Kok kayaknya exposurenya
terlalu gelap yah? Apa gak
terlalu OE (Over exposed) tuh
poto? Duh, seharusnya exposure
saya harusnya gimana sih?
Tenang saudara saudari
sekalian. Saya meluangkan
waktu saya dengan menulis
artikel ini bukannya saya sok
pinter ato gimana tapi ingin
rasanya saya berbagi
pengetahuan dan pengalaman
saya sama yang butuh aja deh
biar ngerti apa sih itu kreatif
EXPOSURE?
Semoga sehabis baca artikel ini,
kalian akan mendapatkan
sesuatu yang baru dan dapat di
implementasikan di teknik
fotografi kalian. Setelah
membaca artikel ini saya
berharap anda bisa:
Mengerti apa itu Aperture,
Shutter Speed dan ISO
Mengerti apa itu Aperture
Priority, Shutter Priority,
Manual Aperture and Shutter
dan kapan paling efektif
untuk memakainya.
Mengerti apa itu Panning
teknik dan bagaimana sih
biar bisa panning?
Mengerti tentang Depth of
Field dan bagaimana Aperture
bertanggung jawab atas ini.
Mengerti tentang Shutter
Speed tentang pembekuan
gerakan, menghasilkan efek
arus (flowing effect)
Mengerti tentang kompensasi
ISO sensitifiti dari film
Mengerti apa itu Bracketing
dan efeknya terhadap
exposure yang benar dan/
atau sempurna
Dalam artikel ini saya asumsikan
bahwa camera anda setidaknya
bisa di setting ke Manual, lebih
baik lagi jika kamera anda
adalah Digital atau Analog SLR
Camera. Kamera yang saya
gunakan adalah Nikon Digital
SLR Camera D100 tetapi secara
garis besar, maksud arti garis
besar artikel ini bisa di
implementasikan di fotografi
secara general. Memang setiap
fotografer mempunyai definisi
dan style tersendiri dalam
approachnya terhadap fotografi.
Artikel ini tidak menyalahkan
dan saya tidak membenarkan
diri saya sendiri dalam topik
exposure secara general.
Selamat membaca.
PERFECT EXPOSURE
Ok. Kalau kalian bertanya
"Seharusnya exposure saya
gimana sih?" yah gampang sih
jawabnya, "Exposure anda harus
bener!" ya kan? Nah, exposure
itu bisa di golongkan kepada 3
nama yang saling erat
hubungannya, mereka adalah:
1. Aperture = bukaan
diafragma lensa biasanya
dalam ukuran f/2.8, f/5.6
dan seterusnya �
2. Shutter Speed = bukaan
berapa lama film
menerima cahaya sewaktu
diafragma di buka; dalam
ukuran 2s, 1/250s ,1/500s,
dan seterusnya (s =
seconds, detik)
3. ISO, Speed of the film =
internasional standard
untuk sensitifnya film.
contoh: ISO 400 lebih
sensitif daripada ISO 200,
ISO 200 lebih sensitif
daripada ISO 100, dan
seterusnya.
Ya ampun apaan sih nih kamera
kok ada Manual, Aperture
Priority, Shutter Priority,
Automatic? kan lebih asik
automatic dong?
"Ok, bukannya kalo saya set aja
ke P �(Automatic atau Program
Mode) terus kan tinggal saya
jepret aja kan semuanya sudah
di atur otomatis, nah terus
ngapain harus ngerti 3 bahasa
aneh di atas coba?". Nah kalo
anda sudah puas sama �P
( Automatic atau Program
Mode) exposure setting camera
anda, ya ngapain di terusin baca
artikel ini? saya yakin dengan
pengertian yang mendalam dan
tentunya experiment antara 3
nama di atas, anda pasti lebih
mendapatkan exposure yang
lebih baik atau lebih banyak
kesempatan anda akan
mendapatkan exposure yang
sempurna. Bukankah lebih baik
untuk mempelajari Manual?
Nah sekarang coba liat di
viewfinder (itu lho kotak kecil
yang anda lihat di camera untuk
motret) di sana pasti ada
semace gini nih: +'''''0'''''''- ya
kan? Nah jika anda memutar
control dial di camera anda,
tanda panah akan bergeser
sesuai dengan yang anda
hendaki, jika anda mutar ke
kanan, panahnya ke kanan, kalo
ke kiri ya panahnya ke kiri.
