.
Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk
mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan,
tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan
Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu
sendiri.
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini,
bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa,
sopan, dan santun.
Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih
kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman
yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus.
Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua
keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang
tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan
dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah
berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum
yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan
orang-orang yang berada di sekitar kita?
S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan
keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita
dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri.
Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan
salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang
sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita
mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam
begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?
S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh
orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid,
meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya,
9
padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan.
Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita
bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?
S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk,
ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya,
apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi
dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan
kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan
bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan.
Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika
kesopanan atau tidak.
S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan
kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean,
demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk
kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri.
Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh
mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia?
Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita
untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?
Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil.
Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi
yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan
Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih,
ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya
suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah,
lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan
kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa
nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela
mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin
membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.
Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S
ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan
mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW,
Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “
Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak.***
10
Bersandar Hanya Kepada Allah
Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak
memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa
memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah
pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang
luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang
membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.
Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha
wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana
kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan,
kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh
karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk
dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.
Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah
mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran
baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut
tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada
sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam
kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada
hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya,
bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.
Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat
mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah
mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar
kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum
yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.
Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan,
kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri
kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak
orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada
kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan
berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh
dari kearifan.
Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan ... Buat
apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak
membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ tidak apa-apa jabatan kita kecil
11
dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat
mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian,
penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah
SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga
kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi
penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.
Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada
tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup
saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan
kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja.
Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk
memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun,
sehingga jabatannya harus segera digantikan.
Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan
bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan
sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah
mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit
demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain,
membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.
Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan
kepleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang
membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.
Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para
istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki,
suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya.
Suami pergi ke kanotr, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.
"Wahai Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip
hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia bisa
ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang barokah,
tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena Engkaulah
yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi amal
shaleh."
Insya Allah suami pergei bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah.
Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada
Allah. "Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang
hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ;
Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala
kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada
12
makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan
setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in kadir".
Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan
penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak
kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya
dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah
seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan
segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.
Bila Hati Bercahaya
Adakah diantara kita yang merasa mencapai sukses hidup karena telah berhasil
meraih segalanya : harta, gelar, pangkat, jabatan, dan kedudukan yang telah
menggenggam seluruh isi dunia ini? Marilah kita kaji ulang, seberapa besar
sebenarnya nilai dari apa-apa yang telah kita raih selama ini.
Di sebuah harian pernah diberitakan tentang penemuan baru berupa teropong
yang diberi nama telescope Hubble. Dengan teropong ini berhasil ditemukan
sebanyak lima milyar gugusan galaksi. Padahal yang telah kita ketahui selama ini
adalah suatu gugusan bernama galaksi bimasakti, yang di dalamnya terdapat
planet-planet yang membuat takjub siapa pun yang mencoba bersungguh-sungguh
mempelajarinya. Matahari saja merupakan salah satu planet yang sangat kecil,
yang berada dalam gugusan galaksi di dalam tata surya kita. Nah, apalagi planet
bumi ini sendiri yang besarnya hanya satu noktah. Sungguh tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan lima milyar gugusan galaksi tersebut. Sungguh alangkah
dahsyatnya.
Sayangnya, seringkali orang yang merasa telah berhasil meraih segala apapun yang
dirindukannya di bumi ini – dan dengan demikian merasa telah sukses – suka
tergelincir hanya mempergauli dunianya saja. Akibatnya, keberadaannya
membuat ia bangga dan pongah, tetapi ketiadaannya serta merta membuat lahir
batinnya sengsara dan tersiksa. Manakala berhasil mencapai apa yang
diinginkannya, ia merasa semua itu hasil usaha dan kerja kerasnya semata,
sedangkan ketika gagal mendapatkannya, ia pun serta merta merasa diri sial.
Bahkan tidak jarang kesialannya itu ditimpakan atau dicarikan kambing hitamnya
pada orang lain.
Orang semacam ini tentu telah lupa bahwa apapun yang diinginkannya dan
diusahakan oleh manusia sangat tergantung pada izin Allah Azza wa Jalla. Matimatian
ia berjuang mengejar apa-apa yang dinginkannya, pasti tidak akan dapat
13
dicapai tanpa izin-Nya. Laa haula walaa quwwata illaabillaah! Begitulah kalau
orang hanya bergaul, dengan dunia yang ternyata tidak ada apa-apanya ini.
Padahal, seharusnya kita bergaul hanya dengan Allah Azza wa Jalla, Zat yang
Maha Menguasai jagat raya, sehingga hati kita tidak akan pernah galau oleh dunia
yang kecil mungil ini. Laa khaufun alaihim walaa hum yahjanuun! Samasekali
tidak ada kecemasan dalam menghadapi urusan apapun di dunia ini. Semua ini
tidak lain karena hatinya selalu sibuk dengan Dia, Zat Pemilik Alam Semesta yang
begitu hebat dan dahsyat.
Sikap inilah sesungguhnya yang harus senantiasa kita latih dalam mempergauli
kehidupan di dunia ini. Tubuh lekat dengan dunia, tetapi jangan biarkan hati turut
lekat dengannya. Ada dan tiadanya segala perkara dunia ini di sisi kita jangan
sekali-kali membuat hati goyah karena toh sama pahalanya di sisi Allah. Sekali
hati ini lekat dengan dunia, maka adanya akan membuat bangga, sedangkan
tiadanya akan membuat kita terluka. Ini berarti kita akan sengsara karenanya,
karena ada dan tiada itu akan terus menerus terjadi.
Betapa tidak! Tabiat dunia itu senantisa dipergilirkan. Datang, tertahan, diambil.
Mudah, susah. Sehat, sakit. Dipuji, dicaci. Dihormati, direndahkan. Semuanya
terjadi silih berganti. Nah, kalau hati kita hanya akrab dengan kejadian-kejadian
seperti itu tanpa krab dengan Zat pemilik kejadiannya, maka letihlah hidup kita.
Lain halnya kalau hati kita selalu bersama Allah. Perubahan apa saja dalam episode
kehidupan dunia tidak akan ada satu pun yang merugikan kita. Artinya, memang
kita harus terus menerus meningkatkan mutu pengenalan kita kepada Allah Azza
wa Jalla.
Di antara yang penting yang kita perhatikan sekiranya ingin dicintai Allah adalah
bahwa kita harus zuhud terhadap dunia ini. Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, niscaya Allah mencintainya, dan
barangsiapa yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya
manusia mencintainya."
Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat
duniawi, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah daripada
apa yang ada di tangan kita. Bagi orang-orang yang zuhud terhadap dunia,
sebanyak apapun yang dimiliki sama sekali tidak akan membuat hati merasa
tentram karena ketentraman itu hanyalah apa-apa yang ada di sisi Allah.
Rasulullah SAW bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan di dunia bukanlah
dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula memboroskan kekayaan.
Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada
dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah." (HR. Ahmad, Mauqufan)
14
Andaikata kita merasa lebih tentram dengan sejumlah tabungan di bank, maka
berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seharusnya kita
lebih merasa tentram dengan jaminan Allah. Ini dikarenakan apapun yang kita
miliki belum tentu menjadi rizki kita kalau tidak ada izin Allah.
Sekiranya kita memiliki orang tua atau sahabat yang memiliki kedudukan tertentu,
hendaknya kita tidak sampai merasa tentram dengan jaminan mereka atau siapa
pun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali dengan izin Allah.
Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak menjadi
jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan
tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita.jangan ukur
kemuliaan seseorang dengan adanya dunia di genggamannya. Sebaliknya jangan
pula meremehkan seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita tidak
menghormati seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita menghormati
seseorang karena kedudukan dan kekayaannya, kalau meremehkan seseorang
karena ia papa dan jelata, maka ini berarti kita sudah mulai cinta dunia. Akibatnya
akan susah hati ini bercahaya disisi Allah.
Mengapa demikian? Karena, hati kita akan dihinggapi sifat sombong dan takabur
dengan selalu mudah membeda-bedakan teman atau seseorang yang datang kepada
kita. Padahal siapa tahu Allah mendatangkan seseorang yang sederhana itu sebagai
isyarat bahwa Dia akan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita.
Hendaknya dari sekarang mulai diubah sistem kalkulasi kita atas keuntungankeuntungan.
Ketika hendak membeli suatu barang dan kita tahu harga barang
tersebut di supermarket lebih murah ketimbang membelinya pada seorang ibu tua
yang berjualan dengan bakul sederhananya, sehingga kita mersa perlu untuk
menawarnya dengan harga serendah mungkin, maka mulailah merasa beruntung
jikalau kita menguntungkan ibu tua berimbang kita mendapatkan untung darinya.
Artinya, pilihan membeli tentu akan lebih baik jatuh padanya dan dengan harga
yang ditawarkannya daripada membelinya ke supermarket. Walhasil, keuntungan
bagi kita justru ketika kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain.
Lain halnya dengan keuntungan diuniawi. Keuntungan semacam ini baru terasa
ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Sedangkan arti keuntungan bagi kita
adalah ketika bisa memberi lebih daripada yang diberikan oleh orang lain. Jelas,
akan sangat lain nilai kepuasan batinnya juga.
Bagi orang-orang yang cinta dunia, tampak sekali bahwa keuntungan bagi dirinya
adalah ketika ia dihormati, disegani, dipuji, dan dimuliakan. Akan tetapi, bagi
orang-orang yang sangat merindukan kedudukan di sisi Allah, justru kelezatan
menikmati keuntungan itu ketika berhasil dengan ikhlas menghargai,
15
memuliakan, dan menolong orang lain. Cukup ini saja! Perkara berterima kasih
atau tidak, itu samasekali bukan urusan kita. Dapatnya kita menghargai,
memuliakan, dan menolong orang lain pun sudah merupakan keberuntungan yang
sangat luar biasa.
Sungguh sangat lain bagi ahli dunia, yang segalanya serba kalkulasi, balas
membalas, serta ada imbalan atau tidak ada imbalan. Karenanya, tidak usah heran
kalau para ahli dunia itu akan banyak letih karena hari-harinya selalu penuh
dengan tuntutan dan penghargaan, pujian, dan lain sebagainya, dari orang lain.
Terkadang untuk mendapatkan semua itu ia merekayasa perkataan, penampilan,
dan banyak hal demi untuk meraih penghargaan.
Bagi ahli zuhud tidaklah demikian. Yang penting kita buat tatanan kehidupan ini
seproporsional mungkin, dengan menghargai, memuliakan, dan membantu orang
lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Inilah keuntungan-keuntungan bagi
ahli-ahli zuhud. Lebih merasa aman dan menyukai apa-apa yang terbaik di sisi
Allah daripada apa yang didapatkan dari selain Dia.
Walhasil, siapapun yang merindukan hatinya bercahaya karena senantiasa
dicahayai oleh nuur dari sisi Allah, hendaknya ia berjuang sekuat-kuatnya untuk
mengubah diri, mengubah sikap hidup, menjadi orang yang tidak cinta dunia,
sehingga jadilah ia ahli zuhud.
"Adakalanya nuur Illahi itu turun kepadamu," tulis Syaikh Ibnu Atho’illah dalam
kitabnya, Al Hikam, "tetapi ternyata hatimu penuh dengan keduniaan, sehingga
kembalilah nuur itu ke tempatnya semula. Oleh sebab itu, kosongkanlah hatimu
dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya dengan ma’rifat
dan rahasia-rahasia."
Subhanallaah, sungguh akan merasakan hakikat kelezatan hidup di dunia ini, yang
sangat luar biasa, siapapun yang hatinya telah dipenuhi dengan cahaya dari sisi
Allah Azza wa Jalla. "Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing (seorang hamba)
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki ..." (QS. An Nuur [24] : 35).
Buah Kebeningan Hati
Saudara-saudaraku, sungguh beruntung bagi siapapun yang mampu menata
qolbunya menjadi bening, jernih, bersih, dan selamat. Sungguh berbahagia dan
16
mengesankan bagi siapapun sekiranya memiliki qolbu yang tertata, terpelihara,
dan terawat dengan sebaik-baiknya. Karena selain senantiasa merasakan
kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia
ini, pancaran kebeningan hati pun akan tersemburat pula dari indahnya setiap
aktivitas yang dilakukan.
Betapa tidak, orang yang hatinya tertata dengan baik, wajahnya akan jauh lebih
jernih. Bagai embun menggelayut di ujung dedaunan di pagi hari yang cerah lalu
terpancari sejuknya sinar mentari pagi; jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan.
Tidak berlebihan jika setiap orang akan merasa nikmat menatap pemilik wajah
yang cerah, ceria, penuh sungging senyuman tulus seperti ini.
Begitu pula ketika berkata, kata-katanya akan bersih dari melukai, jauh dari katakata
yang menyombongkan diri, terlebih lagi ia terpelihara dari kata-kata riya,
subhanallah. Setiap butir kata yang keluar dari lisannya yang telah tertata dengan
baik ini, akan terasa sarat dengan hikmah, sarat dengan makna, dan sarat akan
mamfaat. Tutur katanya bernas dan berharga. Inilah buah dari gelegak keinginan
di lubuk hatinya yang paling dalam untuk senantiasa membahagiakan orang lain.
Kesehatan tubuh pun terpancari pula oleh kebeningan hati, buah dari
kemampuannya menata qolbu. Detak jantung menjadi terpelihara, tekanan darah
terjaga, ketegangan berkurang,dan kondisi diri yang senantiasa diliputi kedamaian.
Tak berlebihan jika tubuh pun menjadi lebih sehat, lebih segar, dan lebih fit.
Tentu saja tubuh yang sehat dan segar seperti ini akan jauh lebih memungkinkan
untuk berbuat banyak kepada umat.
Orang yang bening hati, akal pikirannya pun akan jauh lebih jernih. Baginya tidak
ada waktu untuk berpikir jelek sedetik pun jua. Apalagi berpikir untuk
menzhalimi orang lain, sama sekali tidak terlintas dibenaknya. Waktu baginya
sangat berharga. Mana mungkin sesuatu yang berharga digunakan untuk hal-hal
yang tidak berharga? Sungguh suatu kebodohan yang tidak terkira. Karenanya
dalam menjalani setiap detik yang dilaluinya ia pusatkan segala kemampuannya
untuk menyelesaikan setiap tugas hidupnya. Tak berlebihan jika orang yang
berbening hati seperti ini akan lebih mudah memahami setiap permasalahan, lebih
mudah menyerap aneka ilmu pengetahuan, dan lebih cerdas dalam melakukan
beragam kreativitas pemikiran. Subhanallah, bening hati ternyata telah
membuahkan aneka solusi optimal dari kemampuan akal pikirannya.