Biasanya kalau ke kiri valuenya
semakin besar atao ke positif
kalo ke kiri valuenya semakin
kecil dan ke arah negatif.
Aperture priority (biasanya A
atau Av)
Dalam mode ini, anda secara
manual memilih lens aperture
dan camera anda yang secara
otomatis akan memilih shutter
speed. Coba set camera anda ke
Aperture Priority, nah di
Aperture priority, anda ngatur
Aperturenya secara manual, dan
camera anda akan mengatur
Shutter Speed secara otomatis
untuk memberikan exposure
yang kamera anda pikir
"PERFECT".
Saya�memilih penggunaan
Aperture Priority ini bila
keadaan:
. Cahaya sekeliling sangat
minimal. Contoh: dalam event
medical conference atau dalam
event pesta wisuda adik saya,
saya memilih setting kamera
saya ke A, karena saya ingin
kamera saya yang memilih
shutter secepat mungkin untuk
mendapatkan exposure yang
sempurna dan dengan setting
Aperture yang saya hendaki.
. Saya menginginkan maksimum
depth-of-field dan objectnya
tuh tidak bergerak. Contoh:
dalam poto saya di bawah
Golden Gate di San Francisco,
saya memilih Aperture sekecil
itu untuk memaksimumkan
Depth of Field (akan di bahas di
bawah ini)
Shutter Priority (biasanya S)
Di dalam mode ini, anda
memilih shutter speed secara
manual dan meter kamera anda
akan memilih aperture secara
otomatis. Sama dengan
Aperture Priority tetapi kali ini
yang anda prioritaskan, dalam
kata lain yang anda bisa ngatur
itu yah shutter speednya,
camera anda akan mengatur
Aperture secara automatis yang
di pikir kamera anda
exposurenya "PERFECT". Karena
menurut saya, hanya dengan
Shutter Priority ini lah kita bisa:
a. FREEZE MOTION = pembekuan
gerakan yang terekam di film,
dan
b. IMPLYING MOTION = untuk
menghasilkan flowing effect,
yang bersifat memberikan efek
gerakan
Saya memaksimalkan
penggunaan Shutter Priority ini
dalam:
. Panning teknik. Panning adalah
teknik perekaman object yang
bergerak sehingga
menghasilkan effect gerakan
dan bisa terlihat jika object yang
terfokus adalah object yang
sedang moving atau bergerak.
�
Contoh Panning:
Ok, ada 3 rahasia untuk
mendapatkan hasil panning
yang memuaskan:
Rahasia #1: Anda harus PARALEL
dengan object yang bergerak
itu. Dari contoh di bawah ini,
saya dengar "nguing2" dari
kejauhan terus saya siapkan
kamera saya dan saya melihat
mobil pemadam kebakaran dari
arah kiri saya, saya tunggu
sampai mobilnya tuh persis di
depan saya, dan saya langsung
pencet shutter dan badan saya
ngikutin arahnya mobilnya
melaju setelah memencet
shutternya.
Rahasia #2: Pilihlah Shutter
Speed yang paling cocok untuk
objek yang bergerak itu.
Biasanya saya pilih Shutter 1/20
atau 1/30 untuk panning teknik
saya. Dalam contoh saya di
bawah ini, saya memakai
Shutter 1/20
Rahasia #3: Jangan pakai tripod.
Pakailah badan anda sebagai
tumpuan yang mengayun dari
kiri ke kanan atau sebaliknya
searah dengan object yang akan
di potret.
Manual Exposure (biasanya M)
Nah Manual Exposure ini lah
yang memungkinkan kita
mengatur sendiri panah2 tadi
yang sudah saya jelaskan di atas
untuk mendapatkan exposure
yang KITA hendaki "PERFECT
EXPOSURE" sekali lagi, bukan
kamera kita yang mikir perfect
tapi kita sendiri. Karena di
Manual inilah kita bisa mengatur
Aperture dan Shutter Speed
secara manual.
"Nah terus apa hubungannya di
antara tiga bahasa aneh dan
jelek di atas itu, apa sih tadi
Aperture, Shutter Speed dan ISO,
huh?" Ok. Nih saya jelasin yah.
1. APERTURE (Diafragma)
Aperture adalah bukaan lensa
untuk mengatur berapa banyak
cahaya yang masuk. Ukuran
aperture biasanya bisa di liat
dengan f/ number. Semakin
besar nomer f/ nya semakin
kecil bukaan lensanya. Dengan
kata lain, semakin kecil nomer f/
nya, semakin GEDE bukaan
lensanya. CONTOH: f/2.8
bukaannya lensanya tuh lebih
besar daripada f/11. Aperture ini
lah yang biasanya orang orang
di kritik fotografer.net pada
bilang "Wahhhh bagus bener
DOFnya, bagus bener
pemandangannya!" Nah
sekarang ngerti kan kalo
Aperture ini adalah sang
komandan yang bertanggung
jawab atas wilayah ketajaman di
dalam satu foto. DOF,
kepanjangan dari Depth-of-
Field, yaitu wilayah di sekeliling
subject yang di rekam oleh
camera yang layak tampil tajam
di hasil potonya.
Aperture1 (Semakin besar
aperture kita, semakin sedikit
wilayah ketajaman poto kita,
shallow depth-of-field): �
��
�
Nah di contoh ini, data photo
saya adalah: 1/3200s f/3.5 at
200.0mm. Kalo anda perhatiin,
tuh di backgroundnya ga
keliatan apa apa yah? Jelek yah
poto ini? hmm mungkin aja saya
cuman mau lebih fokus ke
kepala burungnya saja, jadi
mungkin waktu motret ini saya
ga peduli ama background jadi
ya saya pilih aja f/3.5 nah
Aperture saya bisa di katakan
"Big Aperture" kalo lebih besar
lagi adalah f/1.8.
�
Aperture2 (Semakin kecil
aperture kita, semakin banyak
wilayah ketajaman poto kita,
bigger depth-of-field):
�
Nah di contoh yang ini, data
poto saya adalah: 1/2s f/22.0 at
12.0mm. Kalo sekali lagi anda
perhatiin deh, tuh dari depan
dari kayu yang jelek itu sampe
belakang gunung kan semuanya
fokus. Dengan ini, berani saya
menyatakan "Small Aperture"
kalo lebih small lagi ya f/32.
Ukuran Aperture dalam
perbedaan ukuran satu stop
adalah:
f/2 -> f/2.8 -> f/4 -> f/5.8 -> f/8
-> f/11 -> f/16 -> f/22
Dari f/2 sampe ke f/2.8 di
katakan Aperturenya turun 1
stop dalam kata laen -1. Dari f/4
turun 3 stop ke f/11. Di katakan
turun adalah jumlah cahaya
yang masuk melalui diafragma
kan lebih sedikit jadi oleh karena
itu di katakan turun.
�
2. SHUTTER SPEED (Kecepatan
penutup lensa)
Nah apa ini? Kalo tadi Aperture
kan ngatur berapa banyak
cahaya yang masuk kan? Nah
kalo Shutter Speed ini ngatur
berapa lama cahaya itu masuk
ke film. Contohnya: shutter
speed 2s (2 detik) tentunya
cahaya yang masuk lebih lama
ya kan? kalo shutter speed
1/1000s ( 1/1000 detik lho) ya
jelas aja cahaya yang masuk
cuman sekilat aja. Gampang
kan?
�
Shutter speed 1 (semakin
lambat shutter speed, cahaya
yang di peroleh film akan
semakin banyak)
�
Nah di contoh di atas, data saya
adalah: 4s f/16.0 at 38.0mm .
Wow, 4 detik! iya dong.. kalo ga
gitu kan ga bisa create kayak
gini tuh liat airnya kayak kapas
gitu halus dan seperti awan2
gitu kan? Ini di karenakan
cahaya yang masuk lebih lama
oleh karena itu cahaya yang
terekan di film akan seolah-olah
menghasilkan effect seperti
water flowing (air yang
mengalir)
Shutter speed 2 (semakin cepat
shutter speed, cahaya yang di
peroleh film akan semakin
sedikit, lebih untuk ke FREEZE
MOTION, yakni untuk
membekukan gerakan)
�
Nah di contoh di atas, kali ini
partner saya akan marah kepada
saya jika saya minta dia untuk
lompat sambil menendangkan
kakinya di atas langit terus-
terusan. Oleh karena itu saya
pilih fast shutter speed untuk
membekukan gerakan teman
saya yang jago kungfu ini.