Walhasil, orang yang telah tertata hatinya adalah orang yang telah berhasil
merintis tapak demi tapak jalan ke arah kebaikan tidak mengherankan ketika ia
menjalin hubungan dengan sesama manusia pun menjadi sesuatu yang teramat
mengesankan. Hatinya yang bersih membuat terpancar darinya akhlak yang indah
mempesona, rendah hati, dan penuh dengan kesantunan. Siapapun yang berjumpa
akan merasa kesan yang mendalam, siapapun yang bertemu akan memperoleh
17
aneka mamfaat kebaikan, bahkan ketika berpisah sekalipun, orang seperti ini
menjadi buah kenangan yang tak mudah dilupakan.
Dan, Subhanallah, lebih dari semua itu, kebeningan hatipun ternyata dapat
membuat hubungan dengan Allah menjadi luar biasa mamfaatnya. Dengan
berbekal keyakinan yang mendalam, mengingat dan menyebut-Nya setiap saat,
meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, membuat hatinya menjadi tenang dan
tenteram. Konsekuensinya, dia pun menjadi lebih akrab dengan Allah, ibadahnya
lebih terasa nikmat dan lezat. Begitu pula do’a-do’anya menjadi luar biasa
mustajabnya. Mustajabnya do’a tentu akan menjadi solusi bagi persoalan-persoalan
hidup yang dihadapinya. Dan yang paling luar biasa adalah karunia perjumpaan
dengan Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak, Allahu Akbar.
Pendek kata orang yang bersih hati itu, luar biasa nikmatnya, luar biasa
bahagianya, dan luar biasa mulianya. Tidak hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat
kelak. Tidak rindukah kita memiliki hati yang bersih?
Silahkan bandingkan dengan orang yang berperilaku sebaliknya; berhati busuk,
semrawut, dan kusut masai. Wajahnya bermuram durja, kusam, dan senantiasa
tampak resah dan gelisah. Kata-katanya bengis, kasar, dan ketus. Hatinya pun
senantiasa dikotori buruk sangka, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi,
mudah tersinggung, tidak senang melihat orang lain bahagia, kikir, dan lain-lain
penyakit hati yang terus menerus menumpuk, hingga sulit untuk dihilangkan. Tak
berlebihan bila perilakunya pun menjadi hina dan nista, jauh dari perilaku
terhormat, lebih dari itu, badannya pun menjadi mudah terserang penyakit.
Penyakit buah dari kebusukan hati, buah dari ketegangan jiwa, dan buah dari
letihnya pikiran diterpa aneka rona masalah kehidupan. Selain itu, akal pikirannya
pun menjadi sempit dan bahkan lebih banyak berpikir tentang kezhaliman.
Oleh karenanya, bagi orang yang busuk hati sama sekali tidak ada waktu untuk
bertambah ilmu. Segenap waktunya habis hanya digunakan untuk memuntahkan
ketidaksukaannya kepada orang lain. Tidak mengherankan bila hubungan dengan
Allah SWT pun menjadi hancur berantakan, ibadah tidak lagi menjadi nikmat dan
bahkan menjadi rusak dan kering. Lebih rugi lagi, ia menjadi jauh dari rahmat
Allah. Akibatnya pun jelas, do’a menjadi tidak ijabah (terkabul), dan aneka
masalah pun segera datang menghampiri, naudzubillaah (kita berlindung kepada
Allah).
Ternyata hanya kerugian dan kerugian saja yang didapati orang berhati busuk.
Betapa malangnya. Pantaslah Allah SWT dalam hal ini telah mengingatkan kita
dalam sebuah Firman-Nya : "Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan
jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Q.S. Asy-Syam
[91] : 9 – 10).
18
Ingatlah saudaraku, hidup hanya satu kali dan siapa tahu tidak lama lagi kita akan
mati. Marilah kita bersama-sama bergabung dalam barisan orang-orang yang terus
memperbaiki diri, dan mudah-mudahan kita menjadi contoh awal bagaimana
menjadikan hidup indah dan prestatif dengan bening hati, Insya Allah.
Budaya Bersahaja
Kecenderungan manusia berperilaku boros terhadap harta memang sudah ada di
dalam dirinya. Ditambah lagi perilaku boros adalah salah satu tipu daya setan
terkutuk yang membuat harta yang kita miliki tidak efektif mengangkat derajat
kita. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, membelenggu, dan
menjebak kita dalam kubangan tipu daya harta karena kita salah dalam
menyikapinya.
Hal ini dapat kita perhatikan dalam hidup keseharian kita. Orang yang punya
harta, kecenderungan untuk menjadi pecinta harta cenderung lebih besar. Makin
bagus, makin mahal, makin senang, maka makin cintalah ia kepada harta yang
dimilikinya. Lebih dari itu, maka ingin pulalah ia untuk memamerkannya.
Terkadang apa saja ingin dipamer-pamerkan. Ada yang pamer kendaraan, pamer
rumah, pamer mebel, pamer pakaian, dan lain-lain. Sifat ini muncul karena salah
satunya kita ini ingin tampil lebih wah, lebih bermerek, atau lebih keren dari
orang lain. Padahal, makin bermerek barang yang dimiliki justru akan menyiksa
diri.
Suatu pengalaman ketika seseorang memberi sebuah ballpoint. Dari tampangnya
ballpoint ini saya pikir sangat bagus, mengkilat, dan ketika dipakai untuk menulis
pun enak. Tapi tiba-tiba ballpoint ini menjadi barang yang menyengsarakan ketika
ada yang memberi tahu bahwa ballpoint yang mereknya "MP" itu adalah sebuah
merek terkenal untuk ukuran sebuah benda bernama ballpoint. Mulanya tidak
mengerti sama sekali. Tadinya saya kira harganya paling cuma ribuan rupiah saja.
Nah, gara-gara tahu itu ballpoint mahal, sikap pun jadi berubah. Tiba-tiba jadi
takut hilang, ketika dibawa takut jatuh, ketika dipinjam takut cepat habis tintanya
karena tintanya pun mahal, mau disimpan takut jadi mubazir, mau dikasihkan ke
orang lain sayang, ditambah lagi saat dipakai pun malu, mungkin nanti ada yang
komentar "Wah, Aa ballpoint-nya ballpoint mahal!". Begitulah, nasib punya
barang bermerek, tersiksa!
Sebaliknya, kalau kita terbiasa dengan barang yang biasa-biasa, dapat dipastikan
hidup pun akan lebih ringan. Karenanya, hati-hatilah saudaraku. Apalagi dalam
kondisi ekonomi bangsa kita yang sedang terpuruk seperti saat ini. Kita harus
benar-benar mengendalikan penuh keinginan-keinginan kita jikalau ingin
19
membeli suatu barang. Ingat, yang paling penting adalah bertanya pada diri apa
yang paling bermamfaat dari barang yang kita beli tersebut. Buat pula skala
prioritas, misalnya, haruskah membeli sepatu seharga 1 juta rupiah padahal
keperluan kita hanya sebentuk sepatu olahraga. Apalagi dihadapan tersedia aneka
pilihan harga, mulai dari yang 700 ribu, 400 ribu, 200 ribu, sampai yang 50 ribu
rupiah. Mereknya pun beragam, tinggal dipilih mana kira-kira yang paling sesuai.
Nah, kalau kita ada dalam posisi seperti ini, maka carilah sepatu yang paling tidak
membuat kita sombong ketika memakainya, yang paling tidak menyikasa diri
dalam merawatnya, dan yang paling bisa bermamfaat sesuai tujuan utama dari
pembelian sepatu tersebut. Hati-hatilah, sebab yang biasa kita beli adalah
mereknya, bukan awetnya, karena kalau terlalu awet pun akan bosan pula
memakainya. Jangan pula tergesa-gesa, dan ketahuilah bahwa pemboros-pemboros
itu adalah saudaranya setan.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman, "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga
yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan,
dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada
Tuhan-Nya" (QS. Al Israa [17] : 26-27). Dalam ayat lain Allah SWT berfirman,
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan harta mereka tidak berlebihlebihan
dan tidak pula mereka kikir. Dan adalah pembelanjaan itu ditengahtengah
yang demikian itu". (QS. Al Furqan [25] : 67)
Jelaslah kiranya bahwa sikap boros lebih dekat kepada perilaku setan,
naudzubillaah. Karenanya, budaya bersahajalah salah satu budaya yang harus kita
tanamkan kuat-kuat dalam diri. Memilih hidup dengan budaya bersahaja bukan
berarti tidak boleh membeli barang-barang yang bagus, mahal, dan bermerek.
Silahkan saja! Tapi ternyata kalau kita berlaku boros, sama sekali tidak akan
menjadi amal kebaikan bagi kita. Saya kira hikmah dari krisis ekonomi yang
menimpa bangsa kita, salah satunya kita harus benar-benar mengendalikan
keinginan kita. Tidak setiap keinginan harus dipenuhi. Karena jikalau kita ingin
membeli sesuatu karena ingin dan senang, ketahuilah bahwa keinginan itu cepat
berubah. Kalau kita membeli sesuatu karena suka, maka ketika melihat yang lebih
bagus, akan hilanglah selera kita pada barang yang awalnya lebih bagus tadi.
Belilah sesuatu hanya karena perlu dan mampu saja. Sekali lagi, hanya karena
perlu! Perlukah saya beli barang ini? Matikah saya kalau tidak ada barang ini?
Kalau tidak ada barang ini saya hancur tidak? Itulah yang harus selalu kita
tanyakan ketika akan membeli suatu barang. Kalau saja kita masih bisa bertahan
dengan barang lain yang lebih bersahaja, maka lebih bijak jika kita tidak
melakukan pembelian.
Misalnya, ketika tersirat ingin membeli motor baru, tanyakan; perlukah kita
membeli motor baru? Sudah wajibkah kita membelinya? Nah, ketika alasan
pertanyaan tadi sudah logis dan dapat diterima akal sehat, maka kalau pun jadi
20
membeli pilihlah yang skalanya paling irit, paling hemat, dan paling mudah
perawatannya. Jangan berpikir dulu tentang keren atau mereknya. Cobalah
renungkan; mending keren tapi menderita atau irit tapi lancar? Tahanlah
keinginan untuk berlaku boros dengan sekuat tenaga, yakinlah makin kita bisa
mengendalikan keinginan kita, Insya Allah kita akan makin terpelihara dari sikap
boros. Sebaliknya, jika tidak dapat kita kendalikan, maka pastilah kita akan disiksa
oleh barang-barang kita sendiri. Kita akan disiksa oleh kendaraan kita dan disiksa
oleh harta kita yang kita miliki. Rugi, sangat rugi orang yang memperturutkan
hidupnya karena sesuatu yang dianggap keren atau bermerek. Apalagi, keren
menurut kita belum tentu keren menurut orang lain, bahkan sebaliknya bisa jadi
malah dicurigai. Karena ada pula orang yang ketika memakai sesuatu yang
bermerek, justru disangka barang temuan.
Seperti kisah santri di sebuah pesantren. Saat ada santri yang memakai sepatu yang
sangat bagus dengan merek terkenal, justru disangka sepatu jamaah yang ketika
berkunjung ke pesantren tersebut tertinggal di mesjid. Lain waktu, ada juga yang
memakai arloji sangat bagus dengan merek terkenal buatan dari negeri Swiss sana,
tapi orang lain justru malah berprasangka kalau arloji itu barang temuan dari
tempat wudhu. Begitulah, bagi orang yang maqam-nya murah meriah, ketika
memakai barang mahal justru malah dicurigai.
Karenanya, biasakanlah untuk senantiasa bersahaja dalam setiap yang kita
lakukan. Dan mudah-mudahan dalam kondisi ekonomi sulit seperti ini Allah
mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk menjadi orang yang terpelihara
dari perbuatan sia-sia dan pemborosan.***
Bunga Rampai Nasihat
Mudah-mudahan Allah yang Maha Menguasai segala-galanya selalu membukakan
hati kita agar bisa melihat hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang terjadi.
Yakinlah tidak ada satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada suatu kejadian pun
yang tanpa makna, sangat rugi kalau kita menghadapi hidup ini sampai tidak
mendapat pelajaran dari apa yang sedang kita jalani. Hidup ini adalah samudera
hikmah tiada terputus. Seharusnya apapun yang kita hadapi, efektif bisa
menambah ilmu, wawasan, khususnya lagi bisa menambah kematangan,
kedewasaan, kearifan diri kita sehingga kalau kita mati besok lusa atau kapan saja,
maka warisan terbesar kita adalah kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta
semata. Rindukanlah dan selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat
kematian kita adalah saat yang paling indah.
Harusnya saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap,
21
benar-benar dalam keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan kalau
saat meninggal nanti kita sedang bagus niat, sedang bersih hati, keringat sedang
bercucuran di jalan Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti kita meninggal, kita
sedang bersujud atau sedang berjuang di jalan Allah. Jangan sampai kita mati siasia,
seperti yang diberitakan koran-koran tentang seorang yang meninggal sedang
nonton di bioskop. Terang saja buruk sekali orang yang meninggal di bioskop,
apalagi misalnya film yang ditontonnya film (maaf) “Gairah Membara”, film
maksiat, na’udzubillah. Dia akan “membara” betulan di neraka nanti. Ingat maut
adalah hal yang sangat penting.
Tiada kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam
semesta, yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan
menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki, segala puji hanyalah bagi-Mu
dan milik-Mu. Shalawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih Allah, panutan
kita semua Rasulullah SAW.
Sahabat, percayalah sehebat apapun harta, gelar, pangkat, kedudukan, atau atribut
duniawi lainnya tak akan pernah berharga jikalau kita tidak memiliki harga diri.
Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau pemiliknya tidak punya harga diri.
Hidup di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus bersungguh-sungguh
meniti karier kehidupan kita ini menjadi orang yang memiliki harga diri dan
terhormat dalam pandangan Allah SWT juga terhormat dalam pandangan orangorang
beriman. Dan kematian kita pun harus kita rindukan menjadi sebaik-baik
kematian yang penuh kehormatan dan kemuliaan dengan warisan terpenting
kehidupan kita adalah nama baik dan kehormatan kita yang tanpa cela, kehinaan.
Langkah awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad
untuk menjadi seorang muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai mati.
Seperti halnya Rasulullah SAW memulai karier kehidupannya dengan gelar
kehormatan Al Amin (seorang yang sangat terpercaya).
Kita harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita
menjadi seorang muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama sekali
bagi siapapun yang bergaul dengan kita, baik muslim maupun non muslim, baik
kawan atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan, janji, maupun
amanah yang kita pikul.
Oleh karena itu, pertama, jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal
apapun. Sekecil dan sesederhana apapun, bahkan betapa pun terhadap anak kecil
atau dalam senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan,
tidak ada dusta, pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan karena
kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta. Sungguh tidak
akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang pendusta. (Tentu saja bukan
22
berarti harus membeberkan aib-aib diri yang telah ditutupi Allah, ada kekuasaan
tersendiri, ada kekhususan tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan aib
sendiri).
Kedua, jaga lisan, jangan pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir
berita, informasi, atau sebaliknya meniadakan apa yang harus disampaikan.
Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan seakurat mungkin
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang suka ingin menambahnambah
sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau cerita. Jangan lakukan!
Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti ketika orang tahu informasi yang
sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan mereka kepada kita.
Ketiga, jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala
pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa ilmu
akan menunjukkan kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu tanpa ilmu itulah
tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita harus berani mengatakan “tidak
tahu” kalau memang kita tidak mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh
karena jujur apa adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat, jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi
membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat setiap kali
kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu jadi amanah buat kita. Bagi orang
yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga dirinya. Padahal justru kita
harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib orang lain. Yang namanya kuburan tidak
usah digali-gali lagi kecuali pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa
kebaikan bagi semua pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan
aib dan kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia, karena
ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib dan kejelekan
kita kepada yang lain lagi.
Kelima, jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji.
Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk mengingatkan
dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk menepati janji
walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar dan berat. Ingat,
semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan dengan kehilangan harga
diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang munafik, na’udzubillah. Tidak
artinya. Semua pengorbanan itu kecil dibanding jika kita bernama si pengingkar
janji. Rasulullah SAW pernah sampai tiga hari menunggu orang yang
menjanjikannya untuk bertemu, beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau
adalah menepati janji.***
Dahsyatnya Sedekah
23
Dimanakah letak kedahsyatan hamba-hamba Allah yang bersedekah? Dikisahkan
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai
berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun
menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata
bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung
tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa
menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang
terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-
Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi
cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu
yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat
apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali
bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di
samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma
menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang,
atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain
karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu
amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara
tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang
24
yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang
dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan
untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang
ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi
tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan
pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita
pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita
ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita
atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Karenanya, tidak usah heran, seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas
adalah orang-orang yang mempunyai kekuatan dahsyat. Sungguh ia tidak akan
kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Apalagi kedahsyatan seorang hamba yang bersedekah dengan ikhlas? Pada suatu
hari datang kepada seorang ulama dua orang akhwat yang mengaku baru kembali
dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian
bercerita mengenai sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang
kampung dengan naik bis antar kota beberapa hari sebelumnya. Di tengah
perjalanan bis yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan
dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang
yang duduk di kurs-kursi di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah
darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua orang yang selamat, bahkan
tidak terluka sedikit pun. Mereka itu, ya kedua akhwat itulah. Keduanya
mengisahkan kejadian tersebut dengan menangis tersedu-sedu penuh syukur.
Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat tidak kurang suatu apa? Menurut
pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya ketika itu, yakni
ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama
dalam perjalanan selalu melafazkan zikir.
Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, bahwa inilah sebagian dari fadhilah
(keutamaan) bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya disaat-saat sangat
dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka.
Allah Azza wa Jalla adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada
semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang pada hampir setiap desah nafas selalu
membangkang terhadap perintah-Nya pada hampir setiap gerak-gerik kita
tercermin amalan yang dilarang-Nya, toh Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya
yang tiada terkira.
Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, semuanya akan
25
terpulang kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada
dalam genggaman kita dan kerapkali membuat kita lalai dan alpa. Demi Allah,
semua ini datangnya dari Allah yang Maha Pemberi Rizki dan Mahakaya.
Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah
dengan sepenuh ke-ikhlas-an semata-mata karena Allah. Kemudian pastilah kita
akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun
saat menghadap-Nya kelak.
Dari pengalaman kongkrit kedua akhwat ataupun kutipan hadits seperti diuraikan
di atas, dengan penuh kayakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan
Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan
ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya.
Inilah barangkali kenapa Rasulullah menyerukan kepada para sahabatnya yang
tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan infaq dan
sedekah. Apalagi pada saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada
Rasulullah SAW, "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir; seratus biji Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui," demikian firman-Nya (QS. Al-Baqarah [2] : 261).
Seruan Rasulullah itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan
menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya, Rasulullah. Harta milikku
hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan
keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah."
"Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab
Rasulullah.
Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya, Rasulullah. Saya akan
melengkapi peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya,"
ujarnya.
Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera
menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu
dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam.
Mengapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan Rasulullah
tersebut? Ini tiada lain karena yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana
telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Medan perang adalah medan pertaruhan
antara hidup dan mati. Kendati begitu para sahabat tidak ada yang mendambakan
mati syahid di medan perang, karena mereka yakin apapun yang terjadi pasti akan
sangat menguntungkan mereka. Sekiranya gugur di tangan musuh, surga Jannatu
26
na’im telah siap menanti para hamba Allah yang selalu siap berjihad fii sabilillaah.
Sedangkan andaikata selamat dapat kembali kepada keluarga pun, pastilah dengan
membawa kemenangan bagi Islam, agama yang haq!
Lalu, apa kaitannya dengan memenuhi seruan untuk bersedekah? Sedekah adalah
penolak bala, penyubur pahala dan pelipat ganda rizki; sebutir benih
menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji.
Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat.
Masya Allah!
Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai
dengan hati ikhlas, sampai-sampai Allah sendiri membuat perbandingan,
sebagaimana tersurat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik,
seperti yang dikemukakan di awal tulisan ini.***
Diam Itu Emas
Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita
pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga
juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan
Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah
berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.
1. Jenis-jenis Diam
Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada
yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah.
Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan
lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:
a. Diam BodohYaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau
kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini
jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.
b. Diam MalasDiam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang
memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak
mood, tidak berselera atau malas.
c. Diam SombongIni pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam
berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.
27
d. Diam KhianatIni diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan
orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah
diam yang keji.
e. Diam MarahDiam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah
jauh lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana.
Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk
memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah
masalah.
f. Diam Utama (Diam Aktif)Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam
hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa
engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih
besardibanding dengan berbicara.
2. Keutamaan Diam Aktif
a. Hemat MasalahDengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata
yang berpeluang menimbulkan masalah.
b. Hemat dari DosaDengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi
dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan
Allah.
c. Hati Selalu Terjaga dan TenangDengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari
riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan
mematikan hati kita.
d. Lebih BijakDengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati
yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh
lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.
e. Hikmah Akan MunculYang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan
diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan
yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan,
serta sikap dan perilakunya.
f. Lebih BerwibawaTanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif
akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk
mempermainkan atau meremehkan.
Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:
28
1. Diam dari perkataan dusta
2. Diamdari perkataan sia-sia
3. Diam dari komentar spontan dan celetukan
4. Diam dari kata yang berlebihan
5. Diam dari keluh kesah
6. Diam dari niat riya dan ujub
7. Diam dari kata yang menyakiti
8. Diam dari sok tahu dan sok pintar
Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula
Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan
untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat
tauhiid "laa ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantarkan ke surga. Aamiin
Etika Berwirausaha
Hikam:"Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa
dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya." (QS.
Al-Maidah: 2)
Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT suka kepada hamba yang
berkarya dan terampil. Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk
keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid fisabilillah." (HR.Imam
Ahmad)
Rasul Adalah seorang entrepreunership atau wirausahawan. Mulai usia 8 tahun 2
bulan sudah mulai menggembalakan kambing. Pada usia 12 tahun berdagang
sebagai kafilah ke negeri Syiria dan pada usia 25 tahun Rasul menikahi Khadijah
dengan mahar 20 ekor unta muda. Ini menunjukan bahwa Rasul merupakan
seorang wirausahawan yang sukses.
Jiwa wirausaha harus benar-benar ditanamkan dari kecil, karena kalau tidak maka
potensi apapun tidak bisa dibuat menjadi manfaat. Prinsip dari wirausahawan
adalah memanfaatkan segala macam benda menjadi bermanfaat. Tidak ada
kegagalan dalam berusaha, yang gagal yaitu yang tidak pernah mencoba berusaha.
Gagal merupakan informasi menuju sukses, keuntungan bukan hanya untung
untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Kredibilitas diri kita adalah modal
utama dalam berwira usaha, dengan menahan diri untuk tidak menikmati
kebahagiaan orang lain sebagai keberuntungan kita. Jual beli bukan hanya
29
transaksi uang dan barang, tapi jual beli harus dijadikan amal soleh yaitu dengan
niat dan cara yang benar.
Uang yang tidak barokah tidak akan dapat memberi ketenangan, walau sebanyak
apapun akan tetap kekurangan dan akan membuat kita hina. Berjualan dengan
akhlak yang mulia, pembeli tidak hanya mendapat fasilitas dan tidak hanya
mendapatkan barang tapi juga melihat kemuliaan akhlak seorang penjual.
Getaran Allah Di Padang Arafah
Saudaraku para tamu Allah dan juga saudaraku di Tanah Air yang kali ini atas izin
Allah bisa merasakan getaran orang-orang yang bersyukur di tanah Arafah. Inilah
saat yang paling dirindukan oleh orang-orang yang beriman, saat diundang ke
tanah di mana Allah menghadapkan hamba-hamba-Nya kepada para malaikat di
hari Arafah. Pada saat inilah Allah menjanjikan pembebasan dari api jahanam
sebanyak-banyak hamba-hamba-Nya. Dan pada hari ini Allah juga menjanjikan
diampuni lumuran dosa-dosa, dihapus aib-aib yang menyelimuti, kerak-kerak
kenistaan disingkirkan, dibukanya lembaran-lembaran baru yang putih bersih.
Saudaraku para tamu Allah. Begitu banyak orang yang bertawakal dan bersimpuh
di hadapan Allah. Diseluruh pelosok negeri. Mungkin di pedesaan, di lerenglereng,
maupun dipersawahan. Mereka ini mungkin siang malam bersandar
kepada Allah. Mereka tiada henti memuja Allah. Bahkan mungkin bisa jadi
kedudukan mereka lebih tinggi di sisi Allah dibanding kita yang sehari-hari
melumuri diri dengan dosa, lebih banyak dipakai memuaskan diri kita dibanding
memuaskan perintah Allah. Tapi sampai sekarang mereka belum pernah
merasakan nikmatnya jamuan Allah di Arafah ini. Inilah saatnya kita harus merasa
malu. Karena, lebih banyak orang yang berhak wukuf di Arafah ini dibanding kita.
Kita lihat orang di keningnya berbekas dengan bekas sujud hanya bisa menangis
sepanjang hayatnya untuk bisa dijamu oleh Allah di Padang Arafah ini. Tapi,
kapan kita melakukan seperti itu? Karena itu, saudaraku yang hadir di bumi
Arafah ini, hari ini adalah hari buat kita untuk bersyukur. Bisa jadi kita hadir di
tempat ini bukan karena kesalehan kita. Kehadiran kita di sini mungkin karena
ridlo Allah atas orang-orang yang kita sakiti yang mereka balas sakit hatinya
dengan doa kemuliaan bagi kita. Mungkin kita berada di tempat ini berkat doa
fakir miskin yang kita lempar dengan uang seratus rupiah tapi mereka
menerimanya dengan ridlo dan memohon kepada Allah agar mengampuni kita.
Mungkin kita berada di tempat ini berkat doa para pembantu yang tidak pernah
kita hargai jasa baiknya tetapi mereka sabar bangun malam dan meminta kita
diberi hidayah. Mungkin kita berada ditempat ini karena doa orang tua kita yang
30
tiada henti-hentinya agar memilik ianak yang saleh dan salehah, padahal begitu
sering kita melukai hatinya. Atau, mungkin kita berada di tempat ini karena doa
anak-anak kita yang sering dikecewakan contoh buruk yang kita lakukan sehingga
mereka meminta kepada Allah agar memiliki orang tua yang saleh dan salehah.
Tentunya tiada kebaikan yang mengantar kita ke tempat ini selain kemurahan
Allah yang Maha Agung. Kita berutang banyak saudara-saudaraku sekalian.
Baiklah saudara-saudaraku sekalian. Tidak ada jalan bagi kita untuk menjadi
sombong dan takabur dengan jamuan Allah di Arafah ini kecuali kita harus malu
dan jujur kepada diri sendiri. Harta yang Allah titipkan kepada kita, tak jarang kita
nafkahkan sekadar sisa dari uang jajan kita. Zakat enggan kita bayarkan. Sedekah
bagi orang yang paling lusuh dengan cara yang paling memalukan. Bahkan, kita
lebih suka membelikan barang-barang yang mahal untuk kita pamerkan kepada
makhluk dari pada menafkahkan harta di jalan Allah untuk bekal kepulangan kita.
Lalu lihatlah bagaimana kita bersujud kepada Allah. Dari 24 jam satu hari Allah
memberikan waktu kepada kita, sujud sering kita percepat. Bahkan, kalau perlu
hampir kita tidak pernah ingat kepada Allah yang Maha Agung. Di manakah letak
amal baik kita? Nikmat dari Allah tiada henti dan tiada putus. Sedangkan
pengkhianatan kita tiada henti dan tiada terputus. Entah mengapa Allah memberi
kesempatan kita berada di tanah Arafah ini? Rasanya lebih banyak orang yang
lebih layak untuk dimuliakan Allah saat ini.
Saudara-saudaraku sekalian. Hari ini Allah menurunkan para malaikat di sekitar
tenda. Sebagian para malaikat sudah menyaksikan aib-aib yang ada pada diri kita.
Sebagian malaikat yang lain tahu secara persis siapa diri kita, ada yang mencatat
kata-kata kita yang begitu jarang menyebut nama Allah. Lalu mereka tahu betapa
banyaknya orang yang terluka hatinya, tercabik-cabik perasaannya. Allah maha
tahu fitnah yang tersebar karena lisan kita selama ini, berapa banyak orang yang
terjerumus ke dalam maksiat karena kita yangmenunjukkannya. Di antara
malaikat yang hadir saat ini ada yang menyaksikan kita mendekati zina dengan
mata kita, dengan lisan kita, karena tiada yang tersembunyi bagi Allah.
Sesungguhnya hari ini adalah hari yang paling malu bagi kita. Orang busuk seperti
kita ini diberi kesempatan berada di tempat mulia, bahkan amal-amal yang paling
tidak disukai Allah kita pun sering melakukannya. Kesombongan, ketakaburan
adalah amal yang membuat iblis dilaknat oleh Allah selamanya. Tidak akan pernah
selamat masuk surga orang yang di dalam hatinya ada takabur walau sebesar biji
zarah. Lihatlah apa yang Allah titipkan bagi jalan kesombongan bagi kita. Otak
kita dicerdaskan sedikit oleh Allah. Kita diberi kesempatan sekolah, kesempatan
kuliah. Namun malah membuat kita jadi petentang-petenteng menganggap rendah
orang tua kita yang pendidikannya tidak setinggi kita. Menganggap rendah
pembantu kita yang pendidikannya tidak setinggi kita. Menganggap rendah orang
lain yang tidak pernah mengenyam pendidikan setinggi kita. Padahal, demi Allah,
31
saudara-saudaraku, otak ini adalah milik Allah. Jikalau Allah mengambil beberapa
bagian saja, niscaya kita tidak bisa mengingat apa pun.
Sungguh! Gelar, pangkat adalah lambang kebodohan bagi orang-orang yang
takabur. Malu kita ini mengapa diberi otak yang sulit mengenal Allah. Padahal,
otak kita ini tunduk mengejar keagungan Allah. Kita diberikan harta yang cukup.
Tapi kita sering tidak mempedulikan dari mana harta itu kita dapatkan. Yang
haram kita ambil, hak orang lain kita tahan. Zakat lupa kita bayarkan. Kita lumuri
diri kita dengan kenistaan. Naudzubilah min dzalik. Tapi kita bangga dengan
kendaraan yang mewah, dengan rumah yang megah, dengan perhiasan. Padahal,
sungguh, semua itu adalah sekadar titipan Allah, yang Allah juga berikan kepada
makhluk-makhluk nista lainnya. Para penjahat, para pelacur, penzina, orangorang
yang durjana diberi dunia oleh Allah. Karena dunia ini bukan tanda
kemuliaan bagi seseorang. Dunia adalah fitnah, cobaan bagi manusia. Sungguh
malang bagi orang yang takabu dengan tempelan duniawi padahal Allah
menghinakan seseorang dengan duniawi itu sendiri.
Saudaraku-saudaraku sekalian.Waspadalah sepulang dari tempat ini. Haji yang
mabrur adalah haji yang merasa malu kepada Allah. Allah memberikan nikmat
tiada henti. Kita jarang mensyukurinya bahkan kita mengkhianatinya. Allah yang
Maha Agung, Allah yang Maha Perkasa, memberikan kesempatan kali ini kepada
kita untuk mengubah sisa umur kita. Mungkin, mungkin kali ini adalah yang
terakhir kali kita berada di tanah Arafah ini. Tidak ada jaminan kita tahun depan
bertemu kembali ditempat ini. Tanah yang kita duduki ini akan menjadi saksi di
akhirat nanti, Kita berangkat mengeluarkan harta, waktu, dan tenaga. Kita lalui
jalan berjam-jam sampai tempat ini, tapi nikmat sekali. Itulah nikmat yang datang
dari Allah. Nikmat adalah pengorbanan. Rasululah SAW mulia bukan karena apa
yang dimilikinya, tapi karena pengorbanannya untuk umat. Harta yang
dikorbankan, tenaga yang dikorbankan, waktu yang dikorbankan, perhatian yang
dikorbankan, demi kemaslahatan umat. Sepulang dari sini tidak pernah akan
bahagia kecuali orang yang paling menikmati berkurban untuk orang lain.
Yakinkanlah bahwa apa pun yang kita miliki agar bermanfaat sebanyakbanyaknya
bagi hamba Allah. Sebaik-baik manusia adalah orang yang banyak
manfaatnya.
Saudaraku, percayalah bahwa kita tidak akan bahagia dengan mengumpulkan
uang. Justru kebahagiaan datang dengan menafkahkan uang. Kita tidak bahagia
dengan ingin ditolong orang lain. Kita bahagia justru dengan menolong orang lain.
Kita tidak akan bahagia dengan dihormati orang lain, kebahagiaan hati kita dengan
menghargai orang lain. Jadikanlah diri kita menjadi orang yang tidak pernah
berharap apa pun selain dari Allah. Itulah kebahagiaan yang awal dari pelajaran
kita. Yang kedua, ingatlah baik-baik. Kain ihram yang kita pakai ini, ternyata
inilah yang menemani kita saat pulang nanti. Tidaklah harta, tidak pangkat, dan
juga tidak jabatan. Semua itu adalah topeng sejenak saja yang tidak berharga sama
32
sekali, kecuali penyandangnya memiliki rasa syukur dan takwa kepada Allah.
Saudaraku, sepulang dari tempat ini pastikan jangan sembunyi di balik jabatan.
Jangan bersembunyi di balik penampilan yang bagus, jangan bersembunyi di balik
rumah yang megah, jangan bersembunyi di balik gelar yang bertenteng. Tapi
bersembunyilah di balik Allah. Harta, pangkat, dan jabatan tidaklah berharga
kecuali orang yang bertakwa kepada-Nya. Sekuat-kuatnya jangan ubah yang Allah
titipkan ini menjadi jalan kesombongan kita. Tiada yang dimuliakan oleh Allah,
tiada satu pun yang diangkat derajatnya oleh Allah kecuali orang-orang yang
tawadhu. Tiada seorang pun yang tawadhu di antara kamu semata-mata karena
Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya. Oleh karena itu, sepulang dari
sini pastikanlah menjadi orang yang paling rendah hati, yang tidak akan
memamerkan topeng seperti ini. Kecuali, insya Allah, kemuliaan akhlak yang
menjadi andalan bekal kepulangan dan kemuliaannya.
Dan yang ketiga, saudaraku sekalian, sepulang dari haji ini ingatlah baik-baik
bahwa ternyata Allah menciptakan haji dengan pertemuan dari segala bangsa.
Kulit hitam, mata sipit, yang tinggi, yang buruk, yang cacat; mereka semua adalah
saudara kita. Terkadang kita merasa saudara karena darah, persaudaraan karena
tempat, persaudaraan karena bangsa. Tapi kita lihat disini, saudara kita begitu
banyak. Pepatah mengatakan satu musuh sudah mempersempit kehidupan kita,
tapi memperbanyak teman tidak akan pernah cukup. Sebab, memperbanyak teman
adalah memperbanyak saudara. Sesungguhnya orang yang beriman itu bersaudara.
Orang-orang yang merasakan banyak saudara hidupnya akan lebih ringan. Kita
berbelanja dengan harga yang mahal, kita bersyukur karena bisa menafkahi
pedagang yang masih saudara kita sendiri. Kita naik kendaraan umum
denganmembayar kelebihan, kita bahagia karena sudah memberikan bekal bagi
keluarga keturunan para sopir saudara kita sendiri. Kita mendidik orang lain
sehingga maju namun tidak berterima kasih tidak apa-apa karena mereka adalah
saudara kita sendiri. Semakin banyak yang bisa kita bantu, Insya Allah semakin
berbahagia dan ringan hidup kita ini.
Dan yang terakhir ingatlah baik-baik. Hari ini adalah penutup lembaran lama kita.
Sudah terlalu lama hidup kita gunakan untuk mengkhianati Allah. Sudah terlalu
banyak napas kita diisi lalai pada Allah. Sudah terlalu banyak keringat kita
terkuras untuk menzalimi kebenaran, sudah terlalu banyak harta yang kita
nafkahkan tidak dijalan Allah. Saudaraku sekalian, mau ke mana lagi. Hidup hanya
sekali dan sebentar. Esok lusa mungkin malaikat maut sudah ada di hadapan kita.
Pastikan mulai saat ini, tekadkan dalam hati kita, ya Allah tiada tujuan dalam
hidup kami selain Engkau. Tiada yang kami tuju selain pulang kepada-Mu, ya
Allah. Dunia pasti kami tinggalkan, harta kami tinggalkan, keluarga kami
tinggalkan. Kami ingin bisa berjumpa dengan-Mu, ya Allah. Tuntun dengan amal
yang bisa membuat berjumpa dengan-Mu, ya Allah. Tingkatkan kepada kami
33
segala bekal yang bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu, ya Allah. Karuniakan
segala nikmat yang bisa membuat kami bisa mensyukuri agar kami bisa berjumpa
dengan-Mu. Bebaskan kami dari setiap harta dan kesibukan apa pun yang tidak
bisa membuat kami berjumpa dengan-Mu. Barang siapa yang merindukan
berjumpa dengan Allah, niscaya hari-hari yang dinanti adalah hari-hari pertemuan
dengan Allah. Hari-hari yang diisi dengan bekal untuk pulang. Hidup di dunia
adalah kesenangan yang menipu sejenak saja.
Hakikat Cinta
Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal
tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang
yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.
Hikam:
"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang
diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia
dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)
Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan
Ahmad)
Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi
kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.
Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Allah cirinya adalah orang yang tidak
memaksakan kehendaknya. Tapi ada juga cinta yang menjadi cobaan buat kita
yaitu cinta yang lebih cenderung kepada maksiat. Cinta yang semakin bergelora
hawa nafsu, makin berkurang rasa malu. Dan, inilah yang palingberbahaya dari
cinta yang tidak terkendali.
Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan
cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun lakilaki.
Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin
diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah,
selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.
Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan
berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan
saling bersentuhan.
34
Bagi orang tua yang membolehkan anaknya berpacaran, harus siap-siap
menanggung resiko. Marilah kita mengalihkan rasa cinta kita kepada Allah dengan
memperbanyak sholawat, dzikir, istighfar dan sholat sehingga kita tidak diperdaya
oleh nafsu, karena nafsu yang akan memperdayakan kita. Sepertinya cinta padahal
nafsu belaka.
Ikhlas
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita
melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan
terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di
hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai
pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya
ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun.
Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah
yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi
juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan
yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!
Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat
adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang
ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta
dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan
akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.
Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan
kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan.
Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang
dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke
dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran
kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.
Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas.
Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang
memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang
pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia
akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang
disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa
35
dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun
sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap
qalbu.
Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak
membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati,
Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena
Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.
Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang
ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena
ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan
imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan.
Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman.
Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan
kecewa.
Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun
dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa
yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati
mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah
cibiran.
Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup
ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia
memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat
sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman.
Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.
Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba
yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi
pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat
pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa
aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak
curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa.
Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu
ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia
harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.
Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap katakatanya
tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak
akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas
itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.
36
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad,
sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun
menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata
bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung
tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa
menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang
terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-
Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi
cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu
yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat
apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali
bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di
samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma
menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang,
atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain
karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu
amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara
tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang
yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang
37
dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan
untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang
ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi
tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan
pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita
pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita
ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita
atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan
kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Allaahuakbar.***
Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita
melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan
terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di
hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai
pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya
ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun.
Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah
yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi
juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan
yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!
Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat
adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang
ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta
dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan
akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.
Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan
kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan.
Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang
dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke
dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran
kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.
Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas.
Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang
memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang
pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia
akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang
38
disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa
dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun
sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap
qalbu.
Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak
membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati,
Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena
Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.
Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang
ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena
ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan
imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan.
Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman.
Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan
kecewa.
Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun
dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa
yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati
mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah
cibiran.
Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup
ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia
memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat
sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman.
Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.
Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba
yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi
pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat
pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa
aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak
curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa.
Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu
ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia
harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.
Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap katakatanya
tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak
akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas
itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.
39
Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad,
sebagai berikut :
Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun
menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata
bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung
tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"
Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa
menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang
terbuat dari besi).
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-
Mu yang lebih kuat dari pada besi?"
Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi
cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu
yang lebih kuat dari pada api?"
Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat
apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali
bertanya para malaikta.
Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di
samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma
menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang,
atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain
karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang
teramat dahsyat).
Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"
Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu
amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara
tangan kirinya tidak mengetahuinya."
Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang
40
yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang
dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan
untuk diketahui orang lain.
Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang
ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi
tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan
pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita
pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita
ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita
atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.
Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan
kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan.
Allaahuakbar.***
Ikhlas (2)
Su`udzon atau berburuk sangka dapat membuat hati kita menjadi busuk karena
apapun yang kita sangka akan mempengaruhi cara kita berfikir, cara kita bersikap
dan cara kita mengambil keputusan. Berbahagialah bagi orang-orang yang bisa
berkhusnudzon atau berbaik sangka.
Hikam:
"Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari
kesalahan-kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang diantara mu memakan
daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai, maka tentulah kamu merasa jijik.
Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha menerima taubat lagi maha
penyayang." (QS. Al-Hudzurot: 12)
"Aku ini bagaimana prasangka hambaku kalau ia berprasangka baik maka ia akan
mendapat kebaikan, bila ia berprasangka buruk maka keburukan akan
menimpanya."
Buruk sangka atau su`udzon dapat merusak hati kita, merusak kebahagiaan kita,
merusak akhlak kita, juga merusak apa yang dijanjikan Allah kepada kita. Orang
yang gemar berburuk sangka adalah sedusta-dustanya perkataan, dalam berbaik
sangka atau husnudzon bukannya membenarkan kesalahan tapi minimal kita jadi
tenang, kalau hati sudah tenang, pikiran jernih keputusan bisa kita ambil dengan
sikap yang tepat. Tetapi husnudzon itu hanya kepada orang yang beriman karena
41
jika husnudzon tidak menggunakan ilmu maka akan mendatangkan masalah buat
kita.
Wanita dilarang oleh Allah sembarang menerima tamu laki-laki, karena itu akan
membuat tidak aman dan akan mendatangkan fitnah bagi wanita tersebut. Oleh
karena itu menerima tamu di depan rumah bagi wanita bukannya menghina tamu
tapi demi keamanan dan menghindarkan fitnah dari orang lain. Jika kita berburuk
sangka kepada orang dan orangnya sudah meninggal, maka yang kita lakukan
adalah bertaubat dan minta ampun kepada Allah serta mendo`akan orang
tersebut.
Mudah-mudahan kita bisa memiliki hati yang jernih dan akan mengakibatkan
sikap kita pun menjadi jernih.
Ilmu Pembersih Hati
Ada sebait do'a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk
dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla sebelum seseorang hendak belajar. do'a
tersebut berbunyi : Allaahummanfa'nii bimaa allamtanii wa'allimnii maa yanfa'uni
wa zidnii ilman maa yanfa'unii. dengan do'a ini seorang hamba berharap
dikaruniai oleh-Nya ilmu yang bermamfaat.
Apakah hakikat ilmu yang bermamfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut
bermamfaat apabila mengandung mashlahat - memiliki nilai-nilai kebaikan bagi
sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, mamfaat tersebut menjadi kecil
artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan
kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia
mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu
meningkat pula di hadapan-Nya.
Oleh karena itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermamfaat itu
sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang
berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan
membuka penutup hati." seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut,
Imam Malik bin Anas r.a. berkata, "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian
atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan
Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk
mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri."
Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap
ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang
bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, "Katakanlah : Kalau
sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku,
sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku,
42
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18] :
109).
Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air
di tengah samudera luas. Kendatipun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu
oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah
ia kepada-Nya, niscaya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS.
Al Mujadilah [58] : 11). Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit
pun!
Akan tetapi, walaupun hanya "setetes" ilmu Allah yang dititipkan kepada mnusia,
namun sangat banyak ragamnya. ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita
semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari.
sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, niscaya kita
akan mendapatkan mamfaat darinya.
Hal lain yang hendaknya kita kaji dengan seksama adalah bagaimana caranya agar
kita dapat memperoleh ilmu yang sinar cahayanya dapat meluas di dalam dada
serta dapat membuka penutup hati? Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu,
pernah mengeluh kepada gurunya. "Wahai, Guru. Mengapa ilmu yang sedang
kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?" Sang guru
menjawab, "Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening
dan bersih." Artinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak
maksiatnya.
Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi
majelis-majelis ta'lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk.
Mengapa demikian? itu dikarenakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu.
Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan
cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas.
Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat,
maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati.
Padahal kalau hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang
bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. Walhasil, bila kita
menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal shalih, maka usahakanlah
ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. hati yang bersih adalah
hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah
digunakan untuk menzhalimi sesama. Semakin hati bersih, kita akan semakin
dipekakan oleh Allah untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermamfaat. darimana
pun ilmu itu datangnya. Disamping itu, kita pun akan diberi kesanggupan untuk
menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.
43
Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya. Karenanya, kita
wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang membuat hati kita menjadi bersih,
sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermamfaat.
Bila mendapat air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari
tawas (kaporit) untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita
harus mencari ilmu yang bisa menjadi "tawas"-nya supaya kalau hati sudah bening,
ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa mamfaat.
Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun kalau kita sebagai
penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak bisa tidak ilmu yang
didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka. Sibuk mengkaji ilmu
fikih, hanya akan membuat kita ingin menang sendiri, gemar menyalahkan
pendapat orang lain, sekaligus aniaya dan suka menyakiti hati sesama. Demikian
juga bila mendalami ilmu ma'rifat. Sekiranya dalam keadan hati busuk, jangan
heran kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling shalih, dan
menganggap orang lain sesat.
Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk mengkaji ilmu
kesucian hati dalam rangka ma'rifat, mengenal Allah. Datangilah majelis pengajian
yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan
berdekat-dekat dengan Allah Azza wa Jalla. Kita selalu dibimbing untuk banyak
berdzikir, mengingat Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sadar betapa
teramat kecilnya kita ini di hadapan-Nya.
Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah
tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur, dan sum'ah. Merasa
diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain
bodoh. Itu semua hanya karena sepersekian dari setetes ilmu yang kita miliki?
Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah jua,
yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita?
Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan
ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat
lebih bertaqarub kepada-Nya.***
Indahnya Hidup Bersahaja
Bismillahirrohmaanirrohiim,
Saudara-saudaraku Sekalian,
Kita tidak perlu bercita-cita membangun kota Jakarta, lebih baik kita bercita-cita
tiap orang bisa membangun dirinya sendiri. Paling minimal punya daya tahan
44
pribadi terlebih dahulu. Karenanya sebelum ia memperbaiki keluarga dan
lingkungannya minimal dia mengetahui kekurangan dirinya. Jangan sampai kita
tidak mengetahui kekurangan sendiri. Jangan sampai kita bersembunyi dibalik jas,
dasi dan merk. Jangan sampai kita tidak mempunyai diri kita sendiri. Jadi target
awal dari pertemuan kita adalah membuat kita berani jujur kepada diri sendiri.
Mengapa demikian? Sebab seorang bapak tidak bisa memperbaiki keluarganya,
kalau ia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri. Jangan mengharap memperbaiki
keluarga kalau memperbaiki diri sendiri saja tidak bisa. Bagaimana berani
memperbaiki diri, jika tidak mengetahui apa yang mesti diperbaiki.
Kita harus mengawali segalanya dengan egois dahulu, sebab kita tidak bisa
memperbaiki orang lain kalau diri sendiri saja tidak terperbaiki. Seorang ustad
akan terkesan omong kosong, jika ia berbicara tentang orang lain agar
memperbaiki diri sedang ia sendiri tidak benar. Dalam bahasa Al-Qur’an, "Sangat
besar kemurkaan Allah terhadap orang berkata yang tidak diperbuatnya".
Mudah-mudahan seorang ibu yang tersentuh mulai mengajak suaminya. Seorang
anak mengajak orang tuanya, di kantor seorang bos yang berusaha memperbaiki
diri diperhatikan oleh bawahannya dan membuat mereka tersentuh. Seorang
kakek dilihat oleh cucunya kemudian tersentuh.
Mudah-mudahan dengan kegigihan memperbaiki diri nantinya daya tahan rumah
mulai membaik. Kalau sudah daya tahan rumah membaik insyaAllah, kita bisa
berbuat banyak untuk bangsa kita ini. Mudah-mudahan nanti setiap rumah tangga
visinya tentang hidup ini menjadi baik.
Tahap selanjutnya adalah mau dibawa kemana rumah tangga kita ini, apakah mau
bermewah-mewahan, mau pamer bangunan dan kendaraan atau rumah tangga
kita ini adalah rumah tangga yang punya kepribadian yang nantinya akan menjadi
nyaman. Jangan sampai rumah tangga kita ini menjadi rumah tangga yang
hubuddunya, karena semua penyakit akarnya dari cinta dunia ini. Orang sekarang
menyebutnya materialistis.
Bangsa ini roboh karena pecinta dunianya terlalu banyak. Acara tv membuat kita
menjadi yakin bahwa dunia ini alat ukurnya adalah materi. Pelan tapi pasti kita
harus mulai mengatakan dunia ini tidak ada apa-apanya. Di dunia ini kita hanya
mampir. Dengan konsep yang kita kenal yaitu rumus ‘tukang parkir’. Yang tadinya
bangga dengan merk menjadi malu dengan topeng yang dikenakannya. Nanti
pelan-pelan akanmenjadi begitu.
Bukannya kita harus hidup miskin. Nanti akan terjadi suasana di rumah tidak
goyah, lebih sabar, melihat dunia menjadi tidak ada apa-apanya dan tidak
sombong. Lihat kembali rumus ‘tukang parkir’
, ia punya mobil tidak sombong, mobilnya ganti-ganti tidak takabur, diambil satu
45
persatu sampai habis tidak sakit hati. Mengapa ? karena tukang parkir tidak merasa
memiliki hanya tertitipi.
Ketika melihat orang kaya biasa saja karena sama saja cuma menumpang di dunia
ini jadi tidak menjilat, kepada atasan tidak minder, suasana kantor yang iri dan
dengki jadi minimal.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi visi kita terhadap dunia ini akan berbeda. Kita tidak bergantung lagi kepada
dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan
proporsional.
Sekarang kita sedang krisis, masa ini dapat menjadi momentum karena dengan
krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat, ini kesempatan kita buat
berdakwah.
Mau naik berapa saja harganya tidak apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak
terjangkau jangan beli, yang penting adalah kebutuhan standar tercukupi. Orang
yang sengsara bukan tidak cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas.
Padahal Allah menciptakan kita lengkap dengan rezekinya.
Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia tidak punya apa-apa sampai akhir
hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak
membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus, berpakaian, dan berteduh.
Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih
kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezekinya kita akan bingung
menghadapi hidup. Semua orang sudah ada rezekinya.
Dan barangsiapa yang hatinya akrab dengan Allah dan yakin segala sesuatu milik
Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik Allah. Kita hanya mahluk dan
yang membagi, menahan dan mengambil rezeki adalah Allah. Orang yang yakin
seperti itu akan dicukupi oleh Allah.
Jadi kecukupan kita bukan banyak uang, tetapi kecukupan kita itu bergantung
dengan keyakinan kita terhadap Allah dan berbanding lurus dengan tingkat
tawakal. Allah berjanji "Aku adalah sesuai dengan prasangka hamba-Ku". Jadi
jangan panik. Allah penguasa semesta alam.
Ini kesempatan buat kita untuk mengevaluasi pola hidup kita. Yang membuat kita
terjamin adalah ketawakalan. Jadi yang namanya musibah bukan kehilangan uang,
bukan kena penyakit, musibah itu adalah hilangnya iman. Dan orang yang cacat
adalah yang tidak punya iman, ia gagal dalam hidup karena tidak mengerti mau
kemana.
46
Jadi kita tidak punya alasan untuk panik. Krisis seperti ini ada diman-mana, kita
harus kemas agar berguna bagi kita. Kita tidak bisa mengharapkan yang terbaik
terjadi pada diri kita, tapi kita bisa kemas agar menjadi yang terbaik bagi diri kita.
Kita tidak bisa mengharapkan orang menghormati kita, tapi kita bisa membuat
penghinaan orang menjadi yang terbaik bagi diri kita.
Hal pertama yang harus kita jadikan rahasia kecukupan kita adalah ketawakalan
kita dan kedua adalah prasangka baik kepada Allah, yang ketiga adalah
Lainsakartum laadziddanakum,"Barangsiapa yang pandai mensyukuri nikmat yang
ada, Allah akan membuka nikmat lainnya. Jadi jangan takut dengan belum ada,
karena yang belum ada itu mesti ada kalau pandai mensyukuri yang telah ada.
Jadi dari pada kita sibuk memikirkan harga barang yang naik lebih baik
memikirkan bagaimana mensyukuri yang ada. Karena dengan mensyukuri nikmat
yang ada akan menarik nikmat yang lainnya. Jadi nikmat itu sudah tersedia.
Jangan berpikir nikmat itu uang. Uang bisa jadi fitnah. Ada orang yang dititipi
uang oleh Allah malah bisa sengsara, karena ia jadi mudah berbuat maksiat. Yang
namanya nikmat itu adalah sesuatu yang dapat membuat kita dekat dengan Allah.
Jadi jangan takut soal besok/lusa, takutlah jika yang ada tidak kita syukuri.
Satu contoh hal yang disebut kurang syukur dalam hidup itu adalah kalau hidup
kita itu Ishro yaitu berlebihan, boros, dan bermewah-mewahan. Hati-hati yang
suka hidup mewah, yang senang kepada merk itu adalah kufur nikmat. Mengapa?
Karena setiap Allah memberi uang itu ada hitungannya. Mereka yang terbiasa
glamour, hidup mewah, yang senang kepada merk termasuk yang akan menderita
karena hidupnya akan biaya tinggi. Pasti merk itu akan berubah-ubah tidak akan
terus sama dalam dua puluh tahun. Harus siap-siap menderita karena akan
mengeluarkan uang banyak utnuk mengejar kemewahannya, untuk menjaganya
dan untuk perawatannya.
Dia juga akan disiksa oleh kotor hati yaitu riya'. Makin mahal tingkat pamernya
makin tinggi. Dan pamer itu membutuhkan pikiran lebih, lelah dan tegang karena
rampok akan berminat. Inginnya diperlihatkan tapi takut dirampok jadinya
pening. Makin tinggi keinginan pamer makin orang lain menjadi iri/dengki.
Pokoknya kalau kita terbiasa hidup mewah resikonya tinggi. Ketentraman tidak
terasa. Hal yang bagus itu adalah yang disebut syukur yaitu hidup bersahaja atau
proporsional. Kalau Amirul Mukminin hidupnya sangat sederhana, kalau seperti
kita ini hidup bersahaja saja, biaya dan perawatan akan murah.
Kalau kita terbiasa hidup bersahaja peluang riyanya kecil. Tidak ada yang perlu
dipamerkan. Bersahaja tidak membuat orang iri. Dan anehnya orang yang
bersahaja itu punya daya pikat tersendiri. Pejabat yang bersahaja akan menjadi
pembicaraan yang baik. Artis yang sholeh dan bersahaja selalu bikin decak kagum.
Ulama yang bersahaja itu juga membuat simpati.
47
Juga harus hati-hati kita sudah capai-capai hidup glamor belum tentu dipuji
bahkan saat sekarang ini akan dicurigai.Yang paling penting sekarang ini kita
nikmati budaya syukur dengan hidup proporsional.
Jangan capai dengan gengsi, hal itu akan membuat kita binasa. Miliki kekayaan
pada pribadi kita bukan pada topeng kita. Percayalah rekan-rekan sekalian kita
akan menikmati hidup ini jika kita hidup proporsional.
Nabi Muhammad SAW tidak memiliki singgasana, istana bahkan tanda jasa
sekalipun hanya memakai surban Tetapi tidak berkurang kemuliaanya sedikitpun
sampai sekarang. Ada orang kaya dapat mempergunakan kekayaannya. Dia bisa
beruntung jika ia rendah hati dan dermawan. Tapi ia bisa menjadi hina gara-gara
pelit dan sombong. Ada orang sederhana ingin kelihatan kaya inilah yang akan
menderita. Segala sesuatu dikenakan, segalanya dicicil, dikredit. Ada juga orang
sederhana tapi dia menjadi mulai karena tidak meminta-minta, jadi terjaga harga
dirinya. Dan ada orang yang mampu dan ia menahan dirinya ini akan menjadi
mulia.
Mulai sekarang tidak perlu tergiur untuk membeli yang mahal-mahal, yang
bermerk. Supermarket, mal dan sebagainya itu sebenarnya tidak menjual barangbarang
primer. Allah Maha Menyaksikan.
Apa yang dianjurkan Islam adalah jangan sampai mubadzir. Rasul SAW itu kalau
makan sampai nasi yang terakhir juga dimakan, karena siapa tahu disitulah
barokahnya. Kalau kita ke undangan pesta jangan mengambil makanan
berlebihan. Ini sangat tidak islami. Memang kita enak saja rasanya tapi demi Allah
itu pasti dituntut oleh Allah. Dan itu mempengaruhi struktur rezeki kita, karena
kita sudah kufur nikmat. Kita harus bisa mempertanggungjawabkan setiap
perbuatan kita karena tidak ada yang kecil dimata Allah. Tidak ada pemborosan
karena semua dihitung oleh Allah.
Contohnya mandi, kalau bisa bersih dengan lima sampai tujuh gayung tapi
mengapa harus dua puluh gayung. Kita mampu beli air tetapi bukan untuk boros.
Ini penting kalau ingin barokah rezekinya, hematlah kuncinya.
Kalau merokok biaya yang kita keluarkan adalah besar hanya untuk membuang
asap dari mulut kita. Jangan cari alasan. Seharusnya sudah saatnya berhenti
merokok. Cobalah ingat ini uang milik Allah.
Kemudian sabun mandi, jangan memakai sesuka kita, takarlah atau kalau perlu
pakai sabun batangan. Kenapa kalau kita bisa hemat tidak kita lakukan. Uang
penghematan kita bisa gunakan untuk sedekah atau menolong orang yang lebih
membutuhkan. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah
48
dan bertambah.
Ini pelajaran supaya hidup kita dijamin oleh Allah. Kita tidak bisa terjamin oleh
harta/tabungan, kalau Allah ingin membuat penyakit seharga dua kali tabungan
kita sangat gampang bagi Allah. Tidak ada yang dapat menjamin kita kecuali Allah
oleh karena itu jangan merasa aman dengan punya tabungan, tanah, dan warisan.
Dengan gampang Allah dapat mengambil itu semua tanpa terhalang. Aman itu
justru kalau kita bisa dekat dengan Allah. Mati-matian kita jaga kesehatan, kalau
Allah inginkan lain gampang saja. Semua harta tidak bisa kita nikmati, tetapi kalau
Allah melindungi kita Insya Allah.
Marilah hidup hemat, tetapi hemat bukan berarti pelit. Proporsional atau adil
adalah puncak dari ahlak Contohnya HP, kalau tidak terlalu perlu jual saja lagi.
Janganlah dimiliki kalau hanya untuk gaya saja. Penghematan akan mengundang
barokah inilah yang disebut syukur nikmat. Tujuan bukan mencari uangnya tetapi
mempertanggung jawabkan setiap rupiah yang Allah titipkan.
Hal lain yang membuat barokah adalah jika kita dapat mendayagunakan semua
barang-barang kita. Di gudang kita pasti banyak barang yang tidak kita pakai tetapi
sayang untuk dibuang. Coba lihat lemari pakaian kita banyak baju-baju lama,
begitu juga sepatu-sepatu lama kita. Keluarkanlah barang-barang yang tidak
berharga tersebut.
Misalkan dirumah kita ada panci yang sudah rongsokan, jika kita keluarkan
ternyata merupakan panci idaman bagi orang lain. Di rumah kita tidak terpakai
tetapi jika dipakai orang lain dengan kelapangannya dan mengeluarkan doa bisa
jadi itulah yang membuat kita terjamin.
Kalau kita ikhlas, demi Allah itu lebih menjamin rezeki kita daripada tidak
terpakai di rumah. Setiap barang-barang yang tidak bermanfaat tetapi bermanfaat
bagi orang lain itulah pengundang rezeki kita. Bersihkan rumah kita dari barangbarang
yang tidak berguna. Lebih baik rusak digunakan orang lain daripada rusak
dibiarkan di rumah, itu akan barokah rezekinya.
Ini kalau kita ingin terjamin, namanya teori barokah. Kita tidak akan terjamin
dengan teori ekonomi manapun. Sudah berapa banyak sarjana ekonomi yang
dihasilkan oleh universitas di negeri ini tetapi Indonesia masih saja babak belur.
Rumusnya pertama adalah bersahaja, kedua adalah total hemat, ketiga adalah
keluarkan yang tidak bermanfaat, yang keempat adalah setiap kita mengeluarkan
uang harus menolong orang lain atau manfaat.
Kalau mau belanja niatkan jangan hanya mencari barang tetapi juga menolong
orang. Belilah barang di warung pengusaha kecil yang dapat menolong omzetnya.
49
Hati-hati dengan menawar, pilihannya kalau itu merupakan hal yang adil. Jangan
bangga kalau kita berhasil menawar. Nabi Muhammad SAW bahkan kalau beli
barang dilebihkan uangnya dari harga barang yang sebenarnya. Tidak akan
berkurang harta dengan menolong orang. Jangan memilih barang-barang yang
bagus semua pilihlah yang jeleknya sebagian. Kita itu untung jika membuat
sebanyak mungkin orang lain untung. Jangan jadi bangga ketika kita sendiri
untung orang lain tidak.
Jika kita jadi pengusaha, kita jadi kaya ketika karyawannya diperas tenaganya,
gajinya hanya pas buat makan, sedang kita berfoya-foya, demi Allah kita akan
rugi. Pengusaha Islam sejati tidak akan berfoya-foya, ia akan menikmati
karyawannya sejahtera. Sehingga tidak timbul iri, yang ada adalah cinta. Cinta
membuat kinerja lebih bagus, perusahaan lebih sehat. Kalau kapitalis,
pengusahanya bermewah-mewah ketika bawahannya menderita. Jadi timbul
dendam dan iri setiap ada kesempatan akan marah seperti yang terjadi di Bandung
kemarin. Tetapi kalau kita senang mensejahterakan mereka, anaknya kita
sekolahkan. Dia merasa puas dan itulah namanya keuntungan.
Jadi mulai sekarang setiap membelanjakan uang harus menolong orang,
membangun ekonomi umat. Jadi setiap keluar harus multi manfaat bukan hanya
dapat barang. Dengan membeli barang di warung kecil mungkin uangnya untuk
menyekolahkan anaknya, membeli sejadah, membeli mukena, Subhanallah.
Saudara-saudaraku Sekalian,
Jadi krisis seperti ini akan berdampak positif kalau kita bisa mengemasnya dengan
baik. Nantinya ketika strategi rumah kita sudah bersahaja, kehidupan kita jadi
efisien, anak-anak terbiasa hidup hemat, kita di rumah tidak mempunyai beban
dengan banyaknya barang.
Barang yang ada di rumah harus ada nilai tambahnya, bukan biaya tambah. Setiap
blender harus ada nilai produktifnya misalnya untuk membuat jus kemudian
dijual, pasti barokah. Bukannya membuat biaya tambah karena harus diurus,
dirawat dan membutuhkan pengamanan, barang yang seperti ini tidak boleh ada
di rumah kita. Rezeki kita pasti ada tinggal kita kreatif saja. Tidak perlu panik
Allah Maha Kaya.
Sebagai amalan lainnya, dalam situasi sesulit apapun tetaplah menolong orang lain
karena setiap kita menolong orang lain kita pasti ditolong oleh Allah. Jika makin
pahit, makin getir harus makin produktif bagi orang lain. Baik sukses maupun
tidak tetap lakukan dimanapun kita berada. Ketika kita sedang berjalan kaki,
kemudian ada mobil yang hendak parkir bisa kita beri aba-aba. Ketika kita
menyetir mobil ada yang mau menyebrang, dahulukan saja, kita tidak tahu apa
yang akan menimpa kita esok hari. Ketika kita sedang mengantri ada orang yang
memotong, berhentilah sebentar, dengan mengalah berhenti barang lima menit
50
tetapi membuat banyak orang bahagia.
Jadi insya Allah kalau hati kita sudah berbenah baik, krisis ini akan lebih membuat
hidup kita lurus. Hidup ini tidak akan kemana-mana kecuali menunggu mati.
Latihlah supaya kita sadar bahwa kita pasti mati tidak membawa apa-apa. Kita
hanya mampir sebentar di dunia ini.
Alhamdulilahirobil’alamin
Indahnya Kasih Sayang
Mahasuci Allah, zat yang mengaruniakan kasih sayang kepada makhluk-makhluk-
Nya. Tidaklah kasih sayang melekat pada diri seseorang, kecuali akan
memperindah orang tersebut, dan tidaklah kasih sayang akan terlepas dari diri
seseorang, kecuali akan memperburuk dan menghinakan orang tersebut.
Betapa tidak? Jikalau kemampuan kita menyayangi orang lain tercabut, maka
itulah biang dari segala bencana, karena kasih sayang Allah Azza wa Jalla ternyata
hanya akan diberikan kepada orang-orang yang masih hidup kasih sayang di
qolbunya.
Karenanya, tidak bisa tidak, kita harus berjuang dengan sekuat tenaga agar hati
nurani kita hidup. Tidak berlebihan jikalau kita mengasahnya dengan merasakan
keterharuan dari kisah-kisah orang yang rela meluangkan waktu untuk
memperhatikan orang lain. Kita dengar bagaimana ada orang yang rela
membacakan buku, koran, atau juga surat kepada orang-orang tuna netra, sehingga
mereka bisa belajar, bisa dapat informasi, dan bisa mendapatkan ilmu yang lebih
luas.
Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda, "Allah SWT mempunyai seratua rahmat
(kasih sayang), dan menurunkan satu rahmat (dari seratus rahmat) kepada jin,
manusia, dan hewan melata. Dengan rahmat itu mereka saling berbelas kasihan
dan berkasih sayang, dan dengannya pula binatang-binatang buas menyayangi
anak-anaknya. Dan (Allah SWT) menangguhkan 99 bagian rahmat itu sebagai
kasih sayang-Nya pada hari kiamat nanti." (HR. Muslim)
Dari hadits ini nampaklah, bahwa walau hanya satu rahmat-Nya yang diturunkan
ke bumi, namun dampaknya bagi seluruh makhluk sungguh luar biasa dahsyatnya.
Kasih sayang dapat diibaratkan sebuah mata air yang bergejolak keinginannya
untuk melepaskan beribu-ribu kubik air bening yang membuncah dari dalamnya
tanpa pernah habis. Kepada air yang telah mengalir untuk selanjutnya menderas
51
mengikuti alur sungai menuju laut, mata air sama sekali tidak pernah
mengharapkan ia kembali.
Tidak ada salahnya agar muncul kepekaan kita menyayangi orang lain, kita
menyayanginya dengan menyayangi kita dulu.
Jangan meremehkan makhluk ciptaan Allah, sebab tidaklah Allah menciptakan
makhluk-Nya dengan sia-sia. Semua yang Allah ciptakan syarat dengan ilmu,
hikmah, dan ladang amal. Semua yang bergerak, yang terlihat, yang terdengar, dan
apa saja karunia dari Allah Azza wa Jalla adalah jalan bagi kita untuk bertafakur
jikalau hati ini bisa merabanya dengan penuh kasih sayang.
Bagi orang yang tidak hidup kasih sayang di qolbunya, ketika datang orang yang
akan meminjam uang, justru yang terlintas dalam pikirannya seolah-olah harta
yang dimilikinya akan diambil oleh dia, bukannya memberi, malah dia ketakutan
hartanya akan habis atau bahkan jatuh miskin.
Ingatlah bahwa hidupnya hati hanya bisa dibuktikan dengan apa yang bisa kita
lakukan untuk orang lain dengan ikhlas. Apa artinya hidup kalau tidak punya
mamfaat? Padahal hidup di dunia cuma sekali dan itupun hanya mampir sebentar
saja. Insya Allah bagi yang telah tumbuh kasih sayang di qolbunya, Allah Azza wa
Jalla, Zat yang Maha Melimpah Kasih Sayang-Nya akan mengaruniakan ringannya
mencari nafkah dan ringan pula dalam menahkahkannya di jalan Allah, ringan
dalam mencari ilmu dan ringan pula mengajarkannya kepada orang lain.
Cara lain yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk menghidupkan hati nurani agar
senantiasa diliputi nur kasih sayang dengan melakukan banyak silaturahmi kepada
orang-orang yang dilanda kesulitan. Belajarlah terus untuk melihat orang yang
kondisinya jauh di bawah kita, Insya Allah hati kita akan melembut karena
senantiasa tercahayai pancaran sinar kasih sayang. Dan berhati-hatilah bagi orang
yang bergaulnya hanya dengan orang-orang kaya, orang-orang terkenal, artis, atau
orang-orang elit lainnya, karena yang muncul justru rasa minder dan perasaan
kurang dan kurang akan dunia ini, Masya Allah.
Jalin Kebersamaan
Saudara-saudaraku warga Bandung yang budiman, sudah kita saksikan dan kita
rasakan bersama betapa tindakan-tindakan yang tidak bijaksana, bahkan anarkis
(membuat kerusakan) selain tidak menyelesaikan masalah, yang terjadi malah
menambah masalah. Betapa tindakan-tindakan yang membuat kerusakan dimana
pun dan kapan pun ternyata mengakibatkan beragam masalah yang tiba-tiba
52
muncul, secara diduga atau tidak. Diantara akibat yang dapat kita amati dari
kejadian aksi anarkis yang terjadi di kota tercinta ini adalah :
Pertama, nama baik warga kota tercinta ini menjadi tercoreng. Betapa seluruh
warga merasakan aib dan malu yang tentu tidak begitu saja untuk melupakannya.
Lebih dari itu, tidak begitu mudah pula bagi kita untuk mengembalikan citra kota
tercinta ini sebagai kota yang aman, tenteram, damai, dan berperilaku mulia.
Kedua, bagi saudara-saudara kita yang khilaf melakukan perusakan dalam aksi
yang sepatutnya kita hormati bersama ini, maka justru institusi buruh yang
diatasnamakannya, kini harus menanggung citra yang kurang bagus. Sebagian
masyarakat merasa kurang berkenan dengan aksi-aksi yang membuat kerusakan
seperti ini, walaupun sangat mungkin kejadian ini bagian dari ulah provokator,
yang memang sedang mencari-cari kesempatan untuk memperkeruh keadaan kota
kita ini. Apalagi untuk mengembalikan citra sebagai kota yang cinta kedamaian ini
pun butuh waktu yang lama dan perjuangan keras.
Ketiga, timbul keresahan di masyarakat. Kejadian ini memunculkan pula suasana
masyarakat yang kurang nyaman. Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu,
kepentingan umat terabaikan, dan bahkan mengakibatkan warga yang
membutuhkan pelayanan kesehatan darurat pun tidak terlayani. Begitulah yang
dapat kita amati dari kejadian yang menimpa kota tercinta ini.
Saudara-saudaraku warga Bandung sekalian, kejadian ini sudah semestinya
menjadi pelajaran bagi kita semua. Dan diantara yang bisa kita ambil hikmahnya
adalah kita harus punya tekad yang sama untuk membangun kebersamaan di kota
tercinta ini. Jangan biarkan kekerasan menjadi solusi dari permasalahan yang ada.
Lebih dari itu masalah yang sedang menimpa kita semua adalah bagian dari
karunia Allah SWT yang dapat membuat kita menjadi lebih maju, lebih beradab,
dan lebih kuat dalam menghadapi masa yang akan datang, sepanjang kita
menyikapinya dengan cara yang benar. Bagi orang yang imannya kokoh tidak
pernah ada kejadian yang merugikan. Diberi nikmat kita bersyukur, syukur itulah
kebaikan. Diberi ujian kita bersabar, sabar itu pun kebaikan. Kerugian hanyalah
milik orang-orang yang tidak punya keyakinan yang kokoh dan tidak punya
akhlak yang mulia.
Oleh karenanya, dalam kondisi bangsa yang kurang kondusif ini, ada beberapa hal
yang dapat kita lakukan :
1. Marilah kita budayakan hidup bersahaja. Karena hidup bermewah-mewah,
hidup glamour, hidup senang kepada yang bermerek, hidup menjadi korban mode,
adalah hidup dengan biaya yang sangat tinggi. Hidup bersahaja terbukti membuat
hidup ini lebih indah, lebih murah, dan lebih terhormat. Apalagi dalam hidup
keseharian kita pun, kita akan lebih suka dan terpesona kepada orang yang gaya
53
hidupnya bersahaja dibanding dengan orang yang menyiksa diri dengan menjadi
korban mode, menjadi korban zaman, menjadi korban sesuatu yang tidak bernilai
dalam pandangan Allah SWT.
2. Marilah kita budayakan total hemat. Aktivitas apapun yang mampu kita hemat,
tanpa mengurangi produktivitas, ada baiknya jika kita lakukan penghematan. Yang
namanya rejeki tidak harus dari yang tidak ada, tapi dari yang ada kita hemat
sekuat kemampuan, maka itu pun menjadi rejeki karunia-Nya. Mulai sekarang
biasakanlah kita untuk menghemat listrik, air, minyak, bensin, ongkos, jajan, atau
apa saja yang bisa kita hemat. Lihatlah, kalau kita melakukan penghematan ini,
sepertinya kita akan kaget, karena walaupun dari satu sisi rejeki kita hanya sedikit
tapi kalau yang kecil-kecil kita hemat dan gabungkan maka akan menjadi sebuah
bekal yang lebih dari memadai.
3. Marilah kita biasakan hidup terencana dengan baik. Jangan melakukan apapun
tanpa direncanakan terlebih dahulu. Kita tahu rumusnya, "gagal dalam
merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan". Bayangkan saja jikalau kita
berangkat ke suatu tempat tanpa peraencanaan yang matang, maka kita hanya
akan buang-buang waktu, buang-buang tenaga, dan buang-buang biaya saja.
Begitu pun dalam mengeluarkan anggaran kehidupan ini, biasakanlah kita menjadi
warga yang selalu merencanakan apapun yang akan kita lakukan. Insya Allah kita
akan hemat waktu, hemat biaya, hemat pikiran, dan lebih dari itu, dekat dengan
kesuksesan.
4. Marilah kita budayakan untuk selalu berhati-hati, berperhitungan, dan tidak
ceroboh. Kita tahu betapa banyak biaya yang keluar karena kecerobohan diri kita.
Kelalaian dalam berwirausaha, misalnya, akan membuat kita tertipu, kelalaian
menjaga diri akan membuat kita celaka. Setiap kecerobohan ternyata akan selalu
menguras biaya yang tinggi. Orang yang hidupnya selalu berhati-hati akan selalu
meminimalisir resiko, yang berarti meminimalisir pula kebutuhan-kebutuhan dan
biaya yang akan keluar jikalau kita ceroboh.
5. Allah Mahatahu kebutuhan kita lebih dari kita sendiri. Sesulit apapun keadaan,
rejeki kita tetap ada. Hanya saja kita harus lebih kreatif dan sungguh-sungguh.
Karenanya, marilah kita bersunguh-sungguh berikhtiar secara lahir, juga ikhtiar
batin dengan memperkuat ibadah kita. Diantaranya dengan shalat tepat pada
waktunya, setiap malam kita bertahajud, Senin – Kamis kita shaum, tiap hari kita
upayakan membaca Al-Qur’an, dan juga tiap hari kita usahakan untuk bersedekah
walaupun dalam keadan terbatas. Insya Allah dengan kekuatan fisik, kekuatan
pikir, dan kekuatan batin, maka semoga ujian yang menimpa kita semua ini malah
akan meningkatkan kualitas diri kita sehingga kita bisa menyongsong masa depan
yang lebih baik, lebih barokah, dan lebih sukses dunia maupun akhirat.
Selamat berjuang saudara-saudaraku.***
54
Keluarga Kunci Kesuksesan
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Seringkali kita dengar orang-orang yang membangunkarir bertahun-tahun
akhirnya terpuruk oleh kelakuan keluarganya. Ada yang dimuliakan di kantornya
tapi dilumuri aib oleh anak-anaknya sendiri, ada yang cemerlang karirnya di
perusahaan tapi akhirnya pudar oleh perilaku istrinya dan anaknya. Ada juga yang
populer di kalangan masyarakat tetapi tidak populer di hadapan keluarganya. Ada
yang disegani dan dihormati di lingkungannya tapi oleh anak istrinya sendiri
malah dicaci, sehingga kita butuh sekali keseriusan untuk menata strategi yang
tepat, guna meraih kesuksesan yang benar-benar hakiki. Jangan sampai kesuksesan
kita semu. Merasa sukses padahal gagal, merasa mulia padahal hina, merasa terpuji
padahal buruk, merasa cerdas padahal bodoh, ini tertipu!
Penyebab kegagalan seseorang diantaranya :
* Karena dia tidak pernah punya waktu yang memadaiuntuk mengoreksi dirinya.
Sebagian orang terlalu sibuk dengan kantor, urusan luar dari dirinya akibatnya dia
kehilangan fondasi yang kokoh. Karena orang tidak bersungguh-sungguh
menjadikan keluarga sebagai basis yang penting untuk kesuksesan.
* Sebagian orang hanya mengurus keluarga dengan sisa waktu, sisa pikiran, sisa
tenaga, sisa perhatian, sisa perasaan, akibatnya seperti bom waktu. Walaupun uang
banyak tetapi miskin hatinya. Walaupun kedudukan tinggi tapi rendah keadaan
keluarganya.
Oleh karena itulah, jikalau kita ingin sukses, mutlak bagi kita untuk sangat serius
membangun keluarga sebagai basis (base), Kita harus jadikan keluarga kita menjadi
basis ketentraman jiwa. Bapak pulang kantor begitu lelahnya harus rindu
rumahnya menjadi oase ketenangan. Anak pulang dari sekolah harus merindukan
suasana aman di rumah. Istri demikian juga. Jadikan rumah kita menjadi oase
ketenangan, ketentraman, kenyamanan sehingga bapak, ibu dan anak sama-sama
senang dan betah tinggal dirumah.Agar rumah kita menjadi sumber ketenangan,
maka perlu diupayakan:
# Jadikan rumah kita sebagai rumah yang selalu dekat dengan Allah SWT, dimana
di dalamnya penuh dengan aktivitas ibadah; sholat, tilawah qur'an dan terus
menerus digunakan untuk memuliakan agama Allah, dengan kekuatan iman,
ibadah dan amal sholeh yang baik, maka rumah tersebut dijamin akan menjadi
sumber ketenangan.
55
# Seisi rumah Bapak, Ibu dan anak harus punya kesepakatan untuk mengelola
perilakunya, sehingga bisa menahan diri agar anggota keluarga lainnya merasa
aman dan tidak terancam tinggal di dalam rumah itu, harus ada kesepakatan
diantara anggota keluarga bagaimana rumah itu tidak sampai menjadi sebuah
neraka.
# Rumah kita harus menjadi "Rumah Ilmu" Bapak, Ibu dan anak setelah keluar
rumah, lalu pulang membawa ilmu dan pengalaman dari luar, masuk kerumah
berdiskusi dalam forum keluarga; saling bertukar pengalaman, saling memberi
ilmu, saling melengkapi sehingga menjadi sinergi ilmu. Ketika keluar lagi dari
rumah terjadi peningkatan kelimuan, wawasan dan cara berpikir akibat masukan
yang dikumpulkan dari luar oleh semua anggota keluarga, di dalam rumah diolah,
keluar rumah jadi makin lengkap.
# Rumah harus menjadi "Rumah pembersih diri" karena tidak ada orang yang
paling aman mengoreksi diri kita tanpa resiko kecuali anggota keluarga kita. Kalau
kita dikoreksi di luar resikonya terpermalukan, aib tersebarkan tapi kalau
dikoreksi oleh istri, anak dan suami mereka masih bertalian darah, mereka akan
menjadi pakaian satu sama lain. Oleh karena itu,barangsiapa yang ingin terus
menjadi orang yang berkualitas, rumah harus kita sepakati menjadi rumah yang
saling membersihkan seluruh anggota keluarga. Keluar banyak kesalahan dan
kekurangan, masuk kerumah saling mengoreksi satu sama lain sehingga keluar
dari rumah, kita bisa mengetahui kekurangan kita tanpa harus terluka dan
tercorengkarena keluarga yang mengoreksinya.
# Rumah kita harus menjadi sentra kaderisasi sehingga Bapak-Ibu mencari nafkah,
ilmu, pengalaman wawasan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anak
kita sehingga kualitas anak atau orang lain yang berada dirumah kita, baik anak
kandung, anak pungut atau orang yang bantu-bantu di rumah, siapa saja akan
meningkatkan kualitasnya. Ketika kita mati, maka kita telah melahirkan generasi
yang lebih baik.
Tenaga, waktu dan pikiran kita pompa untuk melahirkan generasi-generasi yang
lebih bermutu, kelak lahirlah kader-kader pemimpin yang lebih baik. Inilah
sebuah rumah tangga yang tanggung jawabnya tidak hanya pada rumah tangganya
tapi pada generasi sesudahnya serta bagi lingkungannya.
Keluh Kesah
Hidup di kota besar semacam Jakarta atau Bandung membutuhkan kekuatan iman
dan kekuatan mental. Macet di perjalanan dalam waktu-waktu tertentu adalah
56
suatu permasalahan yang kadangkala sering kita hadapi. Tak heran bila untuk
sebuah perjalanan, kalau kita tidak memakai strategi yang bagus, tidak memakai
perencanaan yang matang, maka kemacetan akan benar-benar mencuri waktu
begitu lama. Terkadang bisa berjam-jam di jalan. Kalau saja tidak berusaha untuk
bening hati, sepertinya sepanjang jalan yang terjadi hanya dongkol dan marahmarah.
"Aduh , kapan sampainya! Aduh, kok ini lama banget! Aduh, kok macet
terus!" Mungkin ungkapannya seperti itu. Aduh dan aduh.
Padahal kata-kata aduh, kalau hanya tanda keluh kesah, sebetulnya tidak
menyelesaikan masalah. Justru kata-kata yang terlontar itu menunjukkan
ketidaksabaran kita. Apalagi tiba-tiba di pinggir jalan ada kendaraan lain berhenti
seenaknya. Kita boleh kecewa dan melihat ini sebagai sesuatu yang harus
diperbaiki. Tetapi, tidak berarti kita harus sengsara dengan marah-marah atau
berkeluh kesah. Mata terbeliak dan mulut kadang berucap "Minggir, dong!"
Mungkin inginnya menghardik seperti itu. Tetapi, alangkah lebih baiknya jika kita
menyapa dengan kata yang lemah lembut, "Maaf, Pak! Boleh agak ke pinggir
sedikit!" Ungkapan seperti ini nampaknya akan lebih ringan ke dalam hati, dari
pada melotot dengan menggunakan otot.
Boleh jadi kalau sudah banyak kedongkolan, selain akan banyak berkeluh kesah,
juga akan menjadikan diri lebih emosional. Ini yang paling merugikan. Bagi kita
maupun orang lain. Kita harus mengukur kehilangan waktu dalam beberapa menit
atau beberapa jam, padahal waktu tersebut sebenarnya dapat menjadi tambahan
ilmu dan kemampuan diri kita. Ada baiknya, selama perjalanan lengkapi diri
dengan sumber-sumber ilmu, baik berupa kaset ceramah, nasyid, atau kaset
murotal Qur’an. Sumber-sumber ini akan menambah percepatan keilmuan kita,
disamping akan membuat kita tidak tergoda untuk ber-aduh ria. "Aduh, terlambat
nih! Aduh, sialan kamu! Aduh, ada yang ketinggalan nih!" Kata-kata seperti ini
sebetulnya tidak perlu dikeluarkan! Karena tidak menyelesaikan masalah. Lebih
baik kita isi dengan do’a : "Ya Allah, semoga saya datang tepat waktu, semoga ada
jalan keluar dari kemacetan ini". Kata-kata ini akan lebih produktif dibandingkan
dengan kata "aduh".
Marilah kita meminimalisirkan keluh-kesah seperti ini. Apalagi bagi kita pun ada
kenikmatan tersendiri bila kita bicara lebih santun. Kesantunan akan membuat
batin kita lebih ringan dari pada berperilaku emosional. Lebih dari itu, kelembutan
akan mampu menaklukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan dengan kekerasan. Itu
sudah bagian dari rumusnya. Karena, kalau orang-orang keras dilawan dengan
kekerasan, maka itu akan merasa bagian dari dunianya. Tapi, kalau orang-orang
yang bertemperamen keras itu diberi kelembutan yang tulus dari lubuk hati yang
paling dalam, Isya Allah mereka akan terbawa lembut juga. Contohnya, orang
sekeras Umar bin Khattab atau Khalid bin Walid bisa jatuh tersengkur menagis
oleh lembutnya alunan Al-Qur’an.
57
Berkeluh kesah seringkali membuat kita terdramatisasi oleh masalah. Seakan-akan
rencana dan keinginan kita lebih baik daripada yang terjadi. Padahal, belum tentu.
Siapa tahu, di balik kejadian yang mengecewakan menurut kita, ternyata sarat
dengan perlindungan Allah dan sarat dengan terkabulnya harapan-harapan kita.
Tiap melakukan kekeliruan, kita ditolong Allah dengan memberikan tuntunan-
Nya. Tuntunan itu tidak harus dengan terkabulnya keinginan yang kita
mohonkan. Bisa jadi terkabulnya do’a itu bertolak belakang dengan yang kita
minta. Karena Allah Mahatahu di balik apapun keinginan kita. Baik keinginan
jangka pendek, maupun keinginan jangka panjang. Baik kerugian duniawi maupun
kerugian ukhrawi. Baik kerugian secara materi maupun secara kerugian mental.
Kita tidak bisa mendeteksi secara cermat. Kadang-kadang kita hanya
mendeteksinya sesuai dengan keperluan hawa nafsu kita.
Kelihatannya sepele mengaduh ini. Tetapi, itu akan menjadi kualifikasi
pengendalian diri kita. Ketahuilah bahwa kualitas seseorang itu tidak diukur
dengan sesuatu yang besar-besar, tetapi oleh yang kecil-kecil. Kalau kita ingin
melihat kompleks perumahan yang berkualitas, maka kita lihat saja panjang
pendek rumput di halamannya. Kalau berkualitas dan terawat dengan baik, maka
rumputnya pun akan nampak terawat dengan baik. Marilah kita respon setiap
kejadian demi kejadian dengan respon lisan yang positif. Mengapa? Karena setiap
respon akan mempengaruhi persepsi kita terhadap masalah yang kita hadapi dan
cara kita menyelesaikannya. Lebih dari itu akan berdampak pula kepada orangorang
di sekitar kita. Jadi, sapaan-sapaan, teguran-teguran, komentar-komentar,
celetukan-celetukan ini harus benar-benar bernilai produktif. Tidak hanya berarti
bagi diri kita, tetapi juga bagi orang di sekitar kita.
Apalagi keluh kesah termasuk penyakit hati, yaitu bentuk ketidaksabaran kita
dalam menerima ketentuan dari Allah. Ada hadits qudsi yang menyatakan bahwa
"Barang siapa yang tidak ridha terhadap ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas
musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits qudsi ini, nampaklah bahwa segala apapun yang Allah karuniakan
kepada kita, maka kita harus menerimanya dengan ridha. Oleh karenanya, kita
tidak perlu banyak mengaduh atau berkeluh kesah. Sedapat mungkin kurangi
aduh-mengaduh ini. Jauh akan lebih produktif jikalau kita optimalkan waktu
dengan banyak berdo’a dan menambah kualitas keilmuan diri serta terus
menyempurnakan ikhtiar di jalan Allah yang diridhai.***
Kepompong Ramadhan
Semua amal anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali shaum.
58
Maka sesungguhnya shaum itu semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan
membalasnya (Hr. Bukhari Muslim).
Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat burlu
memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup
seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase
dimana ia harus masulk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia
pun akan keluar dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang
sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupukupu
dengan sayapnya yang beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan
mungkin mencari dan kemudian mengoleksinya bagi sebagai hobi (hiasan)
ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.
Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah.
Menandakan betapa teramat mudahnya bagi Allah Azza wa Jalla, mengubah segala
sesuatu dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang
indah dan membuat orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui
suatu proses perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh
Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam (sunnatullah) maupun
berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al
Hadits.
Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia,
maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah,
momen yang paling tepat untuk terlahir kemabli adalah ketika memasuki
Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam 'kepompong' Ramadhan, lalu segala aktivitas
kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah, niscaya akan
mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin,
yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.
Inti dari badah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai
hawa nafsu. Allah SWT berfirman, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka
sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).
Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu.
Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut
membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih itu?
Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan
tetapi memang itulah tugas syetan. apalagi seperti halnya hawa nafsu, syetan pun
memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni kedua-duanya sama-sama
tak terlihat. "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka
anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya mengajak golongannya
supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala," demikian firman Allah
59
dalam QS. Al Fathir [25] : 6).
Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan ini Allah mengikat erat
syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih
diri mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini tidak boleh
kita sia-siakan. Ibadah shaum kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau
menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja akan tetapi juga semua
anggota badan kita lainnya agar mau melaksanakan amalan yang disukai Allah.
Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dipelas kembali,
mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun
sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya.
Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Hal lain yang paling utama harus kita
jaga juga dalam bulan yang sarat dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa
membaguskan akhlaknya pada bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia
tatkala melewati shirah di mana banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda
Rasulullah SAW.
Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan
rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya
dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita
dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah
satunya yakni dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya
sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota
tubuh kita ikut shaum.
Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah,
karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang
dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan.
Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-Nya
sehingga setelah 'kepompong' Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada kefitri-
an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar
menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona, amiin.***
Kewirausahaan
Hal yang sangat patut direnungkan oleh umat Islam, dan ini menjadi kendala bagi
kemajuan umat adalah faktor leadership (kepemimpinan) dan kemampuan
manajemen. Dampaknya pun jelas, dengan dua titik lemah ini potensi yang banyak
tidak terbaca, tidak tergali secara maksimal, dan tidak bisa dikembangkan menjadi
sebuah sinergi yang memiliki dampak besar bagi kemajuan umat.
60
Kelemahan leadership dan manajerial ini ternyata dapat kita telusuri dengan
mengamati bagaimana pemahaman umat tentang sifat Rasulullah SAW. Diantara
titik-titik yang kurang tersentuh secara maksimal adalah bagaimana umat Islam
mempelajari masa muda Rasulullah SAW sebelum menjadi nabi.
Dari beberapa literatur yang didapat, betapa jiwa entrepreneurship Rasulullah di
bidang wirausaha begitu mendominasi, sehingga beliau berkembang menjadi
seorang pemimpin yang memiliki jiwa entrepreneur, dan keterampilan
manajemen yang baik untuk mengelola sebuah dakwah, sebuah sistem yang
bertata nilai kemuliaan Al Islam.
Pada waktu Rasulullah masih kecil, beliau sudah mempunyai sebuah proyek untuk
menjaga kehormatan harga dirinya agar tidak menjadi beban bagi kehidupan
ekonomi pamannya, Abu Thalib, yang memang tidak tergolong kaya. Beliau
mendapat upah dari menggembalakan beberapa ekor kambing miliki orang lain,
yang secara otomatis mengurangi biaya hidup yang harus ditanggung oleh
pamannya ini.
Pada usia 12 tahuan, sebuah usia yang relatif muda, beliau melakukan perjalanan
dagang ke Syiria bersama Abu Thalib. Beliau tumbuh dewasa di bawah asuhan
pamannya ini dan belajar mengenai bisnis perdagangan darinya. Bahkan ketika
menjelang dewasa dan menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta
memiliki keluarga besar yang harus diberi nafkah, Rasulullah mulai berdagang
sendiri di kota Mekkah.
Bisnisnya diawalai dengan sebuah perdagangan taraf kecil dan pribadi, yaitu
dengan membeli barang dari satu pasar dan menjualnya kepada orang lain.
Aktivitas bisnis lainnya dengan sejumlah orang di kota Mekkah pun dilakukan.
Dengan demikian ternyata Rasulullah telah melakukan aktivitas bisnis jauh
sebelum beliau bermitra dengan Khadijah. Dan inilah yang membuahkan
pengalaman yang tak ternilai harganya dalam mengembangkan jiwa
kewirausahaan pada diri Rasulullah.
Ciri yang sangat khas dari aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah waktu
itu adalah beliau sangat terkenal karena kejujurannya dan sangat amanah dalam
memegang janji. Sehingga tidak ada satupun orang yang berinteraksi dengan
beliau kecuali mndapat kepuasan yang luar biasa. Dan ini merupakan sebuah
nuansa dengan pesona tersendiri bagi warga Jazirah Arab. apalagi kemuliaan
akhlaknya seakan menebarkan pesona indah kepribadiannya.
Pun ketika beliau tidak memiliki uang untuk berbisnis sendiri, ternyata beliau
banyak menerima modal dari orang-orang kaya Mekkah yang tidak sanggup
menjalankan sendiri dana mereka, dan menyambut baik seseorang yang jujur
untuk menjalankan bisnis dengan uang yang mereka miliki berdasarkan
61
kerjasama. Tiada lain karena sejak kecil Rasulullah telah dikenal oleh penduduk
Mekkah sangat rajin dan penuh percaya diri. Dikenal pula oleh kejujuran dan
integritasnya dibidang apapun yang dilakukannya. Tak berlebihan bila penduduk
Mekkah memanggilnya dengan sebutan Shiddiq (jujur) dan Amin (terpercaya).
Salah seorang pemiliki modal itu adalah Khadijah, yang kelak menjadi istri beliau,
yang menawarkan suatu kemitraan berdasarkan sistem bagi hasil (profit sharing).
Dan, subhanallaah, kecakapan Rasulullah dalam berbisnis telah mendatangkan
keuntungan, dan tidak satupun jenis bisnis yang ditanganinya mendapat kerugian.
Selama bermita dengan Khadijah inilah Rasulullah telah melakukan perjalanan
dagang ke pusat bisnis di Habasyah (Ethiopia) dan Yaman. Beliau pun empat kali
memimpin ekspedisi perdagangan untuk Khadijah ke Syria dan Jorash.
Diantara hal yang terus menerus harus kita teladani dari Rasulullah dalam
interaksi bisnisnya adalah beliau sangat menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan,
dan kemuliannya dalam proses interaksi bisnisnya ini. Bisnis bagi Rasulullah SAW
tidak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tapi ada yang lebih tinggi dari
semua itu, yaitu mejaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap
transaksi yang beliau dapatkan, maka kemuliaannya justru semakin menjulang
tinggi. Semakin dihormati, semakin disegani dan ini menjadi aset tak ternilai
harganya yang mendatangkan kepercayaan dari para pemilik modal.
Dengan kata lain, modal terbesar dari seorang yang menjadi pengusaha sukses,
pemimpin sukses, atau ilmuwan sukses dalam disiplin ilmu apapun, ternyata jiwa
entrepreneur ini harus dikembangkan sejak awal. Pembangunan harga diri,
pembangunan etos kerja, pembangunan karir kehormatan sebagai seorang jujur
yang terbukti teruji dan sangat amanah terhadap janji-janji, jikalau hal ini
ditanamkan, dilatih sejak awal maka akan membuahkan kepribadian yang sangat
bermutu tinggi dan ini menjadi bekal kesuksesan bekerja dimanapun atau
kesuksesan mengemban amanah jenis apapun.
Dan yang paling perlu digaris bawahi, Rasulullah SAW mengadakan transaksi
bisnis sama sekali tidak untuk memupuk kekayaan pribadi, tetapi justru untuk
membangun kehormatan dan kemuliaan bisnisnya dengan etika yang tinggi dan
hasil yang didapat justru untuk didistribusikan ke sebanyak umat. Sehingga
kesuksesannya mampu membawa banyak dampak positif, yaitu kesuksesan dan
kesejahteraan bagi umat yang lainnya. Dan inilah yang menyebabkan kepribadian
junjungan kita, Rasullah SAW begitu monumenatal, baik dalam mencari nafkah
maupun dalam menafkahkan karunia rizki yang diperolehnya.
Semoga kita semua mampu merenungi kejujuran diri, amanah, dan kegigihan
dalam menjaga kehormatan harga diri kita selaku umat Islam.***
62
Kiat-kiat Membangun Kepercayaan
Sebelum Nabi Muhammad saw dikukuhkan menjadi seorang Rasul beliau sudah
sangat populer di tengah masyarakat kota Mekkah dengan gelar al-Amin yaitu
orang yang sangat terpercaya (amanah/kredibel). Gelar ini baik sebelum maupun
sesudahnya tidak pernah ada lagi.
Sungguh dahsyat pengaruh suatu kepercayaan dan luar biasa pentingnya untuk
kesuksesan karir kehidupan di dunia maupun di akhirat, jah melampaui modal
harta benda, kedudukan, jabatan, atau ilmu sekalipun. Ketika kepercayaan sudah
sirna di hati orang lain, sulit sekali ntuk tumbuh, walaupun dengan berjuta janji
atau membayar dengan harta sebanyak apapun, jikalau kepercayaan di hati orang
sudah hilang maka perasaan yang muncul selalu mencurigai dan rasa tidak percaya
diri akan selalu membayang dan membekas.
Berikut ini sekelumit uraian yang isya Allah akan menumbuhkan dan memperkuat
kepercayaan seseorang.
A. Kejujuran yang terbukti dan teruji
Kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun
kepercayaan (kredibilitas), begitu pula bila sebaliknya dapat menghancurkan
kehidupan seseorang.
Biasakanlah selalu jujur dimulai dari hal yang paling sederhana dan kecil
sekalipun, walaupun terhadap anak kecil, karena sesunggunya Allah menilai
perilaku kita, yakinlah tak akan pernah untung sama sekali dengan ketidakjujuran
selain kerugian yang mendera dan menghancurkan, sudah terlalu banyak bukti di
sekitar kita untuk dijadikan pelajaran.
1. Jangan sekali-kali berbohong atau terpancing untuk menambah omongan
sehinga menjadi dusta walau dalam gurauan sekalipun.
2. Jangan pernah mudah membuat janji, pastikan setiap janji yang diucapkan sudah
diperhitungkan matang-matang, dan berusaha keraslah untuk memenuhi janji.
3. Tepat waktulah dalam segala hal, jangan terlambat atau gemar menunda-nunda
atau mengakhirkan.
4. Biasakanlah memiliki data dan fakta yang jelas, dan bersikaplah terbuka.
5. Milikilah kemampuan dan kesungguhan mengevaluasi diri, dan segera perbaiki
diri begitu ditemukan kesalahan serta bertanggungjawablah dengan sungguhsungguh
dan tulus.
6. Jangan pernah patah semangat bila didapati masa lalu kita pernah atau banyak
keidakjujuran.
63
B. Cakap
Komponen kedua yang tak kalah pentingnya adalah kehandalan dan kecakapan
kita dalam melaksanakan tugas. Walaupun sangat dikenal dan teruji kejujurannya
tapi kalau dalam melaksanakan tugas sering berbuat lalai dan kesalahan maka hal
ini pun akan merontokkan kredibilitas.
1. Kunci utamanya adalah secara sadar kita harus selalu belajar, melatih diri,
mengembangkan kemampuan, wawasan serta keterampilan kita secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga selalu memiliki kesiapan yang memadai untuk
melaksanakan tugas.
2. Awalilah selalu dengan membuat perencanaan yang baikdan persiapan yang
matang, gagal dalam merencanakan sama dengan merenacnakan kegagalan.
3. Jangan lupa selalu check and recheck, tak boleh kita melakukan sesuatu tanpa
cek ulang, sangat banyak peluang kesalahan atau kegagalan yang terselamatkan
dengan sikap yang selalu mengadakan pengecekan ulang.
4. Laksanakan segala sesuatu dengan kesungguhan, sikap yang hati-hati dan
cermat, jangan anggap remeh kelalaian dan kecerobohan karena semua itu biang
kesalahan dan kegagalan.
5. Selalu sempatkan untuk evaluasi dari setiap tahapan apapun yang kita lakukan,
percayalah merenung sejenak untuk mengevaluasi membuat karya kita akan
semakin bermutu.
6. Nikmatilah dengan menyempurnakan apa yang bisa dilakukan, jangan pernah
puas dengan setengah-setengah, jangan pula puas dengan 90%, kalau kita bisa
menyempurnakannya, mengapa tidak?
C. Inovatif
Segala sesuatu yang ada selalu berubah, di dunia ini tidak ada sesuatu apapun yang
tidak berubah, satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri, oleh karena
itu siapa pun yang tidak menyiapkan diri untuk menghadapi perubahan maka dia
akan tergilas kalah oleh perubahan tersebut.
Maka jelaslah sudah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah bahwa orang yang
hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi karena berarti tak
ada kemajuan dan tetinggal oleh perubahan, orang yang hari ini lebih buruk dari
hari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dab
sulit mengejar, satu-satunya pilihan bagi orang yang beruntung adalah hari ini
harus lebih baik dari hari kemarin, berarti harus ada penambahan sesuatu yang
bermanfaat, inilah sikap perubahan yang diharapkan selalu terjadi pada seorang
muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisipatif terhadap
perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan.
64
Berikut ini beberapa anjuran agar kita dapat selalu mengembangkan kemanpuan
kreatif kita:
1. Banyak membaca dan menulis.
2. Banyak berdiskusi dan bertanya.
3. Banyak melihat (mengadakan studi banding).
4. Banyak merenung (tafakur).
5. Banyak berbuat dan mencoba.
6. Banyak beribadah dan berdo'a.
Mudah-mudahan kegighan diri kita, menjaga agar karir hidup ini menjadi orang
bersih, terbuka, ujur terpercaya yang dilakukan dengan tulus karena Allah semata.
Selamat berjuang saudaraku sekalian, cukuplah Allah sebagai satu-satunya tujuan,
pelindung, tumpuan harapan dan satu-satunya penolong kita semua.
Wallahu a'lam bishshawab.
84
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Populer
-
Mindse t Sukses dengan Manajem en Qolbu Butir-butir Tausiah Aa Gym Dikumpulkan oleh M. Zainal Abidin Mustofa Manajemen Qolbu Apa itu MQ? Seb...
-
Seorang muslimah sejati bukan dilihat dari kecantikan dan keayuan wajahnya semata-mata. Wajahnya hanyalah satu peranan yang amat kecil, teta...
-
trik menyelesaikan soal-soal test CPNS yang mungkin bisa diterapkan saat berhadapan dengan tipe soal ujian CPNS ataupun soal tes ujian masuk...
-
ni daptar antivirusna, dia sebenarna adalah virus yang pura2 jadi antivirus, tapi sayang cara licikna ketahuan semakin banyak aja cara virus...
-
Apakah Anda pernah terpikir, kenapa Allah dalam firman-Nya hanya mewajibkan muslimah tuk berjilbab (menutup auratnya)? Ternyata secara ilmia...