Urutan Shutter Speed dalam
perbedaan ukuran satu stop
adalah:
1/8 -> 1/15-> 1/30 ->1/60 -
>1/125 ->1/250 ->1/500 -
>1/1000 (dalam detik)
3. ISO, Speed of Film
Begini saja, anggap saja ISO ini
adalah kumbang yang bekerja di
dalam camera anda. Kalo di
camera saya saya set ke ISO 400
berarti saya mempunyai 400
kumbang yang bekerja, jika
anda set camera anda ke ISO
100 berarti anda cuman punya
100 kumbang untuk bekerja di
dalam kamera anda.
Nah ukuran ISO dalam
perbedaan satu stop adalah:
100 ->200 ->400-> 800 ->1600
ISO 800 adalah 3 kali lebih
sensitif daripada ISO 100 (lebih
sensitif terhadap cahaya 3 stop),
tetapi hasil potonya mungkin
agak grainy (seperti berpasir)
Nah dalam hal ini lah yang harus
menjadi pertimbangan anda
kapan harus kompensasi
demikian.
Nah topik saya yang terakhir
adalah tentang bracketing.
Bracketing.
What is bracketing? Bracketing
adalah suatu teknik yang di
manfaatkan oleh profesional
untuk mendapatkan exposure
yang tepat di dalam kondisi
cahaya yang menantang
(menurut: photoxels.com) dan
biasanya yang motret meng-
over expose +1 dan meng-under
expose -1, tergantung dari style
fotografernya sendiri-sendiri.
Seperti yang saya jelaskan di
atas atas banget yang tadi
tentang Aperture Priority,
Shutter, ataupun Manual
Exposure priority, kamera kan
punya built-in light meter dan
sensor di dalamnya yang ada
tanda +''''0''''- tadi itu bila anda
tujukan tanda panahnya ke 0,
kamera anda seperti
mengatakan "Iya bos, ini
menurut saya perfect kok
exposurenya!" Nah dalam
bracketing, si fotografer yah
boleh di katakan percaya sama
kameranya dan jepret di posisi
panah menunjukan 0, PLUS si
fotografer tadi, sengaja
menujukan panah ke arah +1
stop dan -1 stop untuk bracket
exposure.
Contoh bracketing:
Si fotografer melihat mobil
ferari di tengah jalan yang
sangat terang sekali cuaca
bagus banget deh. Dia set
camera barunya ke Aperture
Priority dengan ukuran
diafragma f/2.8 karena dia
maunya mobilnya yang terlihat
tajam sedangkan
backgroundnya blur (out of
focus). Si fotografer melihat
dalam viewfinder dan menyetel
panah sehingga sampe di 0 dan
menemukan bahwa shutter
speednya harus 1/250.
Nah di sini si fotografer bracket
exposure ini sehingga
mempunyai 3 poto.
Poto 1 = fotografer di atas
menjepretkan exposurenya
f/2.8 shutter speed 1/250
Poto 2 = fotografer sengaja
membuat shutter speed ke
1/125
Poto 3 = fotografer sengaja
membuat shutter speed ke
1/500
Nah sekarang si fotografer tadi
adalah orang terbahagia di
dunia karena setiap kali dia
memotret sesuatu yang dia
suka, dia akan mem-bracket
exposurenya dan dia yakin di
antara 3 poto tersebut pasti
salah satunya adalah poto
dengan perfect exposure.
Kalo saya sih kurang suka
membracket tetapi saya
menggunakan Zone System buat
exposure guide saya.
Penggunaan Zone System tidak
saya bahas di artikel saya ini
karena akan menjauh dari topik
dan scope artikel saya tetapi
banyak artikel di internet yang
mengajarkan teknik Zone
System untuk creative exposure
control technique.
----------------A PERFECT
EXPOSURE
IMAGE--------------------
�
Nah di sini saya data poto saya
adalah: 15s f/22.0 at 12.0mm.
Dengan Shutter Speed selama
15 detik akan menghasilkan
efek keramaian di atas jembatan
dengan lampu �yang seolah-
olah�bergerak.�Golden Gate
ini, Dengan f/22 meyakinkan
saya bahwa DOF akan sangat
besar dari ujung sampe ujung
semuanya akan kelihatan tajam,
dan dengan lensa 12mm Wide
Angle saya, meyakinkan saya
akan mendapatkan ruang hasil
foto yang lebar untuk komposisi
saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